Utang Kereta Cepat Whoosh Capai Rp 116 T, Dirut KAI Sebut Ancaman Serius Serupa Bom Waktu

Nasib pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kini menjadi sorotan setelah terungkap mega utang yang Rp 116 triliun.

Dokumentasi KCIC
UTANG KERETA WHOOSH - Kereta cepat Whoosh. Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menelan biaya hingga Rp 116 triliun. Mega utang proyek, yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini, terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat atau RDP PT Kereta Api Indonesia ( KAI ) dengan Komisi VI DPR RI, di Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2025). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jakarta - Nasib pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh kini menjadi sorotan tajam setelah terungkap adanya mega utang yang mencapai Rp 116 triliun.

Mega utang proyek, yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini, terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat atau RDP PT Kereta Api Indonesia ( KAI ) dengan Komisi VI DPR RI, di Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, menyebut beban utang proyek kereta cepat sebagai ancaman serius.

“Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” tegas Bobby seperti dikutip Tribunlampung.co.id dari Kompas.com, Rabu (21/8/2025).

Di sisi lain, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) bersama PT KAI masih menjajaki mekanisme pelunasan beban utang tersebut.

Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menegaskan, hingga saat ini belum ada keputusan final terkait skema pelunasan.

“Ini kan sedang dijajaki ya, sedang kita lakukan penjajakan. Kedua akan kita bereskan proses itu seperti mana, kemarin kan juga Dirut KAI juga menyampaikan ke DPR,” kata Dony saat ditemui di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025).

Ia menambahkan, persoalan utang Whoosh sudah masuk ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025. “Ini masuk di dalam RKAP kita tahun ini,” ujar Dony.

Utang proyek KCJB terus membengkak hingga setara 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 116 triliun. Kondisi ini membuat KAI dan konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) semakin tertekan.

Beban kerugian PSBI terus menumpuk. Berdasarkan laporan keuangan KAI per 30 Juni 2025 (unaudited), PSBI mencatat kerugian Rp 4,195 triliun sepanjang 2024.

Tekanan berlanjut pada semester I-2025 dengan kerugian Rp 1,625 triliun. Sebagai pemegang saham mayoritas PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), PSBI menanggung langsung kerugian tersebut.

Resmi Beroperasi Sejak 2 Oktober 2023

Dikutip Tribunlampung.co.id dari Tribunnews.com, Proyek kereta cepat yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau setara Rp 19,54 triliun.

Untuk menutup biaya tersebut, proyek ini mendapat pinjaman dari China Development Bank (CDB) sebesar 230,99 juta dollar AS dan 1,54 miliar renminbi, atau totalnya setara Rp 6,98 triliun.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan pengelola Whoosh, adalah perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dengan kepemilikan saham 60 persen, dan konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd, dengan kepemilikan saham 40 persen.

Komposisi pemegang saham PSBI terdiri dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebesar 51,37 persen selaku pemegang saham terbesar.

Lalu, ada PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dengan porsi saham sebesar 39,12 persen, PT Jasa Marga (Persero) Tbk 8,30 persen, dan PT Perkebunan Nusantara I 1,21 persen.

Beberapa hari lalu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Andre Rosiade mengungkap bahwa dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Danantara, sudah disiapkan skema penyelesaian utang Whoosh.

Dony menegaskan saat ini sedang dalam tahap penjajakan untuk penyelesaian utang Whoosh sebagaimana yang tercantum dalam RKAP.

"Ini kan sedang dijajaki ya, sedang kita lakukan penjajakan, tentu akan kita bereskan proses itu," ujarnya.

"Seperti mana kemarin juga Dirut KAI sudah menyampaikan di DPR, akan kita selesaikan (utang proyek Whoosh yang) termasuk dalam RKAP kita tahun ini," ujar Dony.

Sebelumnya, Dony pernah mengatakan bahwa Danantara akan mengusulkan beberapa alternatif terkait restrukturisasi kereta cepat kepada pemerintah.

"Memang kereta cepat ini sedang kita pikirkan, dan segera akan kita usulkan. Tapi kan solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kita tawar, kita sampaikan kepada pemerintah mengenai penyelesaian daripada kereta cepat ini," ujar Dony saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (23/7/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan, restrukturisasi ini perlu dilakukan untuk menjaga kinerja BUMN yang terlibat dalam proyek kereta cepat, khususnya PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang menjadi pemimpin konsorsium Indonesia.

"Ini operasionalnya kan sedang kita lihat bagaimana nanti solusi jangka panjangnya mengenai utang-utang daripada konsorsium ini yang cukup besar ya. Ini yang nanti akan kita sampaikan (ke pemerintah)," ucapnya.

Meski begitu, Dony tak menjelaskan dengan perinci terkait usulan skema restrukturisasi yang akan diajukan ke pemerintah.

Namun, dia memastikan penyelesaian masalah utang kereta cepat akan dilakukan secara komprehensif dan tidak mengganggu kinerja KAI.

"Kita ingin penyelesaian kali ini komprehensif dan tidak mengganggu kinerja Kereta Api Indonesia ke depan," kata dia.

Apa Itu Kereta Cepat Whoosh

Kereta Cepat Whoosh adalah sistem kereta api berkecepatan tinggi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang melayani rute Jakarta–Bandung, beroperasi dengan kecepatan maksimal hingga 350 km/jam.

Nama 'Whoosh' adalah singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat, dan juga terinspirasi dari suara kereta yang melesat cepat.

Kereta ini dirancang untuk memberikan pengalaman perjalanan yang efisien, nyaman, dan terintegrasi dengan moda transportasi lain, serta mendukung konektivitas antarkota.

Profil Dony Oskaria

Dony Oskaria merupakan seorang profesional Indonesia yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam Kabinet Merah Putih.

Pria kelahiran 26 September 1969 itu juga dipercaya sebagai Chief Operation Officer Danantara sejak 2025 dan Direktur Utama Aviasi Pariwisata Indonesia sejak 2021.

Dikutip dari id.wikipedia.org, Dony memulai kariernya di Bank Universal sebagai petugas call center hingga menjadi kepala divisi personal banker. Pada tahun 2004 ia pindah ke Bank Mega hingga dipercaya menjadi CEO di berbagai anak perusahaan CT Corp.

Hasil dari investasi CT Corp di Garuda Indonesia, Dony ditunjuk untuk mewakili CT Corp di perusahaan penerbangan pelat merah itu. Ia dipercaya sebagai anggota Dewan Komisaris Garuda Indonesia sejak akhir 2014.

Pada Januari 2016, Presiden Jokowi memintanya menjadi anggota Dewan Penasihat Presiden Bidang Ekonomi dan Industri di Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) sebagai Ketua Kelompok Kerja untuk industri pariwisata yang bertanggung jawab mengembangkan industri pariwisata di Indonesia.

Bersama Muhammad Lutfi, saat ini Dony mengembangkan beberapa hotel, restoran, dan resort di Jakarta dan Padang. Dony juga aktif mengembangkan agroindustri di Sumatera Barat.

Pada 24 Februari 2025, Presiden RI Prabowo Subianto meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara dan ia ditunjuk sebagai Chief Operating Officer (COO) bersama Rosan Perkasa Roeslani sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Pandu Patria Sjahrir sebagai Chief Investment Officer (CIO).

Profil Bobby Rasyidin

Bobby Rasyidin merupakan seorang profesional Indonesia yang menjabat sebagai Direktur utama PT Kereta Api Indonesia sejak 12 Agustus 2025.

Pria yang lahir pada 31 Oktober 1974 itu sebelumnya menjabat sebagai Dirut PT Len Industri sejak 10 Desember 2020 hingga 21 Februari 2025, menggantikan Zakky Gamal Yasin.

Dikutip dari id.wikipedia.org, Bobby memulai karier profesionalnya pada tahun 1996 di Lucent Technologies Indonesia (sekarang Alcatel-Lucent), sebuah produsen peralatan telekomunikasi asal Prancis, sebagai manajer proyek. Setelah itu, ia bergabung dengan divisi penelitian dan pengembangan perusahaan tersebut. Pada tahun 2006, ia bergabung dengan Fujitsu dan menjalankan bisnis radar bersama rekan-rekannya. Pada tahun 2007, Bobby kembali ke Alcatel-Lucent Indonesia untuk melanjutkan kariernya.

Pada tahun 2012, di usia 38 tahun, Bobby diangkat sebagai Presiden Direktur PT Alcatel-Lucent Indonesia hingga tahun 2015. Dengan demikian, ia menjadi profesional muda Indonesia pertama yang dipercaya untuk menduduki posisi puncak di perusahaan multinasional asal Prancis tersebut.

Pada tahun 2016, ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Teknologi Riset Global Investama, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi. Selanjutnya, pada periode 2016–2019, Bobby menjabat sebagai Komisaris Utama PT Len Telekomunikasi Indonesia, dan kemudian menduduki posisi yang sama di PT Indonesian Cloud pada periode 2019–2021, serta di PT Akses Prima Indonesia antara tahun 2016 hingga 2021.

Selain itu, ia juga menjabat sebagai Komisaris Independen di PT GMF Aero Asia sejak tahun 2020.

Pada 10 Desember 2020, berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-388/MBU/12/2020, Bobby diangkat sebagai Direktur Utama PT Len Industri hingga 21 Februari 2025. Setelah masa jabatannya berakhir, pada 21 Februari 2025, ia dipercaya untuk menjabat sebagai Komisaris PT Len Industri.

Pada 12 Agustus 2025, Bobby diangkat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: SK-223/MBU/08/2025 dan Surat Keputusan Direktur Utama Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danantara Asset Management nomor SK.038/DI-DAM/DO/2025 tanggal 12 Agustus 2025. Ia menggantikan Didiek Hartantyo yang telah menjabat sejak 8 Mei 2020.

Berita selanjutnya Viral Momen Penangkapan Bripda Alvian, Pelarian Pembunuh Putri Berakhir?

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved