Berita Terkini Artis
Gus Samsudin Lagi Beri Nasihat, Salah Satu Santrinya Tiba-Tiba 'Kerasukan'
Di tengah memberikan nasihat, salah satu santri Gus Samsudin dari Padepokan Nur Dzat Sejati diduga kerasukan.
Tribunlampung.co.id, Blitar - Gus Samsudin ungkapkan dirinya merasa terzalimi saat berikan ceramah kepada pengikutnya.
Dikutip dari unggahan terbaru channel youtube Padepokan Nur Dzat Sejati, Gus Samsudin berikan sejumlah pesan-pesan kepada pengikutnya.
Di tengah memberikan nasihat, salah satu santri Gus Samsudin dari Padepokan Nur Dzat Sejati diduga kerasukan.
Melihat itu, Gus Samsudin meminta beberapa orang membantu santri yang tengah kerasukan itu.
Tak lama setelah itu, satu santri lainnya tiba-tiba menangis di sela ceramah Gus Samsudin.
Berikut empat pesan Gus Samsudin kepada para pengikutnya dikutip dari Youtube Padepokan Nur Dzat Sejati.
1. Ajak pengikutnya bertafakur
Di awal video, Gus Samsudin menjelaskan arti tafakur dan mengapa mereka harus melakukan itu.
"Anak-anakku semuanya, malam ini panjenengan semua Abah ajak untuk bertafakur.
Tafakur itu artinya berdiam diri.
Sebelum kita benar-benar didiamkan oleh Allah SWT.
Sudah tidak bisa bergerak sama sekali.
Oleh sebab itu, ketika kita masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk berdiam diri, memasrahkan semuanya kepada Allah SWT, bukan menuhankan diri kita sendiri.
Maka, Abah minta panjenengan melakukan ini.
Berdiam diri, duduk langsung di tanah.
"Supaya kita bisa belajar wataknya tanah," terangnya dalam video.
2. Pentingnya belajar ilmu
Gus Samsudin melanjutkan bahwa mempelajari sebuah ilmu, baginya sangat penting.
Karena agar mereka tahu mengenai tujuan hidup.
"Belajar keilmuan itu penting. Agar kita tahu tujuannya hidup.
Jika kita tahu tujuannya hidup, maka hidup kita akan tenang. Tidak mudah gupuhan dan tidak mudah bingungan," lanjutnya.
3. Minta para pengikutnya menahan diri
Dalam video berdurasi kurang lebih satu jam itu, Gus Samsudin juga bercerita pada para santrinya bahwa saat ini dia merasa terzalimi.
Ini merujuk pada kejadian yang beberapa hari ini menimpanya.
Termasuk serangan dari Pesulap Merah juga aksi warga desa yang meminta Padepokan Nur Dzat Sejati untuk ditutup.
Dia kemudian meminta pada santrinya bisa menahan diri dan tidak terprovokasi dengan kabar berita yang ada.
"Bahkan ketika mereka mau membakar atau menghancurkan padepokan, jangan ada yang bertindak hingga membalas. Cukup dilihat saja. Karena semua ada proses hukum," pintanya.
Gus Samsudin juga bersumpah dengan menyebut nama Allah SWT, tidak mengizinkan satu santri pun membalas perbuatan yang ditujukan pada Padepokan Nur Dzat Sejati.
4. Siap dengan segala kemungkinan
Dia pun mengingatkan, jika terjadi sesuatu pada padepokan, itu terjadi atas kehendak Allah SWT.
"Ingat, semuanya ini, bangunan sampai harta, semuanya adalah milik Allah SWT, bukan milik kita. Walaupun saya nanti miskin atau mati pun, saya siap," ujarnya.
Di tengah memberikan ceramah, salah satu santri dari Padepokan Nur Dzat Sejati diduga kerasukan.
Melihat itu, Gus Samsudin meminta beberapa orang membantu santri yang tengah kerasukan itu.
Tak lama setelah itu, satu santri lainnya tiba-tiba menangis di sela ceramah Gus Samsudin.
Kemudian satu per satu santri pun ikut menangis.
Pada akhir video, Gus Samsudin meminta seluruh santrinya sabar menghadapi permasalahan yang saat ini ada.
Dia menganggap, permasalahan yang ada saat ini adalah ujian dari Allah SWT.
Tuduhan Fitnah Penipuan
Gus Samsudin mengatakan bahwa Padepokan Nur Dzat Sejati telah menjadi korban penipuan opini di media sosial.
“Sebab sekarang ini sedang terjadi opini di media sosial bahwa padepokan itu melakukan penipuan. Padahal itu sama sekali tidak bisa dibuktikan,” ujar Gus Samsudin usai mengikuti mediasi di Kantor Polres Blitar, Selasa (2/8/2022) malam.
“Dan itu adalah sebuah kebohongan atau fitnah menurut kami,” tambahnya sembari berjalan meninggalkan gedung utama Kantor Polres Blitar.
Gus Samsudin dan Padepokan Nur Dzat Sejati memang dikenal aktif mengunggah konten video di YouTube.
Ia pun mengeluhkan perseteruannya dengan Pesulap Merah alias Marcel Radhival yang berujung pada penutupan padepokan merupakan imbas dari media sosial.
“Inilah hebatnya media sosial ya. Hanya karena opini kemudian terjadi masalah yang seperti ini,” tuturnya.
Dia tidak menyebut Pesulap Merah atau Marcel Radhival dan hanya menyebut opini tersebut sebenarnya berasal dari satu orang saja.
Namun, kata Samsudin, opini dari satu orang di media sosial itu memancing masyarakat luas hingga berujung pada tuntutan penutupan padepokan.
“Ini kan sebenarnya sebuah opini saja dari seseorang di media sosial sehingga orang lain ikut terpancing dalam masalah ini,” kata Samsudin.
(Tribunlampung.co.id/Tribunnews.com)