Berita Terkini Nasional

Polemik Gubernur Gorontalo dan Mensos Risma, Rusli Habibie Ungkap Soal Pesan WhatsApp

Polemik Gubernur Gorontalo dan Mensos Risma berakhir damai. Gubernur ungkap soal pesan WhatsApp dari Risma yang diterima istrinya.

KOMPAS.COM/HUMAS PEMPROV GTO
Ilustrasi Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie. Polemik Gubernur Gorontalo dan Mensos Risma berakhir. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Polemik antara Menteri Sosial atau Mensos, Tri Rismaharini dan Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie berakhir damai.

Polemik bermula saat Risma memarahi Pendamping PKH bernama Fajar Sidik Napu.

Menurut Rusli, ia telah menerima pesan WhatsApp dari Risma.

Ia berharap semua orang untuk menyikapi persoalan tersebut secara bijak.

Ia juga berharap permasalahan ini berakhir.

Baca juga: Alasan Keluarga Korban Pembunuhan di Subang Tak Hadir Saat Makam Dibongkar

Baca juga: Pelaku Pembunuhan di Subang Buang HP Amalia ke Sungai, Kades: Saya Turunkan Tim Uka-uka

Rusli mengungkapkan, ia hanya tidak ingin sikap sering marah-marah Risma terus berlanjut di daerah lain.

Gubernur Gorontalo itu menegaskan, hal itu tidak ada kaitannya dengan politik dan partai politik manapun.

“Jadi sudah clean and clear, ini semata mata miskomunikasi. Jadi jangan digiring jadi opini politik. Tidak ada hubungan sama sekali."

"Saya bicara sebagai gubernur, Pak Fajar sebagai koordinator, Ibu Risma datang bukan sebagai kader partai tapi sebagai Mensos RI,” kata Rusli Habibie, dikutip Tribunnews.com dari situs resmi Pemerintah Provinsi Gorontalo, Senin (4/10/2021).

Lebih lanjut, Rusli mengaku telah menerima WhatsApp pribadi dari Mensos Risma.

Baca juga: Ayah Tak Percaya Anaknya Disebut Tewas Kecelakaan: Lukanya Seperti Ini, Kecelakaan Apa

Baca juga: 2 Orang Izin Menumpang ke Kamar Mandi, Ternyata Bunuh Bayi yang Baru Lahir

Pesan dikirim ke istrinya Idah Syahidah yang juga sebagai anggota Komisi VIII DPR RI.

“Sebagai gubernur juga saya meminta maaf kepada Ibu Menteri jika ada kalimat, sikap saya yang menyinggung ibu menteri untuk mohon dimaafkan,” ucapnya.

Berkaitan hal tersebut, Gubernur Rusli juga sudah mengundang Fajar di kediaman pribadinya di Kelurahan Moodu Kota Gorontalo, Minggu (3/10/2021).

Pada kesempatan tersebut, Rusli mendengarkan klarifikasi dari pihak Fajar yang menjadi korban aksi marah-marah Risma.

Rusli juga menyemangatinya dan para Pendamping PKH agar tetap tulus dan ikhlas bekerja mendampingi warga.

“Jadi Pak Fajar, mungkin ibu menteri saat itu lagi capek jadi bisa kesal."

"Saya minta maafkan ibu menteri dan memaafkan saya juga, Ini hanya miskomunikasi antara kita,” kata Gubernur Rusli.

Diketahui, Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, sempat merasa tersinggung setelah Menteri Sosial, Tri Rismaharini memarahi salah satu Koordinator Kabupaten Program Keluarga Harapan pada Kamis (30/9/2021).

Rusli merasa tersinggung karena Risma memarahi warganya hingga menunjuk nunjuk.

Bahkan, Risma meminta petugas PKH tersebut keluar ruangan.

Menurut Rusli, sikap Menteri Sosial yang memarahi warganya dinilai perbuatan yang tidak patut untuk ditiru sebagai pejabat negara.

"Terus terang saya sebagai gubernur sangat menyayangkan, sikap seorang menteri yang kurang patut." kata Rusli, dikutip Tribunnews.com dari kanal Youtube Kompas TV.

"Saya saat melihat video itu saya tersinggung."

"Saya tidak bisa memprediksi seorang Ibu Menteri, sosial lagi, memperlakukan seperti itu. Contoh yang tidak baik," lanjutnya.

Sebelumnya, Menteri Sosial Tri Rismaharini memarahi seorang koordinator kabupaten program keluarga harapan saat menggelar rapat tentangan pemadanan data bansos di Gorontalo.

Risma marah karena petugas PKH tersebut melaporkan salah satu penerima bansos telah dihapus oleh Kemensos.

Namun, ketika dilihat di data bansos, nama salah satu warga yang dilaporkan itu masih tercatat di data Kemensos.

Klarifikasi Fajar Napu, Pendamping PKH

Pendamping PKH, Fajar Sidik Napu yang dimarahi Mensos Risma mengaku sudah memaafkan Mensos Risma.

Ia menilai sikap Mensos sebagai bentuk perhatian seorang ibu kepada anak-anaknya.

“Beberapa media juga bertanya kepada saya, apakah saya keberatan dengan tindakan kemarin?"

"Saya membalas tidak mungkin saya memarahi orangtua yang memarahi saya, karena bagi saya itu bagian dari pendidikan ke kami,” katanya.

Fajar menjelaskan persoalan yang terjadi saat itu.

Pada waktu, ada 26 nama penerima PKH yang dipertanyakan oleh kepala desa kenapa uangnya belum masuk.

Kata Fajar, karena nama-nama tersebut belum masuk di daftar SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) yang menjadi domain Kementrian Sosial.

“Berikutnya saya jelaskan karena saat ini sedang terjadi proses pemadanan data sehingga terindikasi KPM ini dinonaktifkan dari DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial),” jelasnya

Menerima penjelasan itu, Risma bertanya kepada staf kementerian yang menjawab datanya ada.

Begitu pula jawaban pihak bank yang bertugas mencairkan dana.

“Pihak bank menyampaikan sudah dalam proses transaksi. Mendengar hal itu ibu menteri langsung berdiri ke arah saya."

"Padahal maksud pihak bank itu yang sudah transaksi untuk program BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai) bukan penerima PKH yang ibu menteri maksudkan,” lanjut Fajar.

Setelah kejadian, Fajar sudah mengklarifikasi kepada Mensos.

Ia menjelaskan, daftar 26 nama-nama tersebut masih ada di aplikasi e-pkh.

Sebagian besar di antaranya merupakan penerima perluasan (PKH baru penambahan) tahun 2021.

“Nama nama yang belum masuk uangnya itu, PKH perluasan yang pendataannya dilakukan bulan Januari dan pengaktifannya antara bulan Juni dan Juli 2021,” tuturnya.

Sebagai koordinator PKH, pihaknya berkomitmen untuk bekerja sesuai prinsip SIP yakni santun, integritas dan profesional.

Pihak yang bertugas tidak pernah menghapus dan menambah data sembarangan karena sudah tersimpan di Kementerian Sosial.

Sempat minta Jokowi tegur Risma

Sebelumnya, Rusli meminta Presiden Jokowi agar menegur Risma.

Sebagai pejabat, Rusli menilai, Risma semestinya bisa menjaga emosi.

Andaikan Pendamping PKH tersebut salah, semestinya dikoreksi tanpa memarahinya di depan umum.

“Pangkat, jabatan harus kita jaga. Tidak ada artinya pangkat ini semua kita tinggalkan. Kalaupun toh dia salah ya dikoreksi, di depan umum lagi,” sambungnya.

Dikatakan Rusli, penyebab Risma marah karena Pendamping PKH itu menyampaikan adanya nama penerima PKH yang saldonya kosong.

Informasinya, penerima PKH itu sudah dicoret.

“Pendamping PKH itu menyampaikan kepada Ibu Menteri ada nama-nama ini saldonya kosong karena informasinya sudah dicoret. Itu yang bikin naik darahnya,” jelasnya. 

Gubernur yang berasal dari Partai Golkar ini mengaku tersinggung dan tidak terima atas tindakan Risma.

“Boleh lah emosi tapi jangan kelakuan seperti itu dong. Itu pegawai saya meskipun dia pegawai rendahan, tapi manusia juga."

"Saya alumni STKS, tahun 80-an sudah kenal Menteri Nani Soedarsono, para Dirjen tapi tidak ada yang sikapnya begitu. Saya tersinggung, saya enggak terima,” ketusnya.

Ia berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegur Risma.

Baca juga: Bus Lawan Arah Diadang Truk di Lamongan Jawa Timur, Terungkap Penyebabnya

“Tolonglah, mumpung Pak Presiden juga bisa lihat di YouTube, di mana-mana, karena sudah ribut. Memperingati stafnya karena seperti itu,” pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Soal Risma Marah ke Pendamping PKH, Kini Gubernur Gorontalo Anggap Masalah Selesai

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved