Laporan Wartawan Tribun Lampung Sulis Setia Markhamah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Bau napas tak sedap memicu rasa tidak percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. Dalam bahasa medis hal ini dinamakan Halitosis.
drg Dresiani Mareti mengatakan, halitosis atau bau mulut dapat disebabkan beberapa faktor.
Diantaranya, makanan, mulut kering, hingga keadaan rongga mulut yang kurang sehat misal gigi berlubang atau penumpukan karang gigi.
"Penyakit lain seperti yang disebabkan oleh aktivitas pencernaan juga memicu seseorang memiliki bau mulut yang tidak sedap," jelasnua.
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan pencernaan dan endokrin tersebut dapat memperparah halitosis.
Contohnya, penyakit maag, radang tenggorakan, sinus, dan konsumsi obat-obatan, atau faktor hormonal.
Dokter gigi asal Bandar Lampung ini menyarankan, saat mengalami halitosis sebaiknya hindari makanan beraroma menyengat.
Contohnya, seafood, bawang, makanan bersantan, serta yang bercitarasa pedas.
• Pasien Terkena Cacar Monyet Bakal Diisolasi
"Contoh makanan tersebut dapat menyebabkan napas menjadi tidak segar".
"Karena tanpa disadari kadang seseorang rajin gosok gigi dan berkumur namun dia begitu menyukai beragam jenis masakan pedas," ujar drg Dresi.
Ia menambahkan, gaya hidup tidak sehat seperti konsumsi alkohol dan tembakau juga sangat berpengaruh terhadap bau mulut.
Sehingga tak jarang perokok maupun pengonsumsi alkohol memiliki bau mulut yang khas.
Bukan tidak mungkin dalam beberapa kasus, halitosis merupakan suatu gejala yang mengarah pada penyakit yang lebih kompleks.
"Sehingga diperlukan penanganan yang lebih serius. Konsultasikanlah dengan dokter spesialis agar dapat diketahui penyebab lainnya dan deteksi dini," terang drg Dresi.
• Kenali Berbagai Gejala Pencetus Karies Gigi
Halitosis bisa dikurangi atau dihilangkan menghindari faktor pemicunya. Seperti menghindari makanan maupun minuman yang memicu bau mulut.
drg Dresi menyarankan, sebaiknya konsumsi makanan berserat tinggi dan minum banyak air putih. Hal ini juga untuk menghindari kondisi rongga mulut yang kering.
"Kalau jumlah air liur kita banyak, maka akan terjadi self cleansing oleh air liur yang mengandung anti bakteri penyebab bau mulut," jelasnya.
Selain makanan, faktor internal juga perlu diperhatikan. Kebersihan rongga mulut, rutin menyikat gigi pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
"Jangan lupa juga menyikat bagian lidah menggunakan sikat gigi berbulu lembut ataupun tongue cleaner untuk menghindari jamur," saran drg Dresi.
Selain itu melakukan flossing dengan dental floss bisa membantu memaksimalkan pembersihan sisa makanan di sela-sela gigi yang sulit dibersihkan.
Penggunaan obat kumur sesekali memang dapat membantu mengurangi bau mulut. Terutama yang mengandung chlorhexidine.
• Glaukoma Tak Diobati Bisa Buta Permanen
Dianjurkan agar pemakaiannya tidak terlalu sering. Alasannya dikarenakan antibakteri yang terkandung dalam obat kumur juga dapat membunuh bakteri baik yang normalnya ada di rongga mulut.
Menurutnya, imbauan membersihkan karang gigi serta periksakan kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh ke dokter gigi minimal dua kali setahun adalah benar dan penting adanya. Tujuannya untuk menghindari faktor risiko.
Saran lain disampaikan drg Dresi adalah, memiliki gigi palsu lepasan, jangan lupa membersihkannya ketika menyikat gigi dan jangan digunakan ketika tidur.
Tujuannya, mengistirahat rongga mulut dari penggunaan gigi palsu sejenak. (*)