Pasca Juara Dunia, Eko Yuli Irawan Beberkan Mimpi yang Belum Terwujud

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Atlet angkat besi Indonesia, Eko Yuli Irawan, mencoba mengangkat beban pada kelas 62 kg Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan, Minggu (21/9/2014).

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Lifter Indonesia asal Metro, Eko Yuli Irawan, baru saja meraih sukses besar dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018 di Ashgabat, Turkmenistan, Minggu (4/11/2018).

Selain gelar juara dunia plus emas, Eko juga memecahkan rekor dunia dalam ajang tersebut.

Dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2018, Eko turun di nomor 61 kg.

Lifter kelahiran 24 Juli 1989 ini menciptakan dua rekor untuk total angkatan (317 kg) dan angkatan clean and jerk (174 kg).

Di kelas ini, dua lifter Tiongkok harus puas dengan medali perak dan perunggu.

Fabin Li meraih perak dengan total angkatan 310 kg.

Sedangkan Fulin Qin mendapatkan perunggu dengan total angkatan 308 kg.

Baca: Lifter Metro Eko Yuli Irawan Pecahkan Rekor Dunia, Ayah dan Ibu Nonton via Video Call

Medali emas Olimpiade 2020 pun menjadi bidikan Eko selanjutnya.

Olimpiade 2020 bakal digelar di Tokyo, Jepang.

"Selama cita-cita itu belum tercapai, saya harus terus berjuang hingga mendapatkan medali emas Olimpiade," kata Eko, dikutip dari Harian Kompas.

Sepanjang kariernya, Eko sudah ikut dalam tiga edisi Olimpiade sejak 2008.

Prestasi terbaik Eko adalah meraih medali perak Olimpiade Rio de Jeneiro 2016 pada nomor 62 kg.

Pada dua edisi sebelumnya, Eko hanya bisa meraih medali perunggu, yakni pada Olimpiade Beijing 2008 untuk nomor 56 kg serta Olimpiade London 2012 di nomor 62 kg.

Keberhasilan Eko menjadi juara dunia tahun ini tentunya semakin memperkaya modal menuju Olimpiade 2020.

Sebelumnya, Eko juga meraih medali emas di Asian Games 2018 untuk nomor 62 kg.

Ortu Bangga

Bangga dan senang. Itulah yang terucap dari mulut Saman dan Wastiah, atas torehan prestasi lifter asal Metro Eko Yuli Irawan dalam Kejuaraan Dunia Angkat Besi di Turkmenistan.

Saman dan Wastiah mengaku secara menyaksikan aksi putra tertuanya itu bertanding melalui aplikasi video call. 

"Iya. Tidak ketinggalan sedetik pun lihat Wawan (sapaan akrab Eko). Tadi malam waktu kita mulainya sekitar jam delapan. Nonton bareng kita lewat video call. Meski gambarnya macet-macet, tapi tetap puas," kata Saman, Minggu, 4 November 2018.

Baca: Eko Yuli Persembahkan Emas untuk Calon Anak, Atlet Asal Lampung Moncer di Asian Games 2018

"Iya dia berhasil lagi menorehkan prestasi. Kami sekeluarga hanya bisa mengucap syukur," terangnya.

Wastiah, sang ibunda, mengaku Eko terus memberikan kabar kepadanya, baik sebelum ataupun sesudah bertanding.

"Sebelum berangkat kemarin, telepon dulu, minta doa. Sebelum bertanding juga ngabarin. Sebentar lagi tanding. Minta doanya juga," ceritanya.

Sebagai ibu, Watiah menuturkan, terkadang tak tega melihat Eko berlaga secara langsung.

"Apalagi kalau tanding di luar negeri. Kemarin saja, pas lagi tanding, kebetulan Isya saya tinggal salat, mohon sama Allah semoga dikabulin," kenangnya. 

Saman dan Wastiah menunjukkan sebagian trofi yang pernah diraih Eko Yuli Irawan. (Tribun Lampung/Indra Simanjuntak)

Ketika selesai salat, ia melihat putranya tinggal menyelesaikan satu angkatan lagi.

Ia pun sengaja tidak memandang layar ponsel.

Namun, diberi tahu sudah selesai oleh suami dan berhasil mendapat juara.

"Begitu juga adiknya yang di Kalimantan ngabarin sudah selesai, dan dapat juara satu," jelasnya.

Wastiah menambahkan, ia dan suami hanya bisa membantu Eko Yuli dengan doa.

"Kami juga puasa. Ya karena itu yang bisa kami lakukan. Selagi kami mampu, pasti kami lakukan," imbuhnya.

Takdir Eko menjadi lifter berawal saat ia menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di dekat rumahnya.

Di sela-sela aktivitasnya menggembalakan kambing, lama-kelamaan ia tertarik menjajal barbel. 

Ia harus melewati perjuangan dan pengorbanan panjang untuk menjadi atlet berkaliber dunia.

Bahkan, untuk mewujudkan cita-citanya ia harus rela tinggal jauh dari keluarga sejak kelas 5 SD.

Berlatih di Bogor di bawah arahan tangan dingin Yon Haryono dan Joni Firdaus, bakat juara terus ditunjukkannya.

Baca: Peraih Emas Angkat Besi Eko Yuli, Penggembala Kambing Asal Lampung yang Kini Jadi Miliarder

Pengorbanan meninggalkan keluarga sejak usia dini terbayar lunas dan berbuah manis.

Pada kompetisi perdana tingkat junior tahun 2002 di Indramayu, ia langsung menyabet emas pada kelas 35 kilogram.

Prestasi demi prestasi pun akhirnya dicatatkan Eko selepas torehan medali perdananya di Indramayu.

Hingga terakhir menyabet emas Asian Games 2018. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Seusai Juara Dunia, Eko Yuli Irawan Targetkan Emas Olimpiade 2020

Berita Terkini