Tempat Wisata
Tempat Wisata di Bandung, Menyusuri Kelamnya Masa Penjajahan di Goa Belanda dan Jepang
Konon, tempat wisata di Bandung ini menjadi tempat penyiksaan para tahanan di masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Penulis: Virginia Swastika | Editor: Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Beragam tempat wisata di Bandung tak hanya menyimpan cerita hangat dan bahagia.
Ada juga destinasi yang memiliki kisah kelam penuh misteri di dalamnya.
Misalnya, destinasi goa berusia ratusan tahun bernama Goa Belanda dan Goa Jepang ini.
Terletak di kawasan Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, Bukit Dago Pakar, Bandung, lahan goa peninggalan masa penjajahan ini memiliki luas 526,98 hektare.
Menurut sejarah, Goa Belanda pertama kali dibangun kolonial negeri kincir angin pada 1912 silam.
Mulanya terowongan ini didirikan untuk menggerakkan turbin di PLTA Bengkok.
Namun kemudian dialih fungsikan sebagai pusat telekomunikasi serta dipakai dalam menyadap aliran air sungai Cikapundung.
Baca juga: Tempat Wisata di Bandung, Serunya River Tubing di Aryakiban Land
Goa sepanjang 144 meter ini pun dimanfaatkan sebagai fasilitas militer lantaran lokasinya yang strategis.
Para tentara Belanda diketahui membangun jaringan goa sebanyak 15 cabang lorong dan tiga di antaranya saling menghubungkan dengan pintu masuk.
Di dalam tempat wisata di Bandung bersejarah tersebut pula, tentara Belanda menyimpan persenjataan.
Saat memasukinya, kita akan diajak menelusuri kegelapan di tengah udara dingin, sedingin mitos serta ceritanya.
Sel tahanan perang pun akan terlihat dari arah sisi kiri.
Sementara dari sisi kanan akan tampak gang sempit berujung tangga yang digunakan lokasi pengintaian.
Konon, di dalamnya terdapat sebuah ruangan tempat penyiksaan tawanan perang yang telah menewaskan banyak orang.
Baca juga: Tempat Wisata di Bandung, Wisata Air di Situ Cipanten Majalengka yang Populer di Media Sosial
Di lorong utama dari pintu masuk juga tersedia rel untuk lori sepanjang 100 meter yang digunakan dalam mengangkut perbekalan dan persenjataan.
Dikisahkan bahwa kendaraan pun bisa memasuki lorong ini mengingat ukurannya yang besar, yakni kira-kira setinggi 3,25 meter dan lebar 4 meter.
Goa ini tembus ke bagian belakang bukit yang menjadi jalan potong para pelancong ke daerah Maribaya yang berjarak 5 kilometer.
Selepas penjajahan Belanda berakhir, goa ini diduduki oleh militer Jepang.
Mereka juga membangun goa di lokasi yang sama.
Terowongan itu dibangun pada 30 tahun kemudian sejak berdirinya Goa Belanda, tepatnya pada 1942.
Lokasinya diketahui sekitar 600 meter dari gerbang Taman Hutan Raya.
Serupa dengan Goa Belanda, goa buatan Jepang ini juga difungsikan sebagai fasilitas militer, yaitu barak militer.
Jika pada Goa Belanda terdapat 15 lorong, di Goa Jepang lorong tersebut berjumlah 18 bunker yang masih dalam keadaan aslinya.
Bunker itu pun memiliki fungsi yang berbeda.
Ada yang berfungsi sebagai tempat pengintaian, tempat penembakan, ruang pertemuan.
Ada pula yang berperan menjadi gudang dan dapur.
Bunker tersebut dibangun dengan jarak yang saling berdekatan, yaitu kira-kira 30 meter.
Berbeda dengan Goa Belanda yang berdinding semen, Goa Jepang cenderung lebih alamiah.
Lantainya hanya terbuat dari tanah, berbentuk gumpalan-gumpalan bundar akibat proses pendinginan.
Tingginya juga hanya 2,50 meter, disesuaikan dengan tinggi orang Jepang saat itu.
Konon, pembangunan goa ini menggunakan sistem romusha yang memanfaatkan kinerja para pribumi.
Sehingga, tidak sedikit orang yang sakit hingga mati di tempat wisata di Bandung ini.
Pasca kemerdekaan, goa ini digunakan oleh Pemerintah Indonesia untuk menyimpan peralatan militer dan mesiu.
Namun setelah tahun 1970, peralatan militer dan mesiu-mesiu itu dipindahkan.
Goa Jepang juga diketahui pernah dijadikan lokasi syuting Film Si Buta dari Goa Hantu pada 1970 lalu.
Dari cerita warga, kedua goa ini dikisahkan menyimpan kisah mistis.
Di sini ada larangan tidak boleh bicara haneut (panas) dan lada.
Pantangan ini sudah muncul turun temurun sejak puluhan tahun silam.
Menurut cerita warga, lada merupakan nama seorang tokoh masyarakat yang begitu dihormati.
Sebab kata tersebut bisa mengundang pengalaman mistis seperti kesurupan.
Tak hanya itu, orang yang menyebutkan kata itu pun konon akan mengalami kesialan.
Bahkan diceritakan juga bahwa di destinasi wisata Bandung ini kerap ditemukan penampakan hantu tentara zaman dulu.
Sebab konon, tempat wisata di Bandung ini juga merupakan lokasi tahanan tentara Belanda ketika Jepang menguasai Indonesia.
Terlepas dari kisah mistisnya, kita akan disuguhi pengalaman wisata yang tak biasa.
Pasalnya jika belum puas, ternyata masih tersimpan perbukitan asri di arah Maribaya, Lembang di bagian utara kedua destinasi angker ini.
Dalam perjalanan menuju tempat wisata di Bandung itu, kita pun akan disambut dengan panorama Patahan Lembang, yakni sebuah ngarai raksasa. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )
Baca tempat wisata di Bandung lainnya