Virus Corona

RSUDAM Rawat Pasien Dalam Pengawasan Virus Corona, Ada Riwayat Kontak dengan Pasien Positif Covid-19

Penulis: Bayu Saputra
Editor: Noval Andriansyah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - RSUDAM Rawat Pasien Dalam Pengawasan Virus Corona, Ada Riwayat Kontak dengan Pasien Positif Covid-19.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Seorang warga Bandar Lampung dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), Bandar Lampung, dengan status "Dalam Pengawasan" terkait virus corona atau Covid-19.

Pasien Dalam Pengawasan itu masuk RSUDAM pada Sabtu (14/3/2020) siang.

Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana mengonfirmasi, dirawatnya Pasien Dalam Pengawasan itu, Sabtu malam.

Reihana mengungkapkan, pasien itu dirawat karena memiliki riwayat kontak dengan pasien positif Covid-19 atau virus corona.

Tepatnya, lanjut Reihana, saat bersama-sama mengikuti seminar di Jawa Barat.

Dampak Corona, Menpora Zainudin Amali Sepakat Hentikan Sementara Seluruh Laga Liga 1 dan Liga 2

Imbas Corona, Kampus-kampus di Lampung Tunda Kegiatan

VIDEO Dampak Corona Ratusan Monyet Berebut Makanan bak Anjing Liar

Liga 2 2020 Resmi Dimulai, Menpora Salami Para Pemain dengan Siku Simbol Pencegahaan Corona

"Yang dirawat, Pasien Dalam Pengawasan. Warga Bandar Lampung. Karena ada riwayat kontak dengan penderita positif Covid-19 saat bersama-sama ikut seminar di Jawa Barat. Istilahnya, Pasien Dalam Pengawasan," ungkap Reihana saat dikonfirmasi, Sabtu (14/3/2020).

Reihana menyatakan, kondisi pasien tersebut secara umum dalam keadaan baik.

Adapun hasil diagnosis sementara, menurut Reihana, pasien ini dirawat dengan broncho pneumonia (radang paru).

"Dirawat dengan broncho pneumonia. Keadaan umum pasien, baik," ucap Reihana.

"Pasien dirawat sesuai protap (prosedur tetap) Pasien Dalam Pengawasan," imbuh Reihana.

Reihana mengungkapkan, pasien tersebut berjenis kelamin laki-laki dan berusia 69 tahun.

"Pasien laki-laki, usia 69 tahun. Mengalami batuk, sedikit demam, dan kadang agak sesak," ujar Reihana.

Imbas Corona, Kampus-kampus di Lampung Tunda Kegiatan

Sejumlah perguruan tinggi di Provinsi Lampung menunda kegiatan menyusul keluarnya surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait pencegahan virus corona.

Dalam surat yang ditandatangani Sekretaris Jenderal Kemendikbud Ainun Na'im itu, Kemendikbud meminta seluruh perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Lampung, untuk menunda penyelenggaraan acara yang mengundang banyak pejabat/peserta dari daerah.

Penundaan sampai permasalahan virus corona mereda.

Surat tertanggal 12 Maret tersebut telah diterima sebagian besar perguruan tinggi di Lampung.

Bahkan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung menindaklanjutinya dengan menunda pelaksanaan wisuda periode I tahun 2020.

"Penundaan sampai minggu kedua bulan Juni 2020 dengan tetap mempertimbangkan perkembangan keadaan. Penundaan juga berlaku untuk pelaksanaan yudisium periode I tahun 2020 di fakultas/jurusan," jelas Kasubbag Humas UIN Raden Intan Lampung Hayatul Islam, Jumat (13/3/2020).

Juru Bicara Rektor Universitas Lampung Nanang Trenggono juga mengaku telah menerima surat dari Kemendikbud tersebut.

Saat ini, pihaknya sedang melakukan kajian terkait itu.

"Masih dibahas oleh para pimpinan, Senin (16/3) akan diusahakan sudah ada rilis resmi," ujar dia, kemarin.

Hal senada diungkapkan Humas Institut Teknologi Sumatera (Itera) Rudi.

Menurutnya, institut tengah melakukan pembahasan strategis untuk menyikapi surat edaran Kemendikbud tersebut.

"Saat ini masih dalam pembahasan pimpinan," kata dia.

Sebelumnya, Itera telah menangguhkan rencana kunjungan tamu dari negara-negara terdampak Covid-19 ke lingkungan kampus sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Rektor IIB Darmajaya Firmansyah YA mengatakan, pihaknya secara resmi belum mendapatkan surat tersebut. Namun ia sudah mengetahui surat edaran tersebut melalui media.

Sampai saat ini, IIB Darmajaya belum berencana menghentikan semua aktivitas mahasiswa termasuk acara wisuda pada akhir April nanti.

Namun pihaknya akan memberikan imbauan kepada wisudawan yang sakit atau kondisinya kurang sehat untuk beristirahat di rumah saja.

"Namun jika menjelang wisuda didapati ada kasus Corona di Bandar Lampung hingga menimbulkan kekhawatiran, maka akan ada tindakan lain yang akan dilakukan. Jika memang membahayakan masyarakat, maka tidak ada pilihan lain jadi harus menghentikan segala kegiatan. Jadi kita memantau juga," jelas dia.

Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Nasrullah Yusuf mengatakan, jika merujuk surat edaran Kemendikbud yang tidak diperbolehkan adalah mengumpulkan massa yang besar dengan mendatangkan pejabat-pejabat dan dari berbagai daerah.

Namun jika mengumpulkan mahasiswa yang memang kuliah, diperbolehkan.

Meski begitu, pihaknya terus memantau perkembangan situasi ke depan.

Dua Bayi

Juru bicara pemerintah RI untuk kasus corona, Achmad Yurianto mengatakan, per Jumat kemarin jumlah warga positif corona telah meningkat dua kali lipat.

Dari 34 kasus menjadi 69 kasus per kemarin.

Dari 69 kasus itu, dua pasien positif corona adalah bayi berusia dua dan tiga tahun.

Namun kabar baiknya, dari jumlah tersebut, lima pasien sudah dinyatakan sembuh alias negatif corona.

Dan salah satu dari lima pasien yang sembuh ini merupakan pasien pertama yang diketahui terjangkit corona alias pasien 01.

"Data yang saya berikan ini data tracking dari dua hari lalu, yang sebelumnya merilis 34 pasien dari berbagai daerah sehingga data tersebut (69 pasien) hingga tadi siang (kemarin)," kata Achmad Yurianto di Jakarta, kemarin.

Pasien tambahan pertama yang teridentifikasi adalah pasien nomor 35, perempuan 57 tahun, meninggal dunia.

"Pasien nomor 36, perempuan 37 tahun masuk ke RSPI dengan menggunakan ventilator, mengalami perburukan dengan cepat kemudian meninggal. Setelah kita lakukan pemeriksaan ternyata positif," kata Yuri.

Di sisi lain, Badan Intelijen Negara (BIN) memprediksi masa puncak persebaran virus corona di Indonesia terjadi pada Mei mendatang.

Deputi V BIN Afini Noer mengatakan, prediksi tersebut berdasarkan hasil simulasi pemodelan pemerintah terhadap data pasien Covid-19.

"Kalau kami hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan pemodelan ini," ujar Afini.

Ia menjelaskan, hasil simulasi pemodelan menyatakan bahwa masa puncak persebaran virus corona di Indonesia terjadi dalam 60-80 hari sejak kasus pertama terkonfirmasi.

Tunda Promosi Wisata

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) untuk sementara menunda seluruh kegiatan promosi yang ditujukan kepada wisatawan mancanegara.

Hal itu menyusul penetapan status pandemi virus corona oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, penundaan sebagai upaya preventif dalam mencegah Covid-19 meluas.

"Penundaan segala bentuk promosi wisata di luar negeri sampai wabah virus corona berakhir,” kata Wishnutama.

Pemerintah memutuskan untuk menunda promosi dan memberikan insentif untuk mendatangkan wisatawan mancanegara.

“Sampai pandemi ini berakhir, baru kita siapkan upaya promosi wisata kembali,” tambahnya.

Saat ini prioritas utama pemerintah melindungi kesehatan masyarakat di tengah wabah Covid-19. Itu dilakukan sebagai upaya agar pandemi tidak semakin menyebar di Indonesia.

“Karena melindungi masyarakat Indonesia adalah prioritas tertinggi kami,” ujar Wishnutama.

WHO Surati Presiden

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyurati Presiden Joko Widodo terkait penanganan virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 di Indonesia.

Dalam surat itu, WHO meminta Presiden Jokowi melakukan sejumlah langkah, termasuk mendeklarasikan darurat nasional virus corona.

Surat tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal WHO Thedros Adhanom dan dikirimkan ke Jokowi pada 10 Maret lalu.

Surat itu juga diteruskan kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian Luar Negeri.

Pelaksana Tugas Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah membenarkan surat tersebut.

"Betul," kata dia saat dikonfirmasi Kompas.com lewat pesan singkat.

Dalam surat itu, Thedros awalnya mengapresiasi upaya pemerintah RI dalam menangani corona.

Ia menyebutkan, setiap negara harus melakukan langkah terukur untuk mencegah penyebaran virus yang pertama kali muncul di China ini.

Sayangnya, di beberapa negara WHO menemukan adanya sejumlah kasus tak terdeteksi yang membuat penyebaran virus ini meluas dan akhirnya menyebabkan banyak korban jiwa. (Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra/tribun network/kompas.com/som)

Berita Terkini