Lampung Utara
Emak-emak di Lampung Utara Menjerit, Harga Cabai Makin Pedas Rp 80 Ribu per Kg
Harga cabai di Lampung Utara meningkat drastis hingga 100 persen. Alhasil emak-emak yang biasa belanja urusan dapur kelimpungan.
Penulis: anung bayuardi | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Lampung Utara - Emak-emak di Lampung Utara menjerit dengan harga cabai yang makin hari kian pedas.
Pasalnya harga cabai di Lampung Utara meningkat drastis hingga 100 persen. Alhasil emak-emak yang biasa belanja urusan dapur kelimpungan.
Kondisi ini dirasakan emak-emak di Lampung Utara, lebih dari setengah bulan.
Sejumlah bahan pokok mengalami lonjakan drastis di berbagai pasar tradisional yang ada di Lampung Utara.
Pantauan di lapangan, harga cabai merah naik. Sebelumnya sekitar Rp 40 ribu, kini harganya capai Rp 80 ribu per kilogram.
Baca juga: Kepergok Curi Cabai, Pria Paruh Baya Tewas Ditangan Pemuda 17 Tahun
Baca juga: Dinas Ungkap Sebab Harga Cabai di Tulangbawang Meroket, Nyaris Rp 100 Ribu per Kg
Harga tersebut juga berlaku pada cabai rawit.
Selain cabai, bumbu dapur lainnya seperti bawang merah kini harganya juga naik. Jadi Rp 55 ribu dari harga normal Rp30 ribu.
Sedangkan untuk bawang putih, pedagang beralih ke bawang putih impor dengan harga yang dipatok diangka Rp 20 ribu per kilogram.
Salah satu pedagang di Pasar Pagi Kotabumi, Bella (40) mengatakan kenaikan tersebut sudah berlangsung cukup lama. Namun pihak pemerintah daerah belum pernah turun ke lapangan.
Ditambahkan Bella, kenaikan berbagai harga bahan pokok belakangan ini sangat mempengaruhi minat beli pelanggan. Sehingga omset penjualannya ikut turun drastis.
"Sudah hampir setengah bulan lebih bang harga cabai, bawang, naik semua harga-harganya. Dinas Perdagangan belum pernah turun sampai hari ini, enggak tau juga kenapa," ujar Bella, Minggu (19/6/2022)
Masih kata Bella, kenaikan harga kali ini dianggap yang paling luar biasa, dibandingkan dengan momen lebaran kemarin.
Baik pedagang, maupun pembeli sama-sama terkena dampak yang sangat besar.
Pedagang kesulitan untuk menjajakan dagangannya, sedangkan pembeli yang rata-rata kaum emak-emak terpaksa menyiasati jumlah pembelian mereka sehari-hari.
Biasanya sanggup membeli satu kilo gram, kini mereka hanya beli setengahnya.
"Modal kita belanja sekarang harus dua kali lipat karena kenaikan sudah sampai seratus persen. Omzet pun sekarang berkurang drastis, ngabisin dagangan sekarang agak lama, dan itu berpengaruh pada bobot dagangan yang berkurang," keluhnya.
Ia bersama pedagang lainnya berharap Pemkab Lampura dapat mencarikan solusi untuk menstabilkan kembali harga-harga bahan pokok, mengingat saat ini kondisi keuangan masyarakat masih sulit ditengah pandemi.
Sukarni pedagang lainnya menyebut, naiknya harga bumbu dapur sudah sejak sebulan lalu. Penyebabnya belum diketahuinya. Untuk dagangan dirinya hanya berani menjual dengan jumlah sedikit.
“Harga cabai saya jual Rp 85 ribu Perkilo sama dengan harga cabai caplak,” katanya.
Salah satu warga yang sedang berbelanja, Rina (45) mengeluhkan lonjakan harga bahan pokok di pasar. Selain harus memikirkan dapur, Ia juga harus memutar otak memikirkan keperluan keluarga di rumah.
Ia berharap kondisi ini dapat segera dibenahi dan kembali normal harga-harga bahan pokok, mengingat komoditas yang merangsek naik merupakan kebutuhan sehari-hari.
"Ya minta tolong lah sama Pemerintah, stabilkan lagi harga kebutuhan dapur, kalau kayak gini terus bisa ngejerit kami emak-emak ini," ujarnya.
(Tribunlampung.co.id/Anung Bayuardi)