Berita Nasional

Singgung Soal Polarisasi Tajam di TNI dan Polri, SBY Kini Sindir Moral Penguasa

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberi pernyataan tentang beberapa masalah yang menimpa Partai Demokrat di Puri Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/2/2013) malam. SBY memberi kesempatan kepada Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum untuk lebih berfokus menghadapi dugaan masalah hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)terkait kasus dugaan suap proyek Hambalang

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyinggung moral penguasa agar lebih beradab dalam menjalankan fungsinya.

Pesan tersebut dituliskan lewat akun Twitternya, Minggu (31/1/2021) malam.

Sebelumnya, SBY juga menyinggung soal keprihatinannya terhadap situasi permusuhan yang terjadi di masyarakat. 

"Saya sungguh prihatin jika lingkaran tentara dan polisi yang harusnya jadi contoh persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa juga tak bebas dari hawa permusuhan ini," ucap SBY.

Dikira Jualan Nasgor Akibat Beredar Foto Baliho Mantan Presiden SBY Masak Nasi Goreng, Ini Faktanya!

Dituding Jegal Rizal Ramli Jadi Menteri, Jusuf Kalla: Dia Tak Diperhitungkan SBY

"Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita," imbuhnya.

Terbaru, SBY dalam akun Twitter pribadinya, Minggu (31/1/2021) malam juga menulis tentang kekuasaa politik.

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan soal moralitas para pemegang kekuasaan politik.

SBY berpesan kepada para penguasa politik agar lebih bermoral dan beradab dalam menjalankan fungsinya.

Meski demikian, SBY tidak menyebutkan secara spesifik pesan tersebut ditujukan untuk siapa.

"Bagi siapapun yang memegang kekuasaan politik, pada tingkat apapun, banyak cara berpolitik yang lebih bermoral dan lebih beradab," tulis SBY dikutip Wartakotalive.com.

SBY kemudian menyebut ada tiga golongan manusia, mulai dari baik, buruk dan jelek.

Apabila tidak bisa menjadi baik, setidaknya, kata SBY janganlah menjadi manusia yang jelek.

"Ada 3 golongan manusia, yaitu "the good", "the bad" & "the ugly". Kalau tidak bisa menjadi "the good" janganlah menjadi "the ugly"," tulisnya.

SBY bicara polarisasi

Sebelumnya SBY juga telah bicara soal politik dalam negeri.

Meskipun masa pilpres sudah selesai, tidak membuat kondisi masyarakat Indonesia harmonis.

Hingga saat ini, polarisasi masih kental terlihat.

Masing-masing kelompok menunjukkan ketidaksukaannya.

Di sosial media, hampir selalu terjadi perang tagar antara dua kubu serta komentar-komentar bernada permusuhan.

Hal ini dikhawatirkan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

SBY mengaku khawatir dengan kondisi masyarakat Indonesia belakangan ini, karena kerukunan dan harmoni sosial terasa retak dan jauh dari persaudaraan sebagai bangsa.

Menurut SBY, keretakan ini berawal dari dinamika politik pada Pilkada 2017 di DKI Jakarta.

Dari sejak itu, kata SBY, seperti terbangun jarak dan pemisah dalam kehidupan bermasyarakat.

"Terbangun polarisasi yang tajam di antara kita, baik karena faktor identitas, politik, maupun ideologi," kata SBY dikutip dar akun Facebook Susilo Bambang Yudhoyono pada Minggu (10/1/2021) lalu.

SBY menilai, ada pihak menganggap mereka yang tidak sama identitasnya terkait agama, partai politik dan juga ideologinya akan dianggap sebagai lawan.

Bahkan, untuk bicara pun merasa tidak nyaman.

Garis permusuhan ini pun bahkan telah menjangkiti di lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama.

Juga termasuk lingkaran keluarga.

"Saya sungguh prihatin jika lingkaran tentara dan polisi yang harusnya jadi contoh persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa juga tak bebas dari hawa permusuhan ini," ucap SBY.

"Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita."

SBY menilai kehidupan demokrasi akan tidak sehat jika polarisasi antar kubu politik sangat tajam.

Untuk memilih kandidat dan calon-calon pemimpin, baik di pusat maupun daerah, akan sangat dipengaruhi dan ditentukan dengan latar identitas, paham ideologi dan politik yang sama.

Soal pertimbangan utama dalam memilih pemimpin seperti faktor integritas, kapasitas dan kesiapan untuk memimpin, suda dianggap tak lagi penting.

SBY tak bisa membayangkan masa depan negeri ini jika hal tersebut makin ekstrem terjadi dari tahun ke tahun.

Karena itu, SBY meminta para pemimpin dan semua elemen bangsa menyadari bahwa ada sesuatu yag harus dilaksanakan.

"Mumpung belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri kita. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar," ucapnya.

Ia pun mengingatkan, jangan ada pihak yang justru menginginkan atau memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya.

Menurutnya, kalau ada pihak-pihak yang berpikiran dan bertindak seperti itu, mereka bukan hanya tidak bertanggung jawab, tetapi juga tidak bermoral.

"Sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang sudah benar-benar terbelah dan terpolarisasi secara tajam, sangat tidak mudah untuk menyatukannya kembali," ujarnya.

Lebih lanjut, SBY meminta maaf jika ada pihak-pihak yang tak berkenan dengan apa yang disampaikannya.

Dia mengatakan, pandangan atau pendapat yang disampaikan niatnya baik.

Tak ada keinginan untuk menggurui siapa pun.(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul SBY: Banyak Cara Berpolitik yang Lebih Bermoral dan Lebih Beradab

Berita Terkini