Berita Tekini Nasional

Rumah Warga Demak Jateng Enam Bulan Tergenang Banjir, Berlumut jadi Tempat Ikan Berkembang Biak

Banjir di Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng) akhirnya surut setelah berbulan-bulan terendam.

Editor: Teguh Prasetyo
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI
TERGENANG BANJIR - Salah seorang warga di Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, duduk di depan rumahnya yang masih tergenang air, Selasa (17/6/2025). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SEMARANG - Banjir di Desa Sayung, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah (Jateng) akhirnya surut setelah berbulan-bulan terendam.

Banjir teratasi usai pemerintah daerah hingga pusat turun tangan dengan menerjunkan pompa kapasitas besar di wilayah itu.

Meski sebagian besar sudah surut, beberapa rumah yang bangunannya lebih rendah dari jalan masih tergenang, berlumut, hingga jadi tempat berkembang ikan-ikan. 

Muslihah (42), warga Dukuh Lengkong, Desa Sayung, bersyukur banjir di lingkungannya surut total dalam dua hari terakhir.

Menurutnya, banjir akibat luapan sungai dan air rob kali ini menjadi yang terparah hingga mencapai enam bulan lamanya. 

"Enam bulanan, sejak Desember. Lebaran itu surut dua mingguan banjir lagi, ini surut total dua harian," kata Muslihah saat ditemui di lokasi, Selasa (17/6/2025). 

Lantai dasar rumah Muslihah 50 sentimeter lebih tinggi dari jalan, namun hal itu nyatanya bukan jaminan terbebas dari banjir.

Terendam berhari-hari mengakibatkan dinding rumah Muslihah banyak yang rusak hingga sejumlah perabot yang tak bisa lagi digunakan.

"Tidak tahu banyak (kerugian), tiga jutaan belum yang lain-lain," ujar dia. 

Meskipun begitu, kini Muslihah bersyukur karena tempat tinggalnya terbebas dari banjir dan bisa ditempati dengan nyaman.

"Alhamdulillah, yang penting sekarang sudah kering. Seperti ini saja sudah senang, kemarin-kemarin pusing," tutup dia. 

Nasib berbeda dialami Munawir (45), lantai rumahnya yang lebih rendah dari jalan hingga kini masih tergenang air sedalam 45 sentimeter.

Depan rumahnya kini lebih mirip kolam ikan, berlumut dan banyak dihuni ikan-ikan liar maupun habitat air lainnya. 

Sejauh ini, setidaknya sudah delapan bulan rumahnya terendam hingga kerugian yang ditimbulkan tak terhitung.

"Kerugian ya elektronik, springbed dan sebagainya ya, tahun ini saja sudah 8 bulan belum surut, jadinya yang jelas kerugiannya banyak, ini rumah ya seratusan juta lebih dikit lah," kata Munawir, Selasa. 

Alih-alih bertahan, Munawir merenovasi dapur untuk dijadikan tempat tidur karena bagian depan rumah sudah tidak tertolong lagi.

"Tidak ditinggalkan, cuman kami memang bikin tempat tidur di dapur. Di belakang sana, aksesnya lewat belakang. Depan rumah tidak bisa," ungkapnya. 

Munawir mengungkapkan, Desa Sayung menjadi langganan banjir rob setiap tahunnya.

Bahkan untuk Lebaran tahun ini, masyarakat sempat melakukan swadaya solar untuk pompanisasi supaya momentum Lebaran dalam kondisi banjir tidak terulang seperti tahun sebelumnya.

"Bulan Februari sampai Juni itu, masyarakat swadaya untuk pompanisasi karena memang tidak mau lagi, tahun kemarin kan Lebaran itu dia harus keceh-kecehan kondisi banjir lah tahun ini tidak mau terulang," tuturnya. 

Dengan kondisi yang ada, masyarakat hanya berharap ada penanganan serius dari pemerintah terkait banjir rob di Sayung yang belum tuntas.

Sebab, banjir tidak hanya menyebabkan ketersendatan lalu lintas di kawasan tersebut, tetapi juga kerugian materil bagi pemilik kendaraan bermotor.

Mekanik Bengkel Yoga, Yoga mengatakan, apabila kendaraan sering melintas di genangan air Pantura Sayung, hal itu bisa menyebabkan korosi atau karat pada besi sepeda motor.

"Jadinya berkarat seperti ini, apalagi tidak segera dicuci dengan air bersih," kata Yoga, sembari menunjuk besi standar sepeda motor yang nyaris patah, Selasa (17/6). 

Menurutnya, korosi ini sering terjadi karena banjir rob sebenarnya adalah limpasan dari laut atau air asin yang mengandung garam.

Kata Yoga, ia juga menemui beberapa kejadian fatal, yakni patahnya sasis kerangka kendaraan sepeda motor.

"Sasis, tapi ini (menunjuk salah satu sepeda motor) kuat, kalau yang tahun 2020 ke atas rawan itu," katanya. 

Untuk meminimalisir kejadian tersebut, ia mengimbau agar kendaraan sepeda motor yang telah menerjang banjir rob segera dicuci bersih.

Kendaraan sepeda motor yang rusak akibat rob, salah satunya dialami Susmintarta, yang setiap harinya pulang pergi Semarang-Demak untuk bekerja. 

Dalam sepuluh tahun bekerja, ia sempat mengalami patah roda as sebanyak tiga kali.

"Saya dalam sepuluh tahun terakhir ini kendaraan patah as, tengah-tengah persis tiga kali, karatan," ujar Susmintarta, ditemui di Sayung, Selasa (12/11/2024). 

Dia menilai, banjir rob merupakan masalah klasik dan pemerintah daerah maupun pusat tidak serius menangani banjir rob, ibarat 'dingoni' atau pelihara dalam istilah Jawa.

"Pemerintah harus turun, mau tidak, anggaran dari pusat-provinsi ada, tinggal pemerintah mau tidak, kelihatannya enggan sekali. Apakah ini, kalau orang Jawa robnya itu 'dingon', ini yang menjadi persoalan. Mustinya serius lah," pungkas Sus.

(tribunnetwork)

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved