Wawancara Khusus
Makanan Bergizi Tak Harus Mahal, Eksklusif Bersama Wakil Ketua DPD PCPI Lampung
Makanan bergizi tidak ada yang mahal, namun lebih kepada kepintaran ibu-ibu menentukan menu bergizi bagi anak. PCPI bahkan tidak pernah menganjurkan.
Penulis: Riyo Pratama | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung – Dalam rangka menciptakan generasi yang sehat, dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, pemerintah menggalakkan sejumlah program, di antaranya pengentasan stunting hingga Makan Bergizi Gratis (MBG).
Secara umum, memberikan makanan bergizi, terkadang menjadi tantangan bagi orang tua. Lantaran diketahui, anak kerap kali menyukai menu yang itu-itu saja.
Bagaimana strategi menghadirkan makanan bergizi yang disukai anak?
Untuk membahas hal tersebut, Tribun Lampung mengupasnya bersama Wakil Ketua DPD Persatuan Chef Profesional Indonesia Lampung, Heny Ismiati.
1. Bagaimana definisi makanan bergizi? Apa saja syaratnya?
Jawab: Definisi makanan bergizi yang sangat dibutuhkan dan dipenuhi manusia adalah, pertama, harus mengandung karbohidrat, kemudian protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Nah, komposisi yang harus dimiliki satu piring makanan itu harus semuanya ada di dalam yang tersaji. Jadi, makanan itu harus mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan air. Kelengkapan sumber-sumber gizi harus dipenuhi.
2. Apakah ada perbedaan antara kebutuhan gizi anak dan orang dewasa? Bagaimana menyajikan dalam makanan?
Jawab: Untuk zat-zat yang dibutuhkan oleh kita sebagai manusia sebenarnya sama saja, yaitu harus memiliki karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air.
Yang membedakan adalah porsinya. Kebutuhan bayi, balita, orang dewasa hingga lansia berbeda. Jadi, ada standar kebutuhan gizi bagi setiap jenjang, termasuk standar bagi jenis kelamin laki-laki dan perempuan, juga pekerjaannya.
Bahan sama tetapi cara pengolahannya berbeda. Cara masak untuk anak dan balita harus berbeda, baik dari tingkat kelembutan hingga jumlah porsinya yang harus disesuaikan. Pemerintah memiliki program pengentasan stunting hingga MBG.
3. Selain faktor gizi dalam makanan, bagaimana menciptakan variasi menu sehingga anak tertarik dan mau menghabiskan makanan? Apakah metode serupa bisa diimplementasikan dalam rumah tangga?
Jawab: Untuk variasi makanan ini memang ada kendala karena masih banyak ketidakpahaman para ibu muda dalam memberi makanan kepada anak-anaknya. Ibu-ibu sering sepele memberi makanan ke anak, sering kali makanan yang diberikan monoton tanpa memikirkan apakah mengandung gizi atau tidak.
Termasuk keamanan makanan terhadap anak kadang dilupakan, misalnya memberi anak makanan yang diolah dengan minyak berulang kali, yang sebenarnya kurang baik. Selain itu, tampilan makanan juga kadang tidak diperhatikan sehingga anak bosan.
Sebenarnya banyak tips untuk memancing minat makan anak dengan makanan bergizi, tetapi kadang orangtua abai. Contoh persoalan stunting, kami di PCPI melalui BKKBN Provinsi telah memberikan edukasi ke masyarakat di 15 kabupaten/kota tentang cara mengolah makanan bergizi dengan bahan seadanya di desa.
Contohnya daun kelor, yang hampir semua desa memilikinya. Perlu diketahui, kandungan gizi kelor luar biasa, zat karotin di dalamnya mampu memenuhi kebutuhan tubuh. Antioksidannya sangat tinggi. Kami juga memberi edukasi bahwa singkong bisa menjadi sumber energi pengganti beras.
Pengetahuan dan kesabaran seorang ibu sangat diperlukan. Ajak anak belajar memasak, karena itu akan memengaruhi daya tarik mereka pada makanan. Anak akan penasaran dengan makanan yang seolah-olah diolah oleh dirinya sendiri.
Selain itu, jangan memberi anak camilan sebelum makan utama, karena gizi yang disiapkan akan percuma jika tidak dimakan.
Anak juga rentan trauma, misalnya ketika keselek tulang ikan, maka perlu diolah secara hati-hati, digiling, dibentuk nugget, dan sebagainya. Harus ada kombinasi dan kreativitas.
4. Kadang disebutkan bahwa untuk menghadirkan menu makanan bergizi harus dibayar dengan harga mahal. Apakah benar demikian?
Jawab: Makanan bergizi tidak ada yang mahal, namun lebih kepada kepintaran ibu-ibu menentukan menu bergizi bagi anak. PCPI bahkan tidak pernah menganjurkan makanan mahal, tetapi memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita.
Misalnya dokter menganjurkan brokoli, sementara di desa tidak ada, maka bisa diganti dengan kelor, bayam, daun singkong, atau buncis. Perlu diketahui, hampir setiap sayuran memiliki gizi yang luar biasa dan bahkan lebih alami karena jauh dari pestisida.
5. Bagaimana saran kepada para orang tua untuk menghadirkan menu bergizi bagi anak?
Jawab: Sebenarnya setiap makanan yang diolah memiliki gizi, hanya saja kadang cara mengolahnya salah. Misalnya bayam, seharusnya begitu dibeli langsung dicuci bersih baru dipotong. Kadang ibu-ibu keliru: dipotong dulu baru dicuci.
Itu mempengaruhi kandungan vitamin. Yang benar adalah dicuci bersih, lalu dipetik atau dipotong, baru dimasak. Jangan memotong terlalu pendek, karena mempengaruhi proses masak dan bisa menyebabkan overcook yang membuat vitamin habis.
Pengolahan makanan juga dipengaruhi waktu. Ikan, misalnya, sebaiknya dikukus dibanding digoreng karena vitaminnya lebih terjaga. Pemanasan berulang dan terlalu panas akan menghilangkan gizi. Kami tidak menganjurkan penggunaan minyak berulang atau minyak jelantah karena bisa menimbulkan lemak jenuh yang memicu kanker.
Selain itu, kebersihan harus diperhatikan, mulai dari kuku hingga peralatan masak, agar tidak ada bakteri yang menyebabkan keracunan. Termasuk nasi di magic com harus diawasi karena makanan yang dihangatkan terlalu lama bisa berbahaya. Kalau mau sehat memang harus sedikit repot.
6. Beralih ke PCPI, apa yang melandasi terbentuknya PCPI? Apa saja kegiatan PCPI?
Jawab: Alhamdulillah, kami di Lampung ini adalah DPD termuda. Kami memiliki DPP di Surabaya. Bermula dari Ketua DPP, Chef Bambang, yang memotivasi kami menghidupkan organisasi memasak di Lampung, maka berkumpullah para chef di Lampung dalam satu wadah, yakni PCPI.
Saat berkumpul, kami banyak berdiskusi soal kuliner khas Lampung hingga memberi nama pada temuan makanan baru. Kami masih tergabung dalam satu DPD dan sedang merintis pembentukan DPC di 15 kabupaten/kota.
Kegiatan PCPI meliputi tempat berbagi dan edukasi soal makanan, menjadi juri lomba, memberi edukasi ke masyarakat dan UMKM, hingga pelatihan-pelatihan ke masyarakat dan lapas.
Anggaran organisasi kami kumpulkan sendiri. PCPI terbentuk sudah lima tahun dan sekarang memiliki hampir seratus anggota.
7. Bagi masyarakat yang ingin bergabung dengan PCPI, bagaimana caranya?
Jawab: Tidak ada syarat khusus. Asal hobi masak dan mau berbagi, bisa masuk PCPI.
8. Industri kuliner, mulai dari skala UMKM hingga besar, mengalami pertumbuhan, termasuk di Lampung. Bagaimana PCPI menilai hal tersebut?
Jawab: Kami sangat mengapresiasi pertumbuhan UMKM, mendukung mereka, dan siap memberi edukasi. Kami juga mengingatkan pentingnya kesehatan makanan.
PCPI siap membantu jika pelaku usaha membutuhkan. Kami bahkan sering membantu memberi nama pada produk UMKM. Perkembangan UMKM di Lampung luar biasa.
8. Apa yang menjadi tantangan dalam industri kuliner kekinian?
Jawab: Tantangan kami adalah memberi edukasi ke masyarakat. Kadang kami tidak didengarkan. Mereka sering menganggap remeh, padahal dampaknya cukup banyak.
( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / RIYO PRATAMA )
UMKM Masih Gratis Pakai QRIS, Eksklusif Bersama KPwBI Lampung Bimo Epyanto |
![]() |
---|
Bincang dengan Ketum dan Sekum Kormi Lampung, Olahraga Jangan Dibatasi Usia |
![]() |
---|
Anshori Djausal: Fornas Kedepankan Prinsip Hidup Sehat untuk Semua Kalangan |
![]() |
---|
Sekolah Rakyat Jenjang SD dan SMP di Lampung, Kapan Dimulai? |
![]() |
---|
Usung Konsep Boarding School, Siswa Sekolah Rakyat Diwajibkan Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.