Tempat Wisata
Tempat Wisata di Bandung, Menjelajahi Terowongan Sasaksaat di Kota Kembang yang Penuh Misteri
Terowongan Sasaksaat menjadi destinasi wisata berbau mistis di Kota Bandung yang banyak membuat penasaran banyak orang ingin mendatanginya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Terowongan Sasaksaat menjadi destinasi wisata berbau mistis di Kota Bandung yang banyak membuat penasaran banyak orang ingin mendatanginya.
Berada di Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, jalur kereta api Jakarta-Cikampek ini sering menjadi bahan perbincangan.
Sebab, lokasinya disebut-sebut menyimpan cerita mistis yang penuh dengan misteri.
Terlebih, terowongan aktif terpanjang sekaligus tertua di Indonesia ini merupakan saksi bisu kejamnya penjajahan Belanda.
Dari pusat kota, tempat wisata di Bandung ini bisa dicapai dengan perjalanan selama 1,5 jam menggunakan rute jalur kereta Padalarang-Cihaliwung-Cikuda.
Baca juga: Tempat Wisata di Bandung, Nikmati Sensasi Menyuapi Dinosaurus di The Great Asia Afrika
Perjalanan tersebut akan membawamu menuju stasiun Sasaksaat.
Di sana, kamu harus berhati-hati. Sebab, lokasi ini juga masih aktif digunakan meski sudah berdiri sejak zaman kolonial Belanda.
Pemandangan lubang gelap yang tinggi berukuran 4,31 x 3,92 meter akan segera terlihat dari stasiun itu.
Namun sebelum masuk, kamu harus meminta izin terlebih dahulu kepada petugas penjaga terowongan demi menghindari kejadian yang tak diinginkan.
Baca juga: Tempat Wisata di Bandung, Nobar Dihiasi Panorama Alam Ala Tenda di Bawah Bintang
Melongok sisi dalam Terowongan Sasaksaat, jalur kereta api yang menembus bukit Cidepong itu menghadirkan sleko atau tempat berlindung untuk pekerja ketika akan mengecek lorong angker tersebut.
Jika ditotal, sleko pada tempat wisata di Bandung itu berjumlah 35 lokasi, terdiri dari 17 sleko di sisi kiri dan 18 sleko di sisi kanan lorong.
Konon, terowongan yang berdiri sekitar tahun 1902-1903 itu dibangun dengan mempekerjakan masyarakat Indonesia secara paksa.
Para pribumi ditugaskan untuk melubangi bukit bernama bukit Cidepong yang berada di jalur antara Purwakarta-Padalarang, tepatnya antara Stasiun Maswati dan Stasiun Sasaksaat.
Bahkan pembangunannya hanya bermodalkan peralatan seadanya dan dikerjakan secara manual.
Menariknya, pengerjaan berbekal peralatan sederhana tersebut berhasil menghasilkan bangunan terowongan yang begitu presisi.
Sayang, kisah dibangunnya terowongan diwarnai dengan misteri yang membuat bulu kuduk merinding.
Dari kisah penduduk setempat, terowongan sepanjang 950 meter dengan dinding tebal mirip benteng perang itu sudah memakan banyak korban jiwa.
Tapi bukan karena kecelakaan kereta, melainkan para pekerja zaman penjajahan Belanda yang tidak tahan tersiksa dipaksa bekerja demi membangun jalur kereta tersebut.
Selain tewas, kerja rodi itu juga menyebabkan banyak orang yang jatuh sakit dan berakhir tragis.
Konon, jenazah mereka dikuburkan di sekitar terowongan tersebut.
Taufik, warga asal Bandung menceritakan segelintir kisah yang pernah didengarnya mengenai Terowongan Sasaksaat.
"Saya pernah mendengar cerita dari warga sekitar terowongan itu, pernah sesekali terdengar seperti orang merintih kesakitan atau suara seperti benturan pacul ke batu dan tanah," kata Taufik dikutip dari Kompas.com.
"Suara itu kabarnya bukan hanya terjadi pada malam hari, tetapi juga siang hari. Mungkin itu yang dinilai sebagai hal mistis dan misteri."
"Tapi, masih banyak cerita lain, dulu ada kereta yang mogok dan ada kereta Belanda berisi tentara yang diserang pejuang Indonesia, semuanya mati," tambahnya.
"Ceritanya, pejuang Indonesia menjebak tentara Belanda di dalam terowongan lantaran tembok beton terowongan itu tidak bisa dihancurkan oleh bom," sambung Taufik.
Alhasil, penduduk setempat rutin melakukan upacara pemberian sesajen setiap tanggal 16-18 Agustus.
Seekor domba atau kambing akan dikorbankan demi menolak bala serta kejadian yang tak diinginkan dari tempat wisata di Bandung ini.
Namun terlepas dari semua cerita mistis dan misteri yang ada, terowongan ini tetap merupakan bagian sejarah yang patut dipelihara.
Selain Terowongan Sasaksaat, destinasi wisata Bandung lain juga ada yang menyimpan kisah seram di dalamnya. Goa Belanda dan Goa Jepang namanya.
Terletak di kawasan Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, Bukit Dago Pakar, Bandung, lahan goa peninggalan masa penjajahan ini memiliki luas 526,98 hektare.
Menurut sejarah, Goa Belanda pertama kali dibangun kolonial negeri kincir angin pada 1912 silam.
Mulanya terowongan ini didirikan untuk menggerakkan turbin di PLTA Bengkok.
Namun kemudian dialih fungsikan sebagai pusat telekomunikasi serta dipakai dalam menyadap aliran air sungai Cikapundung.
Goa sepanjang 144 meter ini pun dimanfaatkan sebagai fasilitas militer lantaran lokasinya yang strategis.
Para tentara Belanda diketahui membangun jaringan goa sebanyak 15 cabang lorong dan tiga di antaranya saling menghubungkan dengan pintu masuk.
Di dalam tempat wisata di Bandung bersejarah tersebut pula, tentara Belanda menyimpan persenjataan.
Saat memasukinya, kita akan diajak menelusuri kegelapan di tengah udara dingin, sedingin mitos serta ceritanya.
Sel tahanan perang pun akan terlihat dari arah sisi kiri.
Sementara dari sisi kanan akan tampak gang sempit berujung tangga yang digunakan lokasi pengintaian.
Konon, di dalamnya terdapat sebuah ruangan tempat penyiksaan tawanan perang yang telah menewaskan banyak orang.
Di lorong utama dari pintu masuk juga tersedia rel untuk lori sepanjang 100 meter yang digunakan dalam mengangkut perbekalan dan persenjataan.
Dikisahkan bahwa kendaraan pun bisa memasuki lorong ini mengingat ukurannya yang besar, yakni kira-kira setinggi 3,25 meter dan lebar 4 meter.
Goa ini tembus ke bagian belakang bukit yang menjadi jalan potong para pelancong ke daerah Maribaya yang berjarak 5 kilometer.
Selepas penjajahan Belanda berakhir, goa ini diduduki oleh militer Jepang. Mereka juga membangun goa di lokasi yang sama.
Terowongan itu dibangun pada 30 tahun kemudian sejak berdirinya Goa Belanda, tepatnya pada 1942.
Lokasinya diketahui sekitar 600 meter dari gerbang Taman Hutan Raya.
Serupa dengan Goa Belanda, goa buatan Jepang ini juga difungsikan sebagai fasilitas militer, yaitu barak militer.
Jika pada Goa Belanda terdapat 15 lorong, di Goa Jepang lorong tersebut berjumlah 18 bunker yang masih dalam keadaan aslinya.
Bunker itu pun memiliki fungsi yang berbeda.
Ada yang berfungsi sebagai tempat pengintaian, tempat penembakan, ruang pertemuan.
Ada pula yang berperan menjadi gudang dan dapur.
Bunker tersebut dibangun dengan jarak yang saling berdekatan, yaitu kira-kira 30 meter.
Berbeda dengan Goa Belanda yang berdinding semen, Goa Jepang cenderung lebih alamiah.
Lantainya hanya terbuat dari tanah, berbentuk gumpalan-gumpalan bundar akibat proses pendinginan.
Tingginya juga hanya 2,50 meter, disesuaikan dengan tinggi orang Jepang saat itu.
Konon, pembangunan goa ini menggunakan sistem romusha yang memanfaatkan kinerja para pribumi.
Sehingga, tidak sedikit orang yang sakit hingga mati di tempat wisata di Bandung ini.
Pasca kemerdekaan, goa ini digunakan oleh Pemerintah Indonesia untuk menyimpan peralatan militer dan mesiu.
Namun setelah tahun 1970, peralatan militer dan mesiu-mesiu itu dipindahkan.
Goa Jepang juga diketahui pernah dijadikan lokasi syuting Film Si Buta dari Goa Hantu pada 1970 lalu.
Dari cerita warga, kedua goa ini dikisahkan menyimpan kisah mistis.
Di sini ada larangan tidak boleh bicara haneut (panas) dan lada.
Pantangan ini sudah muncul turun temurun sejak puluhan tahun silam.
Menurut cerita warga, lada merupakan nama seorang tokoh masyarakat yang begitu dihormati.
Sebab kata tersebut bisa mengundang pengalaman mistis seperti kesurupan.
Tak hanya itu, orang yang menyebutkan kata itu pun konon akan mengalami kesialan.
Bahkan diceritakan juga bahwa di destinasi wisata Bandung ini kerap ditemukan penampakan hantu tentara zaman dulu.
Baca juga: Tempat Wisata di Bandung, Miss Bee Providore Tempat Wisata Keluarga di Kota Kembang
Sebab konon, tempat wisata di Bandung ini juga merupakan lokasi tahanan tentara Belanda ketika Jepang menguasai Indonesia. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )
Baca tempat wisata di Bandung lainnya