TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sembilan tahun yang lalu, Jang Ja Yeon melakukan bunuh diri.
Dia meninggalkan surat tujuh halaman dan mengungkapkan bahwa 31 nama berprofil tinggi di industri hiburan telah melecehkannya secara seksual.
Tetapi kasus itu justru ditutup dengan menyimpulkan bahwa kematian Jang Ja Yeon disebabkan oleh depresinya sendiri.
Jang Ja Yeon baru berusia 29 tahun pada Maret 2009.
Ketika dia menulis bahwa beberapa tokoh bisnis hiburan terkenal telah memaksanya minum dan berhubungan seks dengan mereka.
Lebih dari 40 petugas polisi memeriksa kasus ini selama empat bulan dan kantor kejaksaan juga menugaskan tim investigasi khusus untuk kasus ini.
Tak satu pun dari nama yang disebut oleh Jang Ja Yeon dinyatakan bersalah.
Karena pengadilan memutuskan bahwa tuduhan itu kurang bukti.
Hanya CEO dari agensi Jang Ja Yeon dan manajer Jang Ja Yeon yang didakwa atas kekerasan dan pencemaran nama baik.
Baca: Deretan Busana Muslimah ala Nagita Slavina, Pas untuk Lebaran dan Bakal Tren Tahun Ini!
Baca: Menggemaskan! 7 Artis Indonesia yang Wajahnya Berubah Banget, Alami atau Oplas?
Baca: Hampir 50 Tahun Tak Pernah Memakai Celana Panjang, Ini Alasan Mengejutkan Ratu Elizabeth II
CEO menerima 4 bulan penjara dan 1 tahun masa percobaan karena pelecehan aktris secara fisik.
Sedang manajer menerima 1 tahun penjara, 2 tahun masa percobaan dan 160 jam pelayanan masyarakat karena memfitnah CEO.
Karena gerakan #MeToo baru-baru ini semakin kuat di Korea.
Mereka yang mengingat kasus Jang Ja Yeon menyerukan penyelidikan ulang atas kasusnya.
Pada Februari 2018, petisi Blue House dimulai dan ditandatangani lebihd ari 230.000 kali.
Sehingga mendesak jaksa penuntut umum untuk menyelidiki kasusnya.
Untuk hal-hal yang berkaitan dengan kasus ini, penuntutan diharapkan untuk sepenuhnya meninjau semua aspek yang terlibat untuk penyelidikan ulang.
Pada April 2018, kasus ini dipilih sebagai salah satu kasus yang akan ditinjau untuk kemungkinan penyelidikan ulang.
Akhirnya pada tanggal 5 Juni, Kementerian Kehakiman Korea Selatan telah menunjuk jaksa penuntut untuk membuka kembali kasus Jang Ja Yeon dan menyelidiki kasus paling menghebohkan negara pada dekade ini.
Kasus ini memiliki waktu dua bulan sebelum undang-undang betasannya berakhir.
Daftar nama yang disebutkan oleh Jang Ja Yeon dalam suratnya tidak hanya mengungkapkan nama.
Tetapi juga menggambarkan apa yang dia alami sebagai aktris pendatang baru di industri hiburan.
Dia dipaksa untuk melayani hiburan seksual untuk produser film dan drama, petinggi perusahaan pers dan banyak lagi.
Dia terancam tidak mendapatkan dukungan finansial dari sponsor jika dia menolak.
"Saya dikurung di kamar dan dipukuli tanpa henti. Saya tidak menghasilkan banyak uang sebagai pendatang baru, tapi saya bertanggung jawab membayar gaji manajer." -Jang Ja Yeon.
Jang Ja Yeon ditemukan tewas oleh kakak perempuannya pada 7 Maret 2009.
Suratnya menjadi kontroversial di media massa beberapa hari setelah dia meninggal.
Jang Ja Yeon memulai debutnya pada tahun 2006 sebagai model dalam iklan TV dan membintangi beberapa K-Drama dan film, seperti Boys Before Flowers dan Searching the Elephant.