Awet Muda di Usia 57 Tahun, Adi Bing Slamet Bocorkan Rahasianya

Tribunlampung.co.id, Jakarta – Berita terkini seleb Adi Bing Slamet awet muda meski usianya menginjak kepala lima.

Artis senior Adi Bing Slamet justru mengaku tidak berlebihan memperlakukan wajahnya hingga tampak awet muda seperti saat ini.

Bahkan Adi Bing Slamet tidak pelit membagikan ilmu supaya terlihat awet muda meski usianya sudah tergolong tua.

Adi Bing Slamet lantas membocorkan rahasianya agar tetap awet muda.

Berusia 57 tahun, penampilan Adi Bing Slamet kini disorot.

Adi Bing Slamet terlihat segar dan awet muda meski mendekati usia 60 tahun.

Apa rahasia Adi Bing Slamet terlihat segar dan awet muda?

Ayah dari Adzana Bing Slamet ini mengaku menjalani perawatan untuk terus menjaga penampilannya meski hampir berkepala 6.

Selain itu, perawatan diri yang dilakukannya itu untuk menjaga rasa percaya dirinya sebagai public figure.

Menurut actor legendaries ini, menjalani perawatan adalah hal yang wajar asal tidak berlebihan.

"Perawatan biar fresh, itu ajalah tujuannya. Kan kalau kita merawat hasilnya bagus, kata Allah merawat bagus tapi jangan sampai berlebihan," ujar Adi Bing Slamet, dilansir dari YouTube TRANS TV Official, Senin (5/6/2023).

Selain wajahnya yang awet muda, gaya atau outfit Adi Bing Slamet saat hadir di salah satu program acara terlihat seperti anak remaja.

Meski telah lama muncul di layar kaca, sosok Adi Bing Slamet masih tetap lucu dan suka melawak seperti biasa.

Adi pun mengungkapkan jika istrinya lah yang membujuknya untuk rutin melakukan perawatan.

"Awalnya mamah, 'ayo pah biar seger, pas dicobain ternyata gak terlalu sakit biasa aja kaya digigit semut," ucap Adi Bing Slamet.

Kini, mertua Rizky Alatas ini memang membatasi kesibukannya di dunia hiburan Tanah Air.

Adi kini lebih banyak menghabiskan waktu di rumah sembari bermain dengan cucu-cucunya.

"Waduh sekarang main sama cucu, nikmat banget punya cucu. Mereka lucu, cucu-cucu saya arahnya pada ke nyanyi semua," kata Adi Bing Slamet.

Memiliki ketiga anak di mana satu di antaranya telah menikah, Adi mengungkapkan criteria calon menantunya untuk anak kedua dan bungsunya.

Tak muluk-muluk, Adi Bing Slamet calon menantunya beriman dan bisa membahagiakan anaknya.

"Calon mantu yang penting agamanya jelas, bisa menjadi imam yang baik bisa memberikan kebahagiaan lahir batin," tandas Adi Bing Slamet.

Mengenang Konser Maut Adi Bing Slamet

Mengenang konser maut di Medan 42 tahun silam yang menewaskan 9 anak-anak saat menonton pertunjukan artis cilik Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet dan Ira Maya Sopha pada 17 September 1979.

Sebanyak 9 anak-anak penonton konser Adi Bing Slamet meninggal dunia akibat berdesak-desakan dan terinjak massa.

Ratusan anak lainnya mengalami luka-luka hingga pingsan dan harus dirawat.

Banyak orang yang tidak mengetahui peristiwa masa lalu ini atau telah melupakan peristiwa konser di Medan yang menelan korban jiwa sembilan anak.  

Artis cilik Adi Bing Slamet dan Iyut Bing Slamet serta Ira Maya Sopha mengadakan pertunjukan di Stadion Teladan, Medan, Sumatera Utara.

Pertunjukan ini diselenggarakan oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumatera Utara bekerja sama dengan PT Kamar Jaya.

Konser artis cilik Ibu Kota itu menarik antusiasme warga dan anak-anak.

Namun, pertunjukan yang sedianya akan dilangsungkan pada Minggu pagi itu berubah menjadi petaka, saat massa mulai tak terkendali.

Menurut arsip pemberitaan Harian Kompas, 17 September 1979, saat itu, 200.000 pengunjung berdesakan untuk menyaksikan pertunjukan Adi Bing Slamet.

Padahal, kapasitas stadion dirancang hanya untuk 30.000 orang.

Namun, pemberitaan Harian Kompas, 2 April 1981, menyebutkan, saat itu stadion diisi oleh 91.500 penonton.

Akibat peristiwa ini, sebanyak 9 anak tewas terinjak-injak massa.

Sementara, puluhan lainnya luka-luka, dan ratusan lainnya jatuh pingsan.

Pemberitaan Harian Kompas, 19 September 1979, menuliskan, korban tewas bertambah menjadi 10 orang.

Adapun korban tewas merupakan anak-anak berusia 5 hingga 12 tahun, sementara 8 di antaranya merupakan perempuan.

Kronologi PGRI Sumut selaku penyelenggara saat itu mengadakan pertunjukan dengan tujuan penggalangan dana untuk mendirikan sekolah PGRI.

Bahkan, penyelenggara ketika itu menyediakan tiket sebanyak 2,5 juta lembar yang disalurkan ke setiap sekolah.

Akan tetapi, menurut Harian Kompas, 2 April 1981, di persidagan terungkap jumlah tiket yang dicetak dan diedarkan sebanyak 91.500 lembar.

Menurut keterangan Kadapol-II/SU, Brigjen Polisi JFR Montolalu, tiket tersebut disalurkan ke 57 SD sebanyak 50.000 lembar, lalu ke tingkat SMP dan SMA sebanyak 30.000.

Sementara, puluhan ribu lembar lainnya diberikan ke sekolah-sekolah di luar Kota Medan.

Adapun, harga per lembarnya dibanderol Rp 250.

Arsip pemberitaan Harian Kompas, 19 September 1979, menyebutkan, saat itu pihak penyelenggara mengajukan permohonan izin pertunjukan ke polisi pada 6 September 1979.

Setelah izin diberikan, pelaksanaan teknis pertunjukan diserahkan kepada PT Kamar Jaya.

Menurut pemberitaan Harian Kompas 2 April 1981, dalam perjanjian dengan PT Kamar Jaya, pihak PGRI akan memperoleh Rp 1 juta.

Jika pertunjukan tersebut mendatangkan keuntungan, maka PGRI Sumut akan memperoleh bagian sebesar 40 persen dari keuntungan bersih yang didapatkan.

Pertunjukan tersebut berubah menjadi bencana ketika Stadion Teladan hanya memiliki satu buah pintu dan diangggap terlampau sempit dibanding dengan massa yang hadir.

Akhirnya, para pelajar yang datang untuk menyaksikan pertunjukan itu pun mulai berdesak-desakan.

Peristiwa tersebut terjadi satu jam sebelum konser dimulai.

Pertunjukan yang sedianya akan dimulai pukul 09.00 WIB pagi itu akhirnya tidak jadi berlangsung karena kejadian ini.

Bahkan, stadion baru bisa dikosongkan pada pukul 12.00 WIB.

(Tribunlampung.co.id/Putri Salamah)