Liputan Khusus

Sekolah Dasar di Bandar Lampung Krisis Murid Baru Imbas PPDB

Sekolah di Bandar Lampung hanya mendapat sedikit murid di tahun ajaran baru kali ini. Orangtua pun harap-harap cemas agar sekolahnya tidak tutup.

|
Editor: Kiki Novilia
Tribunlampung.co.id / V Soma Ferrer
Ilustrasi PPDB di Bandar Lampung. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Kondisi kontras dialami beberapa sekolah dasar di Lampung. Di saat sebagian sekolah kelebihan kapasitas hingga terpaksa menolak siswa, ternyata ada sejumlah sekolah yang justru kekurangan anak didik.

Satu di antaranya adalah SDN 1 Gedung Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung. Pada tahun ajaran baru 2024/2025 ini, sekolah yang berlokasi di Jalan Lada III tersebut hanya mendapata lima siswa baru.

Plt Kepala SDN 1 Gedung Meneng Mellyyani membenarkan sekolahnya hanya mendapatkan lima siswa tahun ini.

Padahal, kata dia, pihaknya telah berusaha maksimal dalam menggencarkan sosialisasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

Pihaknya juga sudah menyebarluaskan informasi kepada para orang tua siswa TK bahwa SDN 1 Gedung Meneng membuka PPDB.

Namun, Mellyyani harus menerima kenyataan bahwa sekolahnya kurang diminati.

"Semua memang pilihan masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya," ujar Mellyyani kepada Tribun Lampung, Sabtu (20/7).

Ia menceritakan, SDN 1 Gedung Meneng berdiri sejak 1978 silam.

Saat ini di sekolah itu hanya ada enam guru kelas, empat guru bidang studi, dan satu penjaga sekolah.

Sementara total jumlah siswa hanya 65 orang, meliputi kelas 1 sebanyak 5 siswa, kelas 2 (8 siswa), kelas 3 (9 siswa), kelas 4 (12 siswa), kelas 5 (10 siswa), dan kelas 6 (15 siswa).

"Saya sendiri sebagai kepala sekolah bergabung pada 2023. Sekolah ini dulu lumayan aktif dan muridnya banyak," tutur dia.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan sekolahnya minim siswa.

Di antaranya, banyak SD negeri lain dan swasta yang lokasinya tak jauh sekolahnya.

"Kami pendidik selalu memberikan yang terbaik kepada anak didik supaya mereka tetap menuntut ilmu dan mendapatkan hak pendidikan. Kami selalu ikut dalam kegiatan kecamatan hingga ke tingkat kota. Kami kemarin dapat juara pertama menari tingkat Kecamatan Rajabasa hingga ikut ke tingkat kota, tapi kalah," kata Mellyyani lagi.

Dengan kondisi saat ini, kata dia lagi, suasana belajar dan mengajar tidak bisa berjalan normal. Baik guru maupun siswa merasa kesepian.

“Guru merasa kurang semangat dan pastinya sedih. Tapi itu semua tidak menjadi penghalang untuk mengajar anak didiknya,” tambah wanita yang juga merangkap Kepala SDN 3 Rajabasa ini.

Jaka, orang tua siswa kelas 1 SDN 1 Gedung Meneng, mengaku menyekolahkan anaknya di sini karena dekat dengan rumah.

"Saya juga alumni sekolah ini. Tapi melihat hanya menerima lima siswa, saya sangat sedih," kata Jaka.

"Kalau dulu ramai siswa yang sekolah di sini. Harapan ke depan, semoga sekolah ini tidak tutup dan Pemkot Bandar Lampung dapat memperhatikan lagi sekolah ini," terang dia.

Kondisi sedikit lebih baik terlihat di SDN 1 Pecoh Raya, Kelurahan Bumi Raya, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung.

Sekolah yang terletak di Kelurahan Bumi Raya, Kecamatan Bumi Waras ini hanya mendapatkan 15 siswa pada tahun ajaran baru ini.

Kepala SDN 1 Pecoh Raya Heti Puspita Sari mengatakan, jumlah tersebut sama persis seperti tahun sebelumnya.

"Kita dapatnya hanya 15 siswa baru, sama seperti tahun lalu. Kurang dari satu rombel (rombongan belajar). Karena satu rombel itu berdasarkan aturan 28 siswa, tapi kami hanya dapat 15 orang," kata Heti, Jumat (19/7).

Dikatakannya, di sekitar SDN 1 Pecoh Raya memang ada beberapa sekolah lainnya yang saling berdekatan.

"Kami ini sekolahnya berimpitan dengan sekolah lainnya. Jadi sebagian ada yang ke sekolah lainnya," ucapnya.

Pihaknya telah berupaya memikat orang tua dengan berbagai cara untuk menyekolahkan anaknya di SDN 1 Pecah Raya.

"Kami efektifkan kegiatan ekstrakurikuler siswa, seperti pramuka dan kegiatan lainnya. Semua tergantung kepada orang tua mau menyekolahkan anaknya di mana," kata Heti lagi.

Kasus Serupa di Tulangbawang 

SDN 3 Moris Jaya, Kecamatan Banjar Agung, Tulangbawang dilaporkan sepi peminat.

Bahkan, pada tahun ajaran baru ini tercatat hanya ada empat peserta didik baru.

Hal tersebut dibenarkan Kepala SD Negeri 3 Moris Jaya Suparnu.

"Tahun ajaran baru ini kami baru mendapat empat siswa dan siswi baru," ujarnya, Rabu (17/7).

Dikatakannya, minimnya jumlah pendaftar di SD Negeri 3 Moris Jaya sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

Bahkan, pada tahun sebelumnya pendaftar di SD Negeri 3 Moris Jaya hanya sembilan siswa.

"Tahun sebelumnya jumlah siswa baru yang bersekolah di SD Negeri 3 Moris Jaya juga sepi peminat, hanya 9 siswa baru," sebut dia.

Suparnu menjelaskan, kondisi itu disebabkan lingkungan di sekitar sekolah memang minim permukiman penduduk.

Ditambah dengan sistem zonasi yang menjadi syarat untuk mendaftarkan siswa.

"Kebetulan lingkungan sekitar sekolah juga tidak terlalu padat penduduknya. Itu bisa saja jadi penyebabnya," ungkapnya.

Ia mengaku sudah berupaya semaksimal untuk mengatasi persoalan tersebut. Namun, tetap saja jumlah pendaftar siswa baru di sekolahnya masih terbilang minim.

Pihaknya pun tidak membatasi waktu pendaftaran.

"Tidak ada batas waktu, karena jumlah pendaftar juga minim," ucapnya.

Ditambahkannya, selain jumlah pendaftar siswa baru yang minim, fasilitas ruang kelas yang ada di SD Negeri 3 Moris Jaya juga terbilang terbatas.

"Ruang tempat belajar juga terbatas. Hanya ada enam ruang, dan satu ruang itu digunakan untuk ruang kantor.

Akibatnya, satu ruang kelas harus disekat menjadi dua bagian demi mencukupi ruang kelas belajar," sambungnya. 

Kasus Serupa di Lampung Tengah 

Krisis penerimaan siswa baru dialami oleh SDN 1 Komering Putih di Kecamatan Gunung Sugih, Lampung Tengah.

Bukan tanpa alasan, sekolah tersebut hanya menerima tujuh siswa pada ajaran baru kali ini. 

Kepala SDN 1 Komering Putih Lusi Yulianita mengatakan, ketujuh siswa tersebut masuk melalui jalur PPDB tahun ajaran 2024/2025.

Meski hanya menerima tujuh siswa, ia tetap bersyukur.

Pasalnya, kondisi tahun lalu lebih parah lagi. SDN 1 Komering Putih saat itu mendapatkan tiga siswa saja.

"Alhamdulillah tahun ini ada peningkatan sebanyak tujuh orang murid. Orangtua mulai mau menyekolahkan anaknya di sini," ucapnya, Selasa (16/7).

Lusi mengatakan, bertambahnya anak didik di SDN 1 Komering Putih membuatnya optimistis untuk terus mempertahankan sekolahnya. Ia berharap sekolahnya tetap eksis dan melanjutkan proses belajar mengajar seperti sebelumnya.

Saat ini, total siswa di SDN 1 Komering Putih tidak berubah dari tahun lalu, yakni 41 orang. Kendati demikian, Lusi meyakinkan para guru untuk tetap maksimal dalam mengajar.

Sekolah tersebut hanya dijalankan oleh 11 orang, meliputi dua PNS, tiga P3K, tiga guru honorer, satu staf perpustakaan honorer, satu operasional honorer, dan satu penjaga sekolah honorer.

"Untuk ke depannya kita semua tetap berharap mendapat murid yang lebih dari hari ini, dan kita akan terus berjuang untuk memajukan SDN 1 Komering Putih," imbuh Lusi.

Dia mengatakan, di Kampung Komering Putih ada tiga SD. Ketiganya pun membagi wilayah untuk PPDB.

Wilayah zonasi SDN 1 Komering Putih ada di Dusun I, II, VI dan VII. Sedangkan SDN 2 Komering Putih wilayah zonasinya di Dusun VIII, IX, dan X. Lalu SDN 3 Komering Putih di Dusun III dan IV.

"Tapi penerapan zonasi yang telah disosialisasikan tidak efektif. SDN 1 Komering Putih paling sedikit menerima murid," katanya. SDN 1 Komering Putih pun terancam ditutup karena jumlah muridnya yang jauh dari batas minimal.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / Bayu Saputra / Fajar / Rangga )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved