Tsunami Pesisir Lampung

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Bukan Hanya Makanan, Anak-anak Pengungsi Juga Butuh Pakaian dan Selimut

Penulis: Dedi Sutomo
Editor: Daniel Tri Hardanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang anak asal Desa Way Muli berada di tempat pengungsian di kaki Gunung Rajabasa, Rabu, 26 Desember 2018.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Bukan Hanya Makanan, Anak-anak Pengungsi Juga Butuh Pakaian dan Selimut

Laporan Reporter Tribun Lampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, RAJABASA - Sejumlah warga yang tinggal di kawasan pesisir pantai Lampung Selatan memilih bertahan di tempat pengungsian.

Mereka takut terjadi gelombang tsunami susulan.

Saat ini, mereka masih tinggal di tempat pengungsian yang berada di kaki Gunung Rajabasa.

Apalagi BMKG merilis peringatan agar warga menghindari beraktivitas di pesisir pantai dalam radius 500 meter sampai 1 kilometer.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - 112 Korban Tewas, Kemendagri Bantu DVI Polda Lampung Identifikasi Korban

“Kita belum berani untuk pulang. Karena masih khawatir akan kembali terjadi gelombang tsunami seperti Sabtu malam kemarin,” kata Ida, warga Desa Kunjir, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Rabu, 26 Desember 2018.

Memasuki hari keempat pascatragedi tsunami, bantuan untuk para korban terus mengalir.

Pemerintah daerah dan tim tanggap darurat pun telah mendirikan sejumlah posko terpadu, posko kesehatan, dan dan dapur umum.

Secara umum, warga mengaku bantuan logistik telah mencukupi.

Mereka bisa mengambil bantuan sembako untuk kebutuhan sehari-hari di posko terpadu.

Namun, yang mereka harapkan saat ini adalah pakaian layak pakai dan alat-alat kebutuhan sehari-hari.

Pasalnya, barang-barang mereka habis tersapu tsunami.

Warga yang tinggal di pengungsian pun mengharapkan adanya bantuan selimut yang lebih tebal dan kelambu, khususnya warga yang memiliki anak balita.

“Kalau ada, kita berharap ada bantuan selimut tebal dan kelambu. Karena kalau malam hari di pengungsian di atas bukit dingin dan banyak nyamuk. Kasihan anak-anak masih kecil,” tutur Yesi, warga Desa Way Muli Timur, Kecamatan Rajabasa.

UPDATE TSUNAMI LAMPUNG - Tsunami di Pesisir Lampung Selatan Baru Kali Pertama dalam 40 Tahun

1 Tenda Berisi 20 Orang

Warga di pesisir Kecamatan Rajabasa, khususnya di Desa Way Muli Timur, Way Muli Induk, dan Kunjir, memilih tetap tinggal di tenda-tenda pengungsian di atas kaki Gunung Rajabasa.

Warga masih khawatir ada tsunami susulan yang bisa datang sewaktu-waktu.

Apalagi aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang ditengarai menjadi penyebab terjadinya tsunami juga masih cukup tinggi.

“Kalau siang, kita turun mengambil bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Tapi kalau malam kita kembali ke tenda pengungsian,” kata Marsiti, warga yang mengungsi bersama suami dan anaknya, Selasa, 25 Desember 2018.

Meski harus merasakan dinginnya angin malam dan gigitan nyamuk, Marsiti dan keluarganya belum berani turun ke rumah mereka.

Saat peristiwa tsunami terjadi, rumah mereka tidak rusak.

Namun rumah kerabatnya yang berada di dekat pantai hancur dan rata dengan tanah.

Di tenda berukuran sekitar 4x4 meter persegi, Marsiti dan beberapa kerabatnya tinggal bersama-sama di atas kaki Gunung Rajabasa yang memiliki ketinggian sekitar 300 meter dari pinggir pantai.

“Ini kita satu keluarga besar. Ada 20 orang yang tinggal di tenda berbarengan,” terang Imin, warga lainnya.

Kisah Dramatis Nelayan Selamat Usai 3 Kali Diterjang Tsunami di Dekat Gunung Anak Krakatau

Keduanya mengaku bahan makanan sudah cukup karena selalu disuplai oleh tim tanggap darurat.

Begitu juga dengan beberapa barang kebutuhan lainnya.

Dia hanya berharap ada bantuan tenda yang lebih baik lagi untuk tempat mereka mengungsi.

“Memang ada tenda di bawah didirikan untuk mengungsi. Tapi, kan kita masih khawatir sewaktu-waktu gelombang tsunami bisa kembali terjadi,” tandas Imin.

Hal sama diakui oleh Jumani, warga Way Muli.

Rumahnya hancur diterjang tsunami. Beruntung, keluarganya selamat dalam peristiwa tesebut.

“Kalau siang kita ada yang turun. Tapi kalau malam warga mengungsi ke atas gunung,” ujarnya.

Ratusan warga di Desa Way Muli Timur, Way Muli Induk, dan Kunjir memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi pada malam hari.

Warga khawatir terjangan tsunami akan kembali menghantam kawasan pesisir yang menjadi tempat tinggal mereka. (*)

Berita Terkini