Berita Viral

Dokter di Muba Sumsel Dimarahi Keluarga Pasien, Disebut Hanya Periksa Dahak dan Cek Hasil Rontgen

Sebuah video seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Sekayu, Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, dimarahi keluarga pasien viral.

Editor: Teguh Prasetyo
Instagram @perawat_peduli_palembang
DIMARAHI KELUARGA PASIEN - Video dokter Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD-KGH, FiNASIM yang bertugas di Rumah Sakit Umum daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, dimarahi keluarga pasien dan dipaksa membuka masker viral di media sosial, Selasa (12/8). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sebuah video menunjukkan seorang dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, dimarahi oleh keluarga pasien dan dipaksa membuka masker, viral di media sosial.

Rumah sakit milik pemerintah itu berada di Jalan Dr Slamet Imam Santoso, Sekayu.

Video viral itu kali pertama diunggah akun Instagram @perawat_peduli_palembang.

Di dalam rekaman tersebut, tampak seorang dokter yang awalnya memakai masker untuk melakukan visit saat melihat kondisi pasien perempuan lansia yang dirawat dalam ruangan VIP.

Dokter itu diketahui bernama Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD-KGH, FiNASIM.

Ia adalah dokter konsultan di bidang nefrologi.

Kemudian tampak keluarga pasien yang merekam video terlihat emosi dan menyebut bahwa Dokter Syahpri bertele-tele saar merawat ibunya.

"Ini dokter ini, ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak. Hasil rontgen, hasil rontgen, kita masuk sini biar pelayanan layak. Kita sewa ruang VIP ini untuk pelayanan. Pelayanan yang bagus, pelayanan yang layak. Bukan sekadar disuruh nunggu," kata pria perekam video seperti dikutip Tribunjabar.id, Rabu (13/8/2025).

"Kalau disuruh nunggu kita bisa pakai BPJS. Kita nggak mau pakai BPJS, nggak mau dimain-mainkan seperti kamu ini, kamu paham ya? Kamu harus paham ya," tambah pria tersebut.

Kemudian, pria itu mencecar dokter lantaran merasa pelayanan yang didapatkannya tidak sesuai dengan kamar VIP yang sudah disewa untuk perawatan.

"Ini nyawa, ini mak saya, ini nyawa, jangan kamu kayaknya kesannya main-main. Kamu berdalih dengan menjelaskan hasil rontgen, menunggu air ludah. Ada semua prosedur, saya juga orang sekolah. Ngerti nggak? Dengar nggak?," ujarnya

"Saya juga orang sekolah, cuma kalau hasil rontgen, hasil rontgen, bukan begitu. Saya minta tindakan yang pasti. Kamu bilang ini ruangan sangat layak, sangat bagus. Mana layaknya ini, ini plafonnya begini, kamu bilang layak ini," imbuh pria tersebut.

Setelah melampiaskan kemarahan, dari belakang ada satu pria lagi yang langsung memaksa dokter tersebut membuka masker.

Dokter itu pun dipaksa untuk menjelaskan penyakit ibu dari pria tersebut. Bahkan, ia dipaksa mengungkap identitasnya.

"Buka masker, ini nah dokternya. Dokter apa bagian apa, ngomong! Jelasin dekat ibu saya, jelasin sudah tiga hari ini kita masuk ruangan VIP cuma memperlihatkan hasil rontgen, ini dokter-nya ini. Pulang ke mana kamu?" ucap pria itu.

Kendati dimaki-maki oleh keluarga pasien, dokter itu tetap tenang menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya.

"Jadi, ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar. Dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan," jelas dokter tersebut.

"Kamu tahu indu trak itu apa?" tanya perekam. "Gambaran khas dari penyakit TBC," jawab dokter.

Keluarga pasien itu tampaknya mash kurang puas setelah mendapatkan jawaban dari dokter.

Ia kembali marah-marah karena menilai tidak ada pelayanan perawatan yang cepat.

Sebab, setiap hari ibunya hanya pemeriksaan daha dan hasil rontgen.

"Ini dokter karena saya sudah berapa tahun hidup orang ngecek TBC harus dari apa?" tanya pria tersebut. "Dahak," jawab dokter.

Dilansir dari Sripoku.com, Syahri Putra Wangsa, Sp.PD merupakan dokter spesialis penyakit dalam seperti jantung, paru, saluran cerna, ginjal dan organ lainnya.

Ia praktik di RSUD Sekayu dan RS Bunda Medika Jakabaring Palembang.

Selain itu, dr Syahpri juga pernah bertugas di RSUD Sungai Lilin.

Ia menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Kemudian mengambil spesialis di Universitas Sriwijaya, Palembang.

Pada Oktober 2024, Syahpri resmi mendapatkan gelar sebagai Dokter Konsultan di bidang Nefrologi.

Adapun nefrologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus mempelajarai fungsi ginjal, penyakit ginjal, dan terapi terkait.

Gelar tambahannya yaitu Sp.PD (Spesialis Penyakit Dalam), K.GH (Konsultan Ginjal Hipertensi), FINASIM (Fellow of Indonesian Society of Internal Medicine).

Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi, membenarkan kejadian dokter dimaki-maki keluarga pasien tersebut.

"Benar, itu dokter spesialis ginjal. Di video terlihat beliau dimarahi keluarga pasien dan tetap sabar," ujar Dwi saat dikonfirmasi, Rabu (13/8/2025) dikutip dari Kompas.com.

Ia mengatakan, pihak RSUD Sekayu akan membahas masalah tersebut untuk mengetahui pasti kronologi kejadian.

"Masalah itu baru akan kami bahas dan rapatkan hari ini, untuk mengetahui kronologi kejadian dan motifnya. Jadi, harap tunggu info lebih lanjut ya," tuturnya.

Sementara itu Ketua Badan Hukum Pembela Profesi dan Advokasi (BHP2A) IDI Cabang Muba, Zwesty Devi, menegaskan, kejadian yang menimpa dr Syahpri Putra Wangsa merupakan bentuk ancaman serius yang mengganggu keselamatan tenaga medis ketika sedang menjalankan tugas.

Mereka pun akan mengawal kasus tersebut sampai ke jalur hukum untuk melaporkan tindakan keluarga pasien ke Polres Muba.

"Kami akan mengawal proses hukum ini bersama RSUD Sekayu dan Dinkes Muba. Tentunya, langkah-langkah yang diambil pihak RSUD Sekayu dan Dinas Kesehatan Muba dalam melaporkan kasus ini ke Polres Muba," kata Zwesty, Selasa (13/8/2025).

Menurut Zwesty, profesi seorang dokter adalah orang yang bertugas di garda terdepan untuk melakukan layanan kesehatan masyarakat.

Karena itu, dokter pun harus mendapatkan perlindungan, bukan kekerasan, dari pihak keluarga pasien.

"IDI Muba berharap kejadian ini menjadi perhatian semua pihak agar perlindungan terhadap tenaga medis dapat ditingkatkan. Kami berharap peristiwa serupa tidak terulang kembali dan dokter tetap dapat menjalankan fungsinya tanpa ada ketakutan," pungkasnya.

(tribunnetwork)

 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved