Perjuangan Sopir Bongkar Muat di Pelabuhan Panjang, Rela Kerja 24 Jam demi Kirim Uang ke Kampung
Jimmy sudah 7 tahun atau sejak 2015 bekerja sebagai sopir dump truck yang mengangkut komoditas yang dibongkar muat di Pelabuhan Panjang.
Penulis: Gustina Asmara | Editor: taryono
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Jimmy dan Bim nampak duduk santai di samping dump truck yang dikemudikannya di dekat pintu masuk Pelabuhan Indonesia Regional 2 Panjang, Lampung, Sabtu (10/9/2022), sekitar pukul 11.00 WIB. Hari itu mereka sedang menunggu shif untuk bongkar muat barang dari kapal yang membawa bungkil asal Kalimantan.
Bim terlihat memetik gitar. Sementara jimmy duduk menerawang. Jimmy sudah 7 tahun atau sejak 2015 bekerja sebagai sopir dump truck yang mengangkut komoditas yang dibongkar muat di Pelabuhan Panjang. Sementara Bim sudah 5 tahun.
Keduanya sudah sejak belia menjadi bagian dari keluarga besar Pelabuhan Panjang. Keduanya pun menjadi saksi hidup perubahan-perubahan yang terjadi di pelabuhan termasuk merger PT Pelabuhan Indonesia pada 2021 lalu.
Jimmy bercerita, ia mengadu nasib dari Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, sejak usia 16 tahun guna membantu kedua orangtua di kampung halaman. Awalnya ia jadi kernet, namun setelah memiliki SIM ia pun langsung jadi sopir dump truck.
"Saya anak ketiga. Saya sengaja merantau ke sini untuk bantu bapak ibu di kampung sekolahkan adik," ujarnya.
Ia mengaku setiap bulan mengirim uang kepada orangtuanya sekitar Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta. Jumlah pengiriman itu tergantung gaji yang ia dapat dari mengangkut barang di pelabuhan.
"Kalau banyak kapal sandar. Banyak yang bongkar muat, banyak pula penghasilan kami. Banyak pula yang bisa dikirim ke keluarga," ujarnya.
Menurut dia tidak setiap bulan ada kapal bongkar muat. Hanya di bulan-bulan tertentu yang ramai. Seperti saat akan Lebaran atau Natal.
Saat ini, katanya, cukup lumayan ada kapal bongkar muat. Sekarang, menurut Jimmy, banyak bongkaran komoditas untuk pakan ternak.
"Sebulan itu rata-rata saya dapat 40 rid. Itu bisa dapat Rp 2 juta. Tapi kalau lagi ramai bisa sampai Rp 4 juta sebulan. Tapi tahun ini paling tinggi dapat Rp 3,5 juta. Itu pun baru dua kali," tutur Jimmy.
Lebih Ketat
Jimmy lantas bercerita mengenai kondisi Pelabuhan Panjang saat ini setelah merger.
Menurut dia, saat ini aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Panjang diawasi dengan ketat, semakin tertata, dan serba disiplin.
"Saat ini kalau sudah tidak ada bongkar muat lagi, truk kita tidak boleh parkir di dalam pelabuhan. Jadi harus pulang parkir di tempat masing-masing. Jadi tertiblah," ujarnya.
Para buruh yang melakukan bongkar muat di dalam pelabuhan juga diwajibkan mengenakan APD berupa jaket dan helm. Hal itu dilakukan demi keselamatan para pekerja di pelabuhan.
Selain itu, selama proses bongkar muat selalu diawasi. Jadi sopir truk tidak bisa mengambil sisa-sisa muatan.
"Jadi sekarang serba ketat dan disiplin. Apalagi sejak pelabuhan merger. Pelabuhan juga lebih rapi," kata dia.
Jimmy mengatakan, pihak pelabuhan dan polisi juga melarang truk-truk parkir di pinggir jalan. Sebab dinilai bisa menimbulkan kecelakaan dan kemacetan.
"Sudah sejak Lebaran kemarin gak boleh lagi parkir di jalan. Harus masuk "kandang" masing-masing," tuturnya seraya menunjukkan jalan di depannya yang sudah tidak ada lagi dump truck parkir.
24 Jam
Jimmy bercerita, bekerja di pelabuhan itu tidak memiliki jam kerja. Para sopir bisa dibilang harus siaga 24 jam menunggu "panggilan" tugas melakukan bongkar muat barang.
"Kadang bongkaran dimulai malam hari kalo kapalnya baru sandar sore. Seperti hari ini, kemungkinan baru bongkar barang habis maghrib. Dan itu belum tentu langsung muat, harus antre dulu. Sebab ada banyak truk yang mau ambil order muat barang," ceritanya.
Ia mengatakan proses bongkar muat juga tergantung cuaca. Jika cuaca hujan, pemilik kapal tidak mau barangnya diturunkan karena khawatir rusak.
"Jadi sopir hanya bisa menunggu sampai hujan berhenti," katanya.
Hal tak jauh berbeda diungkapkan Bim. Ia yang lebih tua dari Jimmy 3 tahun mengaku sebelumnya menjadi sopir dump truck di Jakarta. Dan 5 tahun terakhir pindah ke Pelabuhan Panjang.
Menurut dia, 90 persen sopir dump truck di kawasan pelabuhan itu berasal dari Lahat Sumatera Selatan. Mereka semua merantau dan mengadu nasib demi keluarga di kampung halaman.
Bim mengaku rela bekerja 24 jam bongkar muat barang di pelabuhan demi mengirimkan uang untuk orangtuanya.
"Saya anak tunggal. Orangtua cuma petani kopi di kampung. Sudah 8 tahun ini tidak pulang. Tapi suka kirim kabar. Kadang video call," tuturnya.
Ia bercerita, barang yang diangkut di pelabuhan beragam. Dengan muatan 30 ton, dump truck-nya biasa mengangkut bungkil, kedelai, makanan ayam, pupuk KCL, pupuk Ponska, Urea, kernel.
"Sekarang ini lagi banyak bongkaran bungkil. Itu kapalnya dari Jambi atau Kalimantan," kata dia.
Selama September ini menurutnya, sudah ada 5 kapal yang bongkar muat. Ia pun mengaku baru mendapat 5 rid. Namun rata-rata dalam sebulan ia mendapat 40 rid.
Sama seperti Jimmy, dia mengakui, jika saat ini aktivitas di Pelabuhan Panjang lebih ketat. Aktivitas bongkar muat barang saat ini diawasi oleh pemilik barang atau gudang maupun penjaga di pelabuhan.
"Yang paling terasa itu, truk-truk kita itu tidak boleh parkir lagi di dalam pelabuhan jika sudah selesai bongkar muat barang. Kalau dulu kan masih boleh," tuturnya.
Antre Lama
Kisah lain diungkapkan Yanto. Pria 42 tahun ini mengaku sudah 9 tahun menjadi sopir dump truck yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan Panjang.
Hari itu, Senin (12/9/2022), sekitar pukul 11.00 WIB, ia terlihat sedang bersandar di kursi kemudi dump truck-nya. Di depan, samping kiri, dan kanannya juga terlihat sejumlah truk yang sedang antre untuk mengangkut bungkil.
Ia bercerita, saat itu sedang menunggu antrean muat barang. Ia mengantre sudah dari jam 04.00 dini hari, Senin (12/9). Namun sampai jam 11.00 siang, masih belum mendapat giliran untuk muat bungkil.
Menurut dia, kapal tongkang yang sedang sandar itu membawa sekitar 7.000 ton bungkil dan sudah sejak Minggu sore melakukan proses bongkar muatan.
Ia mengaku, profesinya tidak mengenal jam kerja. Saat ada kapal sandar untuk melakukan bongkar muat, maka mereka pun harus segera mengantre untuk bisa dapat order mengangkut barang.
"Tidak tentu. Kadang antre dari pagi, baru malam dapat muatan. Kadang antre dari subuh baru sore dapat muatan. Jadi selalu siaga 24 jam," tuturnya.
Dan dalam sehari itu paling hanya dapat satu rid saja. Menurutnya, saat ini ada banyak dump truck yang beroperasi di Pelabuhan Panjang.
"Sekitar 400 unit lebih," katanya.
Dulu, kata dia, hanya sekitar 300-an unit dump truck. Alhasil, jumlah muatan yang didapat para sopir pun berkurang.
"Kalau dulu bisa dapat Rp 4 juta sebulan, sekarang hanya sekitar Rp 2 juta," cerita Yanto.
Namun, ia masih bersyukur, dengan uang tersebut, ia bisa menafkahi istri dan ketiga anaknya. Ia mengaku, anak pertamanya sudah duduk di kelas 1 SMA, anak kedua SMP, dan anak ketiga masih berusia 4 tahun.
1.100 Armada
Sekretaris DPC Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Panjang Ilham Tanjung, menuturkan, ada sekitar 1.100 armada yang beroperasi di Pelabuhan Panjang. Jumlah itu menurutnya bertambah sekitar 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari 1.100 armada itu, terdiri dari angkutan peti kemas, dump truck, tangki cair, dan lainnya. Khusus untuk dump truck menurut Ilham, ada 266 unit yang beroperasi di pelabuhan.
Namun saat ditanya jika sopir menyebut ada 400 lebih dump truck yang beroperasi, ia mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan verifikasi ulang.
Sehingga akan diketahui data dan kondisi real armada dump truck saat ini. Apalagi, pihak Pelindo Panjang juga akan menerapkan Single Truck Identity documen (STID).
"Jadi nanti, jelas siapa saja dan armada truk apa saja yang beroperasi di pelabuhan ini," kata dia.
Meski begitu Ilham menuturkan, tidak ada syarat khusus untuk menjadi sopir angkutan barang di Pelabuhan Panjang. Yang paling utama, sopir memiliki SIM, usia memenuhi persyaratan minimal 17 tahun.
Ilham mengatakan, mayoritas sopir-sopir armada di Pelabuhan kini berusia muda. Rata-rata di bawah 50 tahun.
"Kalau kita bandingkan dengan 5 tahun lalu, masih banyak yang berusia di atas 50 tahun," katanya.
Menurut dia, sejauh ini aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Panjang berjalan lancar dan tidak ada gangguan berarti. Meski begitu ia berpesan agar surat-surat terkait mengemudi dilengkapi. Hal ini demi kelancaran aktivitas di Pelabuhan.
Dia juga mengatakan, saat ini tarif bongkar muat barang naik 17 persen pasca naiknya BBM. Kenaikan itu sudah disepakati bersama.
Pengiriman Meningkat
Sementara Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Lampung A Zamzani Yasin menuturkan, saat ini pengiriman barang mulai meningkat pasca pandemi Covid-19 melandai.
Umumnya pengiriman barang ke luar negeri yakni Singapura. Komoditas yang dikirim seperti kopi dan nanas.
Meski begitu ia mengatakan, saat ini sedang kekurangan kontainer sehingga sedikit mengganggu proses pengiriman barang.
"Kontainer sedang langka saat ini. Kontainer ini didatangkan dari luar Lampung," ujarnya.
Terkait layanan di Pelabuhan Panjang pasca merger, ia mengaku tidak ada masalah signifikan yang terjadi. Karena menurutnya, masih dibawah satu komando meski kini pelabuhan sudah merger.
Untuk urusan dokumen dan bea cukai juga lancar tanpa kendala karena semua sudah online. Sehingga lebih cepat dan transparan.
Meski begitu ia berharap agar aturan terkait kapal sandar lebih tegas lagi.
"Jadi kapal sandar itu sesuai antrean. Jangan yang di belakang mendahului antrean yang di depan," ujar dia.
Cost Logistik Mahal
Ketua Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) yang juga Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Provinsi Lampung, Yusuf Kohar menuturkan, pelayanan bongkar muat di Pelabuhan Panjang relatif lancar dan tepat waktu.
Menurut dia, kedatangan kapal dan sandar sudah terjadwal. Sehingga, para pemilik angkutan truk juga sudah tahu kapan akan melakukan bongkar muat barang di pelabuhan.
Ia hanya berharap Pelindo Panjang mempertahankan layanannya agar lebih prima lagi.
Menurutnya, saat ini cost logistik pelabuhan di Indonesia masih tinggi sekitar 26-31 persen.
"Itu biaya tertinggi di ASEAN. Negara ASEAN lain itu 18 persen cost logistiknya," kata Yusuf.
Yusuf meneruskan, alangkah baiknya jika bongkar muat sudah cepat, angkutan lancar, unit cost juga murah. Sehingga, semua pelaku usaha di pelabuhan juga sejahtera.
Lebih lanjut Yusuf Kohar menuturkan, aktivitas di Pelabuhan Panjang mayoritas kegiatan ekspor. Ekspor tersebut mayoritas ke negara Amerika Serikat, kawasan Eropa, Jepang, Singapura. Komoditas yang diekspor seperti kopi, nanas, CPO, arang, sabut kelapa, dan lainnya.
Kontainer Langka
Persoalan eksportir saat ini kata Yusuf Kohar adalah kondisi kontainer yang langka dan adanya biaya-biaya tidak jelas yang dibebankan ke eksportir. Kondisi itu menurutnya, menyulitkan para eksportir dan menurunkan volume ekspor sekitar 20 persen.
"Eksportir ini bagaimana mau mengirim barang ke luar negeri jika kontainernya tidak ada. Eksportir ini sekarang banyak kesulitannya. Pengusaha bingung, apa yang menyebabkan kontainer langka? Apa karena memang tidak ada barangnya di Indonesia atau karena ada permainan," ungkap Yusuf Kohar Minggu (11/9/2022).
Ia mengatakan, akibat kelangkaan kontainer ini, kegiatan ekspor jadi terhambat. Perputaran uang menjadi lambat. Apalagi, selama ini beberapa komoditas dimuat dengan kontainer. Seperti komoditas kopi dan nanas. Komoditas ini dikirim ke Amerika Serikat, Eropa, dan ada ke Jepang.
"Kalau sebelum kontainer ini langka, setiap barang jadi, kita bisa langsung ekspor ke luar negeri. Tanpa menunggu-nunggu, sehingga perputaran uang cepat. Kalau sekarang, kita terpaksa mengirim komoditas yang biasanya pakai kontainer itu menggunakan kapal konvensional. Itu jelas waktunya menjadi lebih lama sehingga berdampak pada perputaran uang yang jadi lama juga," beber Yusuf.
Yang paling miris, kata Yusuf Kohar, adalah pengusaha yang mengekspor komoditas-komoditas yang nilainya tidak terlalu tinggi. Seperti, sabut kelapa dan arang. Saat ini, mereka banyak yang berhenti ekspor. Karena biaya tinggi, sementara nilai barang rendah.
"Jadi tidak menutup pengeluaran mereka," jelas dia.
Mantan Wakil Wali Kota Bandar Lampung ini menjelaskan, kondisi eksportir semakin terjepit karena sejak pandemi Covid-19 atau tahun 2020 lalu ocean freight rate juga sangat tinggi.
Yusuf mencontohkan, tahun 2020, ocean freight rate (OFR) ke Amerika Serikat sebesar 26 ribu USD dan turun tipis jadi 20 ribu USD sampai saat ini. Padahal sebelum pandemi, ocean freight rate ke AS hanya sekitar Rp 8.000.
Kemudian, ocean freight rate ke Eropa pada 2020 sebesar 10-14 ribu USD, saat ini jadi 8.000 USD. Padahal sebelum pandemi, ocean freight rate ke Eropa ini cuma 2.500-4.000 USD.
"Ini untuk kontainer D20 (20 feet)," kata Kohar.
Menurutnya, negara ini tidak memiliki kapal sendiri yang mengarungi perjalanan ke luar negeri atau Kapal Ocean Going Vessel (OGV). Kapal-kapal ocean going yang ada saat ini seluruhnya milik asing. Pengusaha di Indonesia hanya menjadi agen dari pelayaran/kapal asing itu.
"Nah ini pihak pelayaran asing seenak-enaknya menaikkan tarif (ocean freight rate). Bahkan saat eksportir membatalkan booking kapal, kena denda sebesar 300 USD, padahal waktu pengirimannya masih lama. Padahal, kapal-kapal asing itu beroperasi di Indonesia. Harusnya pemerintah mengaturnya," jelas dia.
Yusuf mengatakan, di negara China, setiap kapal asing yang beroperasi harus ikut aturan mereka. Pemerintah yang menentukan tarif-tarifnya.
Sementara di India, pemerintahnya menyiapkan kapal untuk aktivitas ekspor impor.
"Jadi dipersilakan sewa kapal mereka jika ingin bermain di laut mereka. Nah ini pemerintah Indonesia harusnya juga punya langkah. Jadi bukan pihak kapal asing yang menekan pengusaha Indonesia," bebernya.
Tarif Truk Naik
Dalam kesempatan ini, Yusuf Kohar juga menyebut jika kenaikan bahan bakar minyak (BBM) subsisi jenis solar awal September lalu turut berpengaruh pada tarif angkutan truk barang dan logistik di Pelabuhan Panjang Lampung. Tarif truk angkutan barang dan logistik naik 17 persen.
Meski begitu ia mengatakan, kenaikan sebesar 17 persen itu merupakan kesepakatan bersama para pelaku usaha di Pelabuhan Panjang.
Kesepakatan tersebut dilakukan pelaku usaha yang diwakili Ketua DPC Organda Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Panjang Fachruddin Tanjung, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Lampung H. A Zamzani Yasin, Ketua DPD Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Lampung yang juga Ketua Gabungan Perusahaan Eksportir Indonesia (GPEI) Lampung M Yusuf Kohar pada Sabtu (3/9).
"Keputusan itu melalui pembahasan secara komprehensif dengan semua pelaku usaha di Pelabuhan Panjang. Kesepakatan itu sudah win-win solutin. Dan kenaikan itu sudah resmi berlaku sejak 4 September lalu," katanya.
Lebih lanjut Yusuf Kohar menjelaskan, pihak Kementerian Perhubungan pernah mengungkapkan jika setiap terdapat kenaikan 10 persen BBM maka akan mempengaruhi tarif angkutan sebesar 2 persen.
Namun disamping itu, ada dampak lain. Seperti kenaikan harga ban, spare part, oli, biaya perawatan, dan lainnya.
Selain itu tarif angkutan barang di Pelabuhan Panjang juga belum pernah ada penyesuaian sejak 2016.
"Jadi kenaikan itu sekali lagi sudah berdasarkan kesepakatan bersama," kata dia.
Seperti diketahui, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax terjadi sejak Sabtu (3/9) pukul 14.30 WIB.
Harga Pertalite yang semula Rp 7.650 per liter naik jadi Rp 10.000 per liter.
Kemudian, harga Solar subsidi dari Rp 5.150 per liter naik jadi Rp 6.800 per liter, dan harga Pertamax dari Rp 12.500 jadi Rp 14.500 per liter.
Serba Online
General Manager PT Pelindo Regional 2 Panjang Adi Sugiri didampingi bagian Humas Tirta mengatakan, waktu sandar kapal dan proses bongkar sekarang sudah semakin cepat. Bahkan untuk di Pelabuhan Panjang lebih cepat dari aturan yang ditetapkan Dirjen Perhubungan Laut.
Ia mencontohkan, untuk kapal dengan muatan 10 ton curah kering, waktu bongkaran maksimal 3 hari. Nah saat ini sudah lebih cepat dari itu.
Untuk memastikan jadwal itu berjalan, kata Adi, pihak Pelindo melakukan pengawasan.
"Jadi kita pantau pelaksanaannya di lapangan. Jika kapal belum melakukan bongkaran, kita tanya dan kita ingatkan waktu bongkaran mereka. Jadi kita mendorong mereka agar bekerja sesuai waktunya," jelas dia, Senin (12/9/2022).
Selain itu, kata Adi, pekerja yang ada dalam pelabuhan juga diwajibkan memakai APD berupa jaket dan helm demi keselamatan mereka.
Sementara terkait sopir dan armada yang beroperasi di pelabuhan, pihaknya dalam waktu dekat akan menerapkan Single Truck Identity Document (STID).
"Ini juga salah satu yang kita lakukan pasca merger. Proses STID saat ini masih di Organda. Organda melakukan verifikasi dump truck apa saja yang operasi, milik siapa, siapa sopirnya, bagaimana kondisi truknya. Nah itu didata dan diverifikasi Organda. Dari Organda diserahkan ke KSOP, baru kemudian diserahkan ke Pelindo untuk dimasukkan ke siatem dan cetak kartu," bebernya.
Diperkirakan, akhir September ini STID sudah diterapkan.
"Jadi nanti dump truck yang bisa masuk pelabuhan yang sudah dapat kartu STID ini," katanya.
Menurut Adi, kerja-kerja di pelabuhan sudah ada standarnya. Apalagi, Pelabuhan Pelindo Panjang telah memiliki standar sertifikasi internasional.
Adi juga menuturkan, kerja-kerja di pelabuhan saat ini sudah serba online. Mulai dari e-registrasion, e-tracking, e-booking, e-inovice, e-payment. Bahkan jadwal sandar kapal pun sudah ada.
Pelayanan kapal juga menerapkan prinsip: siapa yang pertama datang itu yang pertama dilayani.
"Jadi tidak bisa menyerobot, terkecuali kapal yang mengangkut makhluk hidup dan bahan bakar. Nah itu diprioritaskan," ungkapnya seraya menunjukkan kapal-kapal yang sedang menunggu antrean sandar ke Dermaga Multipurpose.
Adi mengatakan, ada kalanya kapal sudah lama datang tapi belum sandar. Kondisi itu disebabkan banyak hal. Misal, gudang sedang penuh atau dokumen mereka belum lengkap.
"Jadi tidak melulu karena dermaganya penuh," kata dia.
Menurutnya, saat ini jumlah dermaga di Pelabuhan Panjang sudah bertambah. Sehingga bisa mengurai kepadatan kapal.
Jika dulu hanya ada dermaga A-E, kini sudah ada dermaga/terminal Isab. Dulunya dermaga ini disewa sebuah perusahaan, namun sejak 2011 sudah kembali dimanfaatkan Pelindo Panjang.
Dermaga tersebut dimanfaatkan jadi dermaga multipurpose. Panjang dermaga tersebut 300 meter dan kapal-kapal dengan panjang 230 meter bisa sandar di dermaga ini.
Selain itu, dermaga TBL juga bisa dimanfaatkan Pelindo Panjang untuk mengurai kepadatan kapal.
"Dermaga TBL ini, lahannya milik Pelindo namun disewa oleh TBL. Namun dalam kerja sama itu, jika dermaga kosong dan pelabuban panjang padat maka kapal-kapal bisa bersandar di sana," kata Adi.
Dermaga C atau Roro juga bisa dimanfaatkan untuk multipurpose. Ketika kapal sedang padat, dan dermaga C masih kosong, maka kapal-kapal yang membawa komoditas curah kering atau cair bisa sandar di dermaga ini.
"Seperti hari ini, ada kapal tongkang muatan bungkil yang sandar di sini. Karena dermaganya masih muat dan kapalnya bisa sandar di sini, maka dialihkan sandar di sini," kata dia.
Pelindo juga saat ini memiliki fasilitas baru pasca merger yakni piperack atau rak pipa. Ini merupakan inovasi baru.
"Jadi kapal yang membawa komoditas curah cair misal CPO bisa bongkaran di sini. CPO-nya akan masuk ke pipa-pipa tersebut, sehingga mutu komoditas terjaga," tambah dia.
Adapun dermaga yang dimiliki Pelindo Panjang yakni dermaga A dan B (multipurpose), C (dermaga kapal Roro), D (curah kering), dan E (petikemas)
Umumnya aktivitas di pelabuhan didominasi kegiatan ekspor. Tahun 2021, ekspor melalui Pelabuhan Panjang sebanyak 2.489.520 ton. Adapun komoditas yang diekspor yakni PKE, molases, RBDPO, pome, Tapioka, PFAD, fame, ethanol, crude glycerine, RBDPS.
Sementara yang ekspor menggunakan petikemas pada 2021 sebanyak 50.033 Teus. Komoditasnya seperti nanas, kopi, pulp, tapioka starch, crude glycerine, frozen shrimp, karet, fresh pineapple, rubberwood, blackpaper.
Untuk aktivitas impor yang dikemas tanpa petikemas pada 2021 sebanyak 1.713.348 ton. Adapun komoditasnya, raw sugar, soyabean, soyabean meal, pupuk, sapi, methanol, beras, PKE, solar, dan benthonite.
Sementara impor melalui terminal petikemas tahun 2021 sebanyak 10.169 Teus. Komoditasnya, Dried Grains with solubles, broken rice, animal feed, meat and bone meal, tin plate, raw sugar, porcelain tiles, yelloe soybean, ammonium suplhate, corn gluten meal.
Untuk arus kunjungan kapal sejak Januari-Agustus 2022 sebanyak 304 unit untuk pelayaran luar negeri dengan total muatan 5.795.687 gross ton.
Sedangkan untuk arus kunjungan pelayaran dalam negeri sebanyak 845 unit dengan total muatan 2.855.241 GT.
Ada pula pelayaran rakyat yang pada masuk pada Juli lalu sebanyak 8 unit dengan total muatan 2.690 GT.(gustina asmara)