Laporan Reporter Tribunlampung Jelita Dini Kinanti
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Cerebral Palsy adalah gangguan gerak dan postur anak, yang dialami beberapa anak di Indonesia termasuk di Lampung.
Hal itu dikemukakan dr Roro Rukmi Windi Perdani, Sp.A dari Rumah Sakit Hermina Lampung, dalam Webinar Bersama Tribunlampung.co.id dengan Tema Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Cerebral Palsy, Rabu (14/10/2020).
dr Roro mengatakan, cerebral palsy pada anak, dapat terjadi seluruh tubuh yang merupakan cerebral palsy sudah tahap berat.
Jika sudah terkena cerebral palsy seluruh tubuh, anak tidak bisa melakukan apapun lagi.
Hanya bisa terbaring di tempat tidur.
TONTON DI SINI: Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak dengan Cerebral Palsy
Tapi ada juga cerebral palsy yang tidak terjadi di seluruh tubuh, yang artinya cerebral palsy masih ringan atau sedang.
Misal anak masih bisa makan sendiri, gosok gigi sendiri, dan pakai baju sendiri.
Bahkan anak yang mengalami cerebral palsy ringan, masih tampak seperti anak normal.
Untuk memastikan anak memang benar-benar mengalami cerebral palsy, dokter akan mencari tahu apakah anak mengalami penyebab cerebral palsy atau tidak.
Diantaranya, gangguan selama kehamilan ibu yang bisa menyebabkan anak mengalami cerebral palsy.
Sebab cerebral palsy bisa terkena sejak anak dalam kandungan.
Penyebab dimaksud adalah mengalami TORCH (toxoplasma, infeksi lain/other infection, rubella, citomegalovirus, dan herpes simplex), kurang hormon tiroid, dan pendarahan waktu hamil.
Penyebab lainnya adalah anak waktu lahir normal, seperti menangis, tidak prematur, dan tidak lahir kecil atau berat badannya kurang dari 2.500 gram
"Ada anak yang ketika lahir berat badannya kurang dari 2.500 gram. Bahkan ada yang 1.000 gram. Anak itu hidup, tapi seiring berjalannya waktu dia mengalami cerebral palsy," kata dr Roro.
Kalau ketika lahir pun tidak ada masalah, dokter akan bertanya, apakah anak mengalami infeksi otak atau tidak.
Sebab anak yang mengalami infeksi otak, ketika infeksi sembuh, anak bisa mengalami cerebral palsy.(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)