Tribun Bandar Lampung

Diksa, Petenis 14 Tahun asal Bandar Lampung yang Sudah Koleksi Puluhan Gelar

Penulis: Daniel Tri Hardanto
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Andhixa Izzahdin Brillian bersama koleksi trofinya.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Lampung patut berbangga karena memiliki petenis remaja bertalenta pada diri Andhixa Izzahdin Brillian (14).

Segudang gelar sudah ditorehkan bocah yang biasa disapa Diksa ini, mulai dari level daerah hingga nasional.

Terbaru, anak kedua pasangan Andi Widyanto dan Sri Rahmawati ini menyabet gelar juara ganda putra KU-14 Kejurnas MedcoEnergi Junior Tennis Championship 2019.

Berpasangan dengan M Aji Faizul Nizam (Musi Banyuasin), Diksa tampil superior dengan mengalahkan unggulan ketiga Ahmad Zaki Mustafa (Babel)/Muhammad Nabil (Muba).

Dalam laga final di Stadion Tenis Bukit Asam, Jakabaring Sport City Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (28/7/2019), pasangan Diksa/Aji tidak kehilangan satu game pun dan menang 6-0, 6-0.

Sebelumnya, Diksa/Aji yang menempati unggulan keempat juga membuat kejutan dengan menumbangkan unggulan pertama Achmad Zidan/Rafael Ramadhan 6-2, 6-2.

Sementara di tunggal putra KU-14, petenis kidal ini sempat membuat kejutan besar dengan menjungkalkan unggulan teratas Achmad Zidan (Palembang) dengan skor 7-5, 6-2 di perempat final.

Namun sayang, pemilik peringkat 142 PNP ini gagal melaju ke final seusai dikalahkan pasangan gandanya sendiri, Aji, dengan skor 2-6, 5-7.

Gelar di kejurnas itu hanya sebagian kecil prestasi yang disabet Diksa.

Siswa kelas 2 SMP DCC Global School, Bandar Lampung ini sudah mengoleksi puluhan gelar dari sekitar 50 turnamen yang diikutinya.

Ditemui di kediamannya, Jalan Endro Suratmin No 212, Sukarame, Bandar Lampung, Selasa (30/7/2019), rak kaca berisi puluhan trofi dan medali menjadi bukti kepiawaian bocah berkacamata ini mengayunkan raket.

Diksa mengaku tidak pernah melakukan persiapan khusus sebelum tampil di setiap turnamen yang diikutinya, termasuk kejurnas di Palembang kemarin.

"Gak ada persiapan khusus. Cuma seminggu terakhir dilatih sama Om Setiono di lapangan PTPN," kata bocah kelahiran Jember, 23 Juni 2005 ini.

Sayangnya, Diksa tidak memiliki pelatih dan rekan latihan yang memadai.

"Pengennya sih ada temen buat sparring. Kalo bisa seumuran. Jadi lebih enak latihannya," ujar penyuka komik Detektif Conan ini.

Selama ini, Diksa berlatih tenis seusai pulang sekolah tiga kali dalam sepekan.

Itu pun harus mendapatkan izin dari sekolah.

"Soalnya pulang sekolah kan harusnya jam setengah lima. Sementara latihan tenisnya jam setengah empat. Jadi ya izin dulu sama guru," bebernya.

Sejak TK

Keberhasilan Diksa meraih prestasi di cabang olahraga tenis saat ini tidak bisa lepas dari peran sang kakek, Ngatio Haryanto.

Berkat tangan dinginnya, Diksa menjadi petenis remaja yang disegani di kancah nasional.

Ngatio bercerita, ia kerap membawa keluarganya saat latihan tenis di kampus Universitas Lampung. Salah satunya adalah Diksa.

"Diksa itu dari TK saya ajak main tenis di Unila. Awalnya saya latih sedikit-sedikit. Begitu dia sudah suka, baru kita bawa ke (lapangan) Way Halim. Di sana dilatih sama Om Tecky," kata mantan dosen Akper Panca Bakti ini.

Kali pertama tampil dalam Kejurda Tenis Junior 2013, Diksa langsung menyabet peringkat ketiga tunggal putra KU-10.

Setelah itu, Diksa seolah tak berhenti mencatatkan prestasi hingga ke level nasional.

Pada kelompok umur 10 tahun itu, Diksa pernah mencapai peringkat tertingginya, yakni 10 PNP.

Kurang Perhatian

Meski kerap menorehkan prestasi, ternyata Diksa selama ini menyimpan kegalauan.

Diksa merasa kurang mendapat perhatian dari pemerintah, termasuk Pelti sebagai induk organisasi cabang olahraga tenis di Lampung.

Hal itu diungkapkan Andi, sang ayah.

"Sebagai orangtua, kami sangat berharap ada perhatian dari pemerintah dan Pelti. Apalagi Diksa ini kan selalu membawa nama Lampung di setiap event," kata Andi.

Menurut Andi, perhatian tersebut bisa diberikan dalam berbagai bentuk.

Mulai dari menyediakan sarana dan prasarana latihan memadai, hingga bantuan dana dalam setiap turnamen yang diikuti.

"Kalo selama ini kita kan pake dana sendiri. Ongkos, hotel, makan, dan lain-lain. Kalo ada bantuan kan bisa meringankan," tambah Andi.

Bawa Buku Saat Turnamen

Diksa tidak hanya berprestasi di lapangan tenis.

Kemampuan akademiknya pun tak kalah mentereng.

Meski sering tak masuk sekolah karena mengikuti turnamen, Diksa selalu meraih peringkat pertama di kelasnya.

Apa rahasianya?

Untuk menyiasati ketertinggalan pelajaran di sekolah, Diksa mengaku selalu membawa buku setiap kali mengikuti turnamen di luar kota.

"Aku gak ada jam pelajaran tambahan. Jadi ya bawa buku ke mana pun ikut turnamen," kata Diksa.

(Tribunlampung.co.id/Daniel Tri Hardanto)

Berita Terkini