Tempat Wisata
Pesona Tempat Wisata Gunung Tertinggi di Lampung, Ada Sumur Tujuh dan Burung Misterius
Memiliki ketinggian sekitar 2.262 mdpl, tempat wisata Gunung Pesagi menjadi atap tertinggi di Lampung Barat bahkan Provinsi Lampung.
Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Indra Simanjuntak
Tribunlampung.co.id, Lampung Barat - Memiliki ketinggian sekitar 2.262 mdpl, tempat wisata Gunung Pesagi menjadi atap tertinggi di Lampung Barat bahkan Provinsi Lampung.
Gunung Pesagi merupakan satu tempat wisata gunung di Lampung Barat yang masih menyimpan banyak misteri dan keindahan di dalamnya.
Bagi para pendaki dan pecinta alam, tak puas rasanya jika belum mendaki gunung yang disinyalir menjadi cikal bakal terbentuknya suku Lampung ini.
Pasalnya, di dalam hutan pada gunung itu, terdapat banyak sekali pepohonan besar yang sudah hidup lebih dari 100 tahun.
Selain itu, para pendaki akan disuguhkan dengan vegetasi tumbuhan yang sangat padat di hutan dengan diselimuti lumut hijau.
Beragam jenis tumbuhan unik dan langka serta satwa liar bisa dijumpai ketika sedang menaiki puncak Gunung Pesagi.
Selama dalam perjalanan, pendaki bisa menikmati keindahan panorama alam Lampung Barat yang masih asri dan tentunya sangat terjaga.
Beberapa hal tersebut seakan menjadi daya tarik bagi para pendaki untuk bisa menjelajahi gunung tersebut agar bisa sampai ke puncak.
Selain menyimpan banyak keindahan, gunung ini juga masih menyimpan banyak misteri di dalamnya.
Contoh misteri yang cukup terkenal yakni misteri tentang Sumur Tujuh yang terletak di dekat puncak Gunung Pesagi.
Berdasarkan mitos yang beredar, sumur ini merupakan sumur suci yang terdapat tujuh lubang kecil di dalamnya.
Lubang-lubang yang berada pada Sumur Tujuh tersebut kadang terisi air dan kadang tidak terisi air sedikit pun.
Menurut informasi dari masyarakat sekitar, hanya pendaki yang beruntung dan berhati bersih saja yang dapat melihat dan menikmati air pada sumur tersebut.
Tak jauh dari Sumur Tujuh, terdapat juga sumber mata air sejuk dan segar yang sering disebut Pancur Mas oleh masyarakat.
Pancur Mas ini merupakan tempat para pendaki untuk melepas dahaga dan membersihkan diri setelah berhasil menaklukkan puncak Gunung Pesagi.
Misteri yang tak kalah menarik lainnya adalah tentang keberadaan burung penuntun jalan yang ada di dalam hutan.
Para pendaki pemula maupun profesional biasanya akan dihampiri oleh seekor burung misterius berwarna hitam.
Burung yang mirip seperti burung gagak namun bertubuh kecil itu biasanya datang menghampiri para pendaki untuk menuntun jalan mereka ke puncak.
Selain itu, gunung ini juga dipercaya menjadi tempat yang sakral dan keramat, sebab para wali terdahulu dipercaya pernah menyambangi iokasi ini.
Adapun tempat wisata pendakian Gunung Pesagi terletak di perbatasan antara Lampung Barat, Lampung dan OKU Selatan, Sumatera Selatan.
Hanya saja, sebagian besar wilayah gunung tersebut berada di Kabupaten Lampung Barat yang berjuluk Negeri di Atas Awan ini.
Terdapat dua jalur untuk bisa mencapai puncak.
Yakni melalui jalur Pekon Hujung, Kecamatan Belalau dan jalur Pekon Bahway, Kecamatan Balik Bukit.
Mengobati rasa penasaran, pada hari Sabtu (26/8/2023), Tribunlampung.co.id memberanikan diri untuk menaklukkan serta merasakan pengalaman mendaki Gunung Pesagi.
Tim diizinkan dan diberi kesempatan oleh pihak Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat untuk muncak di gunung tertinggi di Lampung tersebut.
Kali ini, tim yang berjumlah lima orang memutuskan untuk muncak ke Gunung Pesagi melalui jalur Pekon Bahway, Kecamatan Balik Bukit.
Alasan memilih jalur Bahway dikarenakan kondisi trek pada jalur tersebut terbilang sedikit mudah dibanding jalur Pekon Hujung.
Selain itu, banyak spot-spot foto menarik yang bisa ditemui oleh para pendaki ketika muncak melalui jalur Bahway ini.
Kendati demikian, meski terbilang sedikit mudah, waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puncak via jalur Bahway ini terbilang lebih lama dibanding via jalur Hujung.
Diperlukan waktu 8-10 jam untuk sampai ke puncak Gunung Pesagi jika melalui jalur Pekon Bahway yang merupakan desa wisata di Lampung Barat itu.
Jika melalui jalur Hujung, pendaki hanya memerlukan waktu kurang lebih 5 jam untuk bisa sampai ke puncak.
Singkat cerita, perjalanan kami untuk sampai ke puncak gunung tertinggi di Lampung ini dimulai dari basecamp Pokdarwis yang berada di kaki Gunung Pesagi tepatnya di Pekon Bahway.
Sebelum memulai perjalanan, sempat bertemu para penggiat wisata dan Pokdarwis setempat untuk mencari informasi terkait Gunung Pesagi.
Salah satu penggiat wisata Gunung Pesagi yang bernama Wahdi mengatakan, pihaknya mulai mengelola wisata ini sejak tahun 2021.
“Saat itu para Pokdarwis mulai mengelola dengan tujuan agar pendaki bisa tertib adminitrasi,” ujar dia saat ditemui di lokasi.
“Dengan dikelola diharapkan juga dapat memberikan timbal balik ke desa Bahway yang merupakan desa wisata di Lampung Barat,” terusnya.
Kemudian, dirinya menjelaskan, saat ini terdapat dua pos aktif yang berada di dalam hutan Gunung Pesagi.
“Di gunung ini kalau di dalam hutannya ada dua pos, yang pertama pos satu itu disebut bivaksar dan pos dua itu disebut pos air,” jelas dia.
“Pos satu itu tempatnya datar yang merupakan tempat istirahat pertama kali. Karena dari Pintu Rimba itu pendaki akan melewati beberapa trek yang terjal,” sambungnya.
Sedangkan untuk pos dua, lanjut Wahdi, pos tersebut merupakan tempat untuk mengambil air sekaligus tempat beristirahat bagu para pendaki.
Wahdi mengungkapkan, akan ada banyak hal yang bisa didapatkan pendaki ketika muncak ke Gunung Pesagi.
“Ketika mendaki, para pendaki bisa mendapatkan sunset, kalau pagi di Pintu Rimba itu bisa melihat lautan awan,” ungkap dia.
“Ada tumbuhan langka dan satwa liar, kalau lewat jalur Bahway bisa lihat hutan lumut. Kemudian ada batu lempeng yang menjadi spot favorit untuk berfoto,” terusnya.
Tak perlu waktu lama, tepat pada pukul 11.00 WIB, akhirnya kami bergegas dari basecamp untuk menuju puncak Gunung Pesagi.
Dari basecamp, biasanya pendaki harus menuju ke lokasi Pintu Rimba dahulu agar bisa memulai perjalanan ke pos satu dan pos dua.
Kurang lebih satu setengah jam atau tepatnya pukul 12.30 WIB, kami berhasil sampai ke Pintu Rimba yang merupakan titik awal istirahat.
Di lokasi Pintu Rimba ini kami cukup lama beristirahat karena mempergunakan waktu untuk makan siang sekaligus beribadah terlebih dahulu.
Setelah dirasa siap, pukul 14.00 WIB, akhirnya kami melanjutkan perjalanan memasuki hutan untuk menuju ke pos satu.
Awal masuk hutan, kami langsung disambut oleh vegetasi tanaman yang sangat padat dan udara yang cukup dingin.
Kondisi trek yang cukup basah dan licin tidak menghilangkan semangat kami untuk bisa sampai ke puncak gunung.
Kurang lebih pukul 15.30 WIB, akhirnya kami berhasil sampai ke pos satu yang saat itu sedang dipenuhi oleh kabut yang tebal.
Di pos tersebut kami memutuskan untuk beristirahat meminum kopi dan teh hangat sejenak sambil menikmati sejuknya kabut yang menyelimuti.
Singkat cerita, kami kembali melanjutkan perjalanan dan berhasil sampai ke pos dua pada pukul 17.50 WIB.
Dengan kondisi yang sudah mulai gelap dan dingin, akhirnya kami memutuskan untuk bermalam di pos dua dan melanjutkan perjalanan pada esok harinya.
Malam itu kami ditemani oleh suara khas satwa-satwa di hutan dan udara malam Lampung Barat yang terkenal sangat dingin.
Waktu berjalan cepat dan pagi pun tiba, tepat pada pukul 09.00 WIB, akhirnya kami memutuskan untuk kembali memulai perjalanan menuju ke puncak.
Ada hal yang menarik ketika kami sedang ingin memulai perjalanan dari pos dua menuju puncak Gunung Pesagi.
Saat sedang sarapan sambil menyiapkan seluruh peralatan dan logistik, kami dihampiri oleh seekor burung misterius berwarna hitam.
Dilihat dari gerak-geriknya, burung misterius itu sedang menunggu kami untuk memulai perjalanan ke atas.
Benar saja, saat kami mulai berjalan dari pos dua, burung misterius itu juga ikut berjalan di depan kami seakan ingin menunjukkan jalan.
Burung tersebut kadang berjalan di depan kami, kadang hinggap di ranting-ranting pohon yang berada di sisi kanan dan kiri jalan.
Selama di perjalanan menuju puncak, kami disuguhkan dengan pohon-pohon besar yang indah dan diperkirakan sudah hidup selama ratusan tahun.
Ketika ingin sampai puncak, kami juga dibuat takjub dan terpana oleh indahnya hutan lumut di sepanjang jalan.
Lumut-lumut lucu berwarna hijau itu sepenuhnya menutupi jalan dan pohon-pohon yang berada di sekitaran trek.
Karena dibuat takjub di sepanjang perjalanan, kami pun tak sadar jika kami sudah sampai ke puncak tertinggi Gunung Pesagi.
Kami berhasil sampai ke puncak tertinggi di Lampung itu sebelum waktu solat zhuhur atau tepatnya pada pukul 11.30 WIB.
Tiada kata-kata yang bisa kami ucapkan saat sampai di atas, hanya ada rasa haru dan bangga diselimuti rasa takjub akan keindahan yang diciptakan oleh Sang Pencipta.
Di atas puncak itu terdapat musholla, beberapa gubuk tempat tidur, dan tugu batu yang bisa dijadikan objek foto para pendaki yang berhasil sampai ke puncak.
Tak lengkap rasanya jika tidak mendatangi Sumur Tujuh dan Pancur Mas ketika sudah sampai ke puncak Gunung Pesagi.
Akhirnya kami langsung menyambangi Sumur Tujuh yang saat itu airnya hanya terisi sedikit dan Pancur Mas untuk merasakan sejuknya sumber mata air di sana.
Tentunya momen untuk bisa sampai ke puncak Gunung Pesagi ini menjadi salah satu pengalaman yang berharga bagi para pendaki.
Pendaki diajarkan untuk selalu rendah diri sekaligus diajarkan untuk selalu menjaga keindahan alam yang ada di Indonesia. (Tribunlampung.co.id)
Pesona Pohon Damar Bendungan Way Krui, Tempat Wisata Cocok untuk Keluarga |
![]() |
---|
Harga Tiket dan Rute ke Tempat Wisata Pantai Marina, Cocok untuk Keluarga |
![]() |
---|
10 Rekomendasi Tempat Wisata di Lampung Barat |
![]() |
---|
15 Tempat Wisata di Lampung Cocok Liburan Bersama Keluarga |
![]() |
---|
3 Rekomendasi Tempat Wisata Pantai di Lampung Anti Mainstream |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.