Berita Terkini Nasional

Perpisahan Keluarga Lukminto dengan Ribuan Pekerja Sritex, Wagiyem Berharap JHT, Karwi Buka Warung

Sritex Sukoharjo bersama tiga perusahaan tekstil lainnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, pada 21 Oktober 2024 lalu.

Editor: Teguh Prasetyo
KOMPAS.com/Romensy Augustino
PAILIT DAN PHK - Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex, Wawan Setiawan Lukminto saat berpidato di hadapan ribuan karyawannya, Jumat (28/2). Akibat dinyatakan pailit, sebanyak 8.746 pekerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) Sukoharjo bersama tiga perusahaan tekstil lainnya dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga, pada 21 Oktober 2024 lalu.

Akibatnya sebanyak 8.746 pekerja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Sabtu (1/3/2025).

Pada Jumat (28/2/2025) sore kemarin, dilakukan perpisahan keluarga Lukminto dengan ribuan karyawan Sritex Sukoharjo.

Acara perpisahan sendiri dimulai sekitar pukul 15.30 WIB. Keluarga Lukminto yakni Komisaris Utama Sritex Iwan Setiawan Lukminto, dan Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto atau Wawan bergantian berpidato.

"Peristiwa ini kita jadikan momentum juga untuk kembalinya kita yang lebih baik lagi. Lebih kuat lagi," ujar Iwan.

"Mungkin dulu ada yang salah. Mungkin dulu ada yang maling kancing baju dan jarum. Dan dosa itu kita kumpulkan terlalu banyak. Saat ini, kita harus melihat diri lagi ada apa," lanjut dia.

Setelah Iwan berpidato selama kurang lebih 7 menit, giliran Wawan berpidato. Ia mengajak seluruh karyawan untuk duduk.

"58 tahun kita sudah ada di sini. Maaf jika di era saya belum banyak merasakan perubahan. Tetapi, setiap masalah harus kita hadapi," beber dia.

"Setiap orang yang membuat masalah harus kita hadapi. Entah itu di pengadilan, entah itu terhadap kurator, siapa pun saya hadapi," katanya disambut tepuk tangan karyawan.

Iwan kemudian mengajak ribuan karyawannya menyanyikan lagu 'Kenangan Terindah' yang dipopulerkan oleh band Samsons.

Di bawah gerimis dan diselimuti suasana haru, para karyawan menyanyikan lagu itu.

Setelahnya, sejumlah karyawan mengucap salam perpisahan kepada para keluarga Lukminto.

Mereka berpelukan, berjabat tangan dan beberapa meminta foto.

Pada saat moment itu, sejumlah karyawan yang berada di barisan belakang meneriakkan, "gajian, gajian, gajian."

Mendapati momen itu, Direktur Umum Sritex, Supartodi mencoba mengendalikan situasi. "Jangan khawatir ini.

Hari ini tadi pihak Sritex dan kurator sudah tanda tangan dicairkan di Semarang, tunggu nanti sampai selesai," kata dia.

Ia menegaskan bahwa akan mengawal proses tersebut.

"Saya yang akan mengawal sendiri. Gaji hari ini sedang proses," lanjut dia.

Wagiyem (48), salah seorang buruh yang terkena PHK, tampak duduk di sebuah warung depan gerbang utama saat ditemui Kompas.com, sehari sebelum Sritex tutup, Jumat (28/2/2025), sekitar pukul 09.15 WIB.

"Hari ini cuma acara perpisahan saja. PHK-nya sudah kemarin. Hak-haknya dikasih tapi masih menunggu. Jaminan Hari Tua (JHT) Maret 2025 cair, pesangonnya nanti. Hak-hak karyawan semua dikasihkan," kata dia.

Dua puluh delapan tahun sudah Wagiyem bekerja sebagai karyawan Sritex.

Sejak 1997, ia setia dengan pekerjaannya sebagai operator mesin tenun.

Banyak suka dan duka yang telah ia lewati.

Pada satu momen, wanita asal Sukoharjo itu pernah mendapatkan selembar saham dari pendiri H.M. Lukminto.

Di zaman itu pula menurut Wagiyem, para karyawan sering mendapatkan penghasilan lebih hasil upah dari penambahan jam kerja.

"Dulu itu pernah dapat satu lembar saham per karyawan. Tahun berapa saya lupa, tapi saya ingat itu. Zaman Pak Lukminto itu," kata dia.

"Saat Pak Luk lembur-lembur terus. Order banyak. Saat itu ekspor-eskpor banyak," kata dia.

Aktivitas kerja di Sritex mulai tersendat ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada 2020.

Wagiyem menyebutkan bahwa ia beberapa kali diperbantukan ke departemen lain karena minimnya pekerjaan di departemennya.

Kesulitan yang dialami Sritex terus berlanjut hingga puncaknya terjadi, pada Senin (21/10/2024).

Perusahaan yang sudah berdiri selama 58 tahun itu dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang.

"Gak nyangka aja pabrik sebesar ini, terkenal di luar negeri kok bisa bangkrut," ujarnya.

Wagiyem kini harus menyusun kembali cara untuk mendapatkan sumber penghasilan guna membantu perekonomian keluarga.

Putri satu-satunya Wagiyem memerlukan biaya untuk masuk perguruan tinggi sedang suaminya hanya bekerja sebagai buruh tani.

"Saya rencana mau ikut kerja adik di konveksi. Emang tidak bisa menjahit tapi nanti ada bagian sendiri kan di konveksi. Helper-lah istilahnya," kata dia.

Jaminan Hari Tua (JHT) yang baru diproses oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) jadi salah satu harapan para pekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Yang penting saat ini ya JHT itu," imbuhnya.

Berbeda dengan Wagiyem, Karwi Mardiyanto (45) asal Sukoharjo justru berencana untuk menganggur selama 1 bulan sembari menunggu seluruh haknya sebagai mantan karyawan Sritex ia peroleh.

"Kalau saya untuk sementara ini karena bukan suci Ramadan akan fokus untuk beribadah," kata dia.

Rencananya, Karwi akan membuka usaha warung makan setelah Lebaran.

"Rencana nanti saya akan buka usaha sendiri. Ada modal sedikit. Warung makan, kebetulan istri pintar masak," pungkasnya.

(tribunnetwork)

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved