TRIBUNLAMPUNG.CO.ID- Partai Golkar akan menggelar musyawarah nasional (munas) untuk memilih Ketua Umum.
Rencananya munas akan digelar awal Desember 2019.
Hingga saat ini sudah ada dua calon yang digaang-gadang bakal maju dalam pemilihan ketua umum partai warisan orde baru ini yakni ketua umum partai golkar saat ini Airlangga Hartarto dan Wakil Koordinator bidang Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo
Politikus Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tandjung mengatakan, manuver politik Bambang Soesatyo untuk maju sebagai calon ketua umum Partai Golkar semakin nampak setelah dilantik sebagai Ketua MPR RI.
"Saya sudah duga sejak awal. Begitu dia (Bamsoet) kemarin menyatakan mendukung Pak Airlangga, tapi ketika dapat jabatan Ketua MPR, kemudian diciptakanlah gimik-gimik, akal-akalan," ujar Doli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (25/11/2019).
"Dan waktu itu enggak ada pernyataan saya (Bamsoet) mundur (dari pencalonan caketum Golkar) segala macam. Itu saja sudah mengindikasikan pada akhirnya (Bamsoet) tetap mau maju," lanjut dia.
Kendati demikian, meskipun Bambang memutuskan maju menjadi caketum, Doli memastikan, Airlangga tak berniat untuk mencopot posisi Bambang sebagai Ketua MPR RI.
• Bamsoet Klaim Kantongi 367 Suara, Siap Maju di Munas Golkar, Nusron Yakin Bamsoet Menang
• Bamsoet Pastikan Munas Golkar Aman dan Lancar, Jokowi: Kalau Guncang Pemerintah Ikut Guncang
• Ical Rahasiakan Nama Calon Ketua Umum yang Didukungnya di Munas Golkar
Sebab, Airlangga adalah seseorang yang memegang komitmennya.
"Saya kira jauhlah mau mencopotnya. Kan ada mekanismenya, kemudian ya agak kekanak-kanakan dibalas dengan kekanak-kanakan, enggak begitu," ujar dia.
"Itulah bedanya Pak Airlangga dengan Pak Bambang Soesatyo. Airlangga itu sekali komit, committed, kalau Pak Bambang tidak," sambung dia.
Lebih lanjut, Doli yang juga Ketua Komisi II DPR ini menceritakan, pada saat pemilihan ketua MPR, para kader Partai Golkar sebenarnya tidak ingin Bambang mengambil posisi tersebut.
Namun, Airlangga sebagai pimpinan Golkar tetap mempercayakan posisi tersebut kepada Bambang. "Tapi dengan, ya katakanlah kebaikannya Pak Airlangga untuk menjaga soliditas Golkar untuk menjaga suasana kondusif bangsa dan negara, akhirnya ya kita berbagi. Pak Airlangga berbagi memberikan keihklasan terhadap itu," lanjut dia.
Wakil Koordinator bidang Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo resmi mendeklarasikan diri maju sebagai calon ketua umum Golkar periode 2019-2024 dalam Munas Golkar, Desember 2019.
Deklarasi ini dilakukan Bambang di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, didampingi oleh sejumlah organisasi pendukung.
"Dengan didasari kecintaan saya terhadap Partai Golkar, dengan mengucapkan bismillah, saya Bambang Soesatyo menyatakan, siap menjalankan perintah untuk mengikuti kontestasi pemilihan ketua umum Partai Golkar periode 2019-2024," kata Bambang, Jumat (22/11/2019).
Diisi Orang-orang Airlangga Deklarasi ini dilakukan setelah munculnya aspirasi, dukungan dan desakan dari kader Golkar dari berbagai daerah.
Suara itu disebut datang mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten/ kota, provinsi bahkan kader di DPP. Mereka ada yang memiliki hak suara, namun banyak pula yang tidak.
Sejumlah organisasi yang membesarkan Bambang juga mendukung pencalonan dirinya, antara lain Forum Komunikasi Putra-Putri TNI Polri (FKPPI), Serikat Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), dan Pemuda Pancasila (PP).
Sementara Pengurus DPP Partai Golkar menegaskan panitia Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar netral dan tidak berkepentingan memenangkan salah satu calon ketua umum.
Menurut Wakil Ketua DPP Bidang Komunikasi Ace Hasan Syadzily penetapan panitia munas dilakukan dalam rapat pleno DPP Partai Golkar.
Ia pun mempertanyakan Bambang Soesatyo ( Bamsoet) yang tidak hadir saat rapat pleno DPP digelar.
Padahal, beberapa waktu lalu Bamsoet dan pendukungnya mendesak pengurus DPP Golkar menggelar rapat pleno.
"Jangan memutarbalikan fakta Pak Bamsoet. Makanya Pak Bamsoet hadir dong dalam rapat pleno. Dulu selalu mendesak agar rapat pleno digelar, saat rapat pleno digelar tidak hadir," kata Ace dalam pernyataan tertulis, Minggu (24/11/2019).
Tudingan tanpa bukti Ketidakhadiran Bamsoet pun berdampak munculnya tudingan dari para pendukungnya bahwa ada sesuatu yang salah dan memutarbalikkan fakta.
"Soal tudingan panitia yang tidak netral, jelas keliru besar. Panitia munas itu diputuskan dalam rapat pleno," ujarnya.
Ia pun menjelaskan, dalam rapat pleno yang digelar digelar 5 November lalu menetapkan Ketua Penyelenggara Munas Golkar Melchias Mekeng dan Ketua Steering Committee Ibnu Munzir.
"Itu jelas merupakan permintaan dari para pendukung Pak Bamsoet. Pak Airlangga Hartarta, Ketum Partai Golkar dan para pendukungnya menerima keputusan itu tanpa keberatan karena kami tak ingin berdebat soal kepanitiaan ini," katanya.
Keputusan itu, ia melanjutkan, diambil dalam rapat terbatas para Ketua Koordinator Bidang saat skorsing rapat pleno.
Ketua Umum Partai Golkar bersama seluruh Dewan Pimpinan Pusat menggelar Rapat Pleno di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Selasa (5/11/2019).
"Jadi keputusan itu diambil melalui keputusan yang demokratis dan melalui mekanisme rapat yang selalu mereka tuntut," ujar Ace.
Pengurus DPP Partai Golkar menetapkan komposisi panitia dengan jalan demokratis dan sesuai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART).
"Jangan selalu mencari-cari alasan menyerang Pak Airlangga untuk kepentingan kelompoknya," ujarnya.
Kubu Bamsoet Sebelumnya, juru bicara (jubir) Bamsoet, Andi Sinulingga menuding panitia Munas Golkar tidak netral.
Ia mengatakan parameter ketidaknetralan panitia dapat dilihat dari Surat Keputusan (SK) kepanitiaan yang baru keluar 10 hari jelang munas.
Menurut dia, SK idealnya turun dua hingga tiga bulan sebelum munas. Selain itu, panitia tidak membuka agenda road show bagi bakal calon ketua umum.
Padahal, imbuh dia, road show cukup krusial karena para kandidat dapat menyampaikan visi dan misi ke daerah. "Berpartai itu pakai alat pikir, kalau pakai rasa sentimen, enggak ada argumentasi itu kan rumit.
Bagaimana mau urus rakyat, kalau ngurus internal sendiri saja enggak bisa berjiwa besar," kata dia dalam Kompas.com (23/11/2019).
Andi pun menuding Airlangga cenderung menggunakan kekuasaanya dan menghalalkan segala cara agar dapat mempertahankan kursi ketua umum.
"Kalau Pak Airlangga itu bagus memimpin selama dua tahun belakangan ini, harusnya dia tidur-tidur saja," ujarnya. (sumber kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Politikus Golkar: Manuver Bamsoet Kian Terlihat Usai Jabat