Berita Terkini Artis

Jantung Roy Kiyoshi Tinggal 15 Persen, Luna Maya Langsung Syok

Apa yang membuat Roy Kiyoshi kini jarang tampil di layar kaca? Benarkah pria yang dulu dikenal sebagai paranormal ini mengidap penyakit serius?

Penulis: Gusti Amalia | Editor: Heribertus Sulis
Youtube TS Media
Roy Kiyoshi kini jarang tampil di layar kaca karena mengidap penyakit serius. Baru terungkap, ternyata kerja jantung Roy Kiyoshi kini tinggal 15 persen.  

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Roy Kiyoshi kini jarang tampil di layar kaca karena mengidap penyakit serius. Baru terungkap, ternyata kerja jantung Roy Kiyoshi kini tinggal 15 persen. 

Kepada Luna Maya, Roy Kiyoshi menjelaskan penyakit yang saat ini ia derita.

Sebelumnya Roy Kiyoshi sempat membeberkan penyakit serius yang mengganggu kesehatannya tersebut.

Ya, Roy Kiyoshi menyebut jika ia mengalami pembengkakan jantung.

Awalnya Roy Kiyoshi sempat syok ketika ia mendengar kabar itu dari dokter.

Baca juga: Roy Kiyoshi Pernah Meramal Kapan Dirinya Mati, Kini Didiagnosis Idap Pembengkakan Jantung

Nah belum lama ini hadir dalam YouTube TS Media, pengakuan terbaru Roy Kiyoshi sampai membuat host kaget.

Saat berbincang dengan Luna Maya dan Marianne Rumantir, Roy Kiyoshi membeberkan bahwa kerja jantungnya kini hanya tinggal 15 persen.

"Aku divonis sama dokter seminggu lalu, jadi jantung aku itu tinggal 15 persen," ungkapnya, (23/2/2022).

Luna Maya yang mendengar hal itu pun sontak terkejut.

"Maaf, aku syok. Gimana?" ujar Luna Maya dengan ekspresi penuh tanya.

Roy Kiyoshi lantas menjelaskan kondisi terkininya.

"Jadi aku tuh mempunyai penyakit namanya cardiomyopathy ya.

Baca juga: Imbas Kasus Selingkuh dan Cerai, Mantan Suami Mawar AFI Diberhentikan dari CEO Bapak2id

Jadi itu penyumbatan jantung, solusinya adalah harus dikateter atau dipasangi ring," beber Roy Kiyoshi.

Luna Maya lantas penasaran dengan pemicu kondisi yang dialami Roy Kiyoshi,

"Kamu suka makan lemak-lemak gitu kali?" tanya Luna Maya.

Namun bukan makanan berlemak yang dicurigai Roy Kiyoshi menjadi pemicu pembengkakan jantung.

Ia menduga kebiasaannya mengonsumsi suplemen secara sembarangan jadi penyebab penyakit yang dideritanya kini.

"Mungkin gara-gara aku sempet fitness dan nge-gym, pakai suplemen, steroid, segala macem.

Jadi dampaknya akan ke situ sebenarnya," pikirnya.

Terkait kondisinya ini, Roy Kiyoshi tengah mempertimbangkan untuk menjalani operasi pemasangan ring di jantungnya.

"Masih dalam pengobatan aja. Tapi dokter masih menunggu kesiapan aku untuk operasi gitu," pungkas Roy Kiyoshi.

Baca juga: Elma Theana Didepak dari Pernikahan Venna Melinda, Endorse Miliaran Ikut Melayang

Cara Mencegah Penyakit Jantung Sejak Dini dengan Mengurangi Faktor Risiko

Dokter spesialis penyakit jantung dari Universitas Indonesia dr. Radityo Prakoso, SpJP (K), FIHA, mengatakan penyakit jantung dapat dicegah sedini mungkin dengan mempromosikan pola hidup sehat dan proteksi yang spesifik untuk mengurangi sejumlah faktor risiko.

“Rantai pencegahan yang pertama adalah promosi kesehatan. Hal ini merupakan ujung tombak utama untuk memberikan promosi kesehatan kepada masyarakat. Sasarannya adalah orang sehat agar faktor-faktor yang dapat dimodifikasi bisa dikurangi,” kata Radityo saat diskusi virtual terkait pola makan pada Kamis 7 Oktober 2021.

Ia mengatakan pada dasarnya faktor risiko dapat dibedakan menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.

Riwayat keluarga, usia, dan jenis kelamin termasuk ke dalam faktor risiko yang tidak dapat dihindari.

Radityo yang merupakan Ketua Terpilih Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan anggota keluarga yang menderita penyakit jantung, besar kemungkinan menurunkan risiko tersebut kepada anaknya.

Selain itu, semakin seseorang bertambah usia maka risiko penyakit jantung koroner pun semakin besar.

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) 2019 menyebutkan penyakit jantung koroner (ischaemic heart disease) menjadi jenis penyakit jantung yang tertinggi di dunia dengan proporsi 46 persen terjadi pada laki-laki dan 38 persen pada perempuan.

Radityo mengatakan kasus kejadian pada perempuan agak sedikit berkurang karena mereka memiliki faktor proteksi menstruasi sementara paparan risiko pada laki-laki lebih besar karena tidak memiliki faktor proteksi.

“Selama perempuan menstruasi relatif lebih aman, tetapi ketika dia sudah mencapai menopause maka risiko terkena penyakit jantung koroner ini menjadi sama dengan laki-laki,” ujar Radityo.

Ia mengatakan faktor risiko lain, seperti diet makanan yang tidak sehat, merokok, kurangnya aktivitas fisik, merokok, dan stres dapat dikurangi untuk mencegah insidensi kejadian penyakit jantung lebih lanjut.

“Makanan sehat ini kadang terasa sulit tetapi sebetulnya gampang, kita harus memulai dari diri sendiri. Perubahan kecil yang terus-menerus akan jauh lebih baik dibandingkan melakukan perubahan besar tapi hanya beberapa saat saja,” ujarnya.

Radityo menyebutkan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menyarankan konsumsi lemak cukup 25 persen dari energi total dan maksimum 67 gr atau 5 sendok per hari.

“Kalau kita lihat satu porsi gorengan itu kira-kira 28 persen mengandung lemak. Kalau nasi padang kira-kira 30 gr lemak atau sekitar 45 persen,” kata Radityo sambil mengingatkan bahaya konsumsi lemak berlebih.

Di masa pandemi seperti sekarang, kebanyakan orang bekerja dari rumah (work from home) dan lebih banyak menghabiskan waktu duduk menatap layar gadget.

Radityo mengingatkan jika kondisi ini tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang aktif akan membahayakan kesehatan seseorang dan memperbesar peluang terkena penyakit jantung.

“Bedakan aktivitas fisik dengan ordinary activity. Kalau aktivitas fisik itu harus ada waktu khususnya dengan berusaha meningkatkan aktivitas aktif. Kalau setiap hari mengejar bus apakah itu aktivitas fisik? Ya belum,” katanya.

Faktor risiko lain yang dapat dihindari adalah merokok. Radityo menyebutkan 33 persen masyarakat Indonesia masih merokok.

Permasalahan ini telah diatasi berbagai cara oleh PERKI namun belum membuahkan hasil signifikan.

“Saya kira ini harus mulai dari akar masalahnya, yaitu health promotion. Ketika orang tidak sadar tentang bahaya merokok dari dasar, akar masalahnya ini tidak akan selesai,” kata Radityo.

Terakhir, kondisi stres yang tidak diatasi dengan baik atau ketika tekanan darah meningkat menyebabkan seseorang mengalami serangan jantung.

Radityo mengatakan bagi orang yang sudah mengalami gejala atau terlanjur menderita penyakit jantung, hal utama yang harus dilakukan adalah melakukan sesi konsultasi dengan dokter spesialis.

Ia menekankan bahwa resep dokter akan diberikan kepada pasien secara spesifik karena setiap orang memiliki tingkatan penyakit yang berbeda-beda.

“Tidak semuanya dipukul rata, misalnya tidak boleh makan lemak sama sekali. Hanya saja, hanya lemak baik yang kita konsumsi. Aktivitas fisik juga sebaiknya berkonsultasi dengan dokter karena setiap orang itu berbeda-beda. Misalnya, dokter akan melatih uji beban. Dengan uji beban ini, maka penderita akan mendapatkan resep untuk latihan, itu juga sifatnya personally design,” pungkasnya. 

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com 

(Tribunlampung.co.id / Gusti Amalia)

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved