TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Banyak masyarakat yang masih mempertanyakan apa itu vaksin AstraZeneca. Seperti apa pula bedanya vaksin AstraZeneca dengan vaksin Sinovac. Simak penjelasannya berikut ini.
Kehadiran vaksin Covid-19 saat ini diperlukan guna mengatasi pandemi yang sudah berlangsung hampir 2 tahun.
Jika sebelumnya masyarakat familiar dengan vaksin Sinovac, kini muncul vaksin AstraZeneca.
Lalu, apa itu vaksin AstraZeneca?
Melansir dari Kompas.com, Jumat, 18 Juni 2021, vaksin AstraZeneca adalah vaksin yang diciptakan bersama oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-outnya, Vaccitech.
Baca juga: Apa Itu Kewirausahaan
Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor virus simpanse yang kekurangan replikasi berdasarkan versi virus flu biasa (adenovirus) yang dilemahkan yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik protein lonjakan virus SARS-CoV-2.
Setelah vaksinasi, protein lonjakan permukaan diproduksi, memicu sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh.
Vaksin telah diberikan izin pemasaran bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 80 negara di enam benua.
Lebih dari 500 juta dosis vaksin AstraZeneca telah dipasok ke 165 negara di seluruh dunia, termasuk lebih dari 100 negara melalui Fasilitas COVAX.
Berdasarkan laporan terbaru, vaksin AstraZeneca disebut 76 persen efektif dalam mencegah kasus COVID-19 bergejala.
Baca juga: Apa Itu Median
Selain itu, AstraZeneca juga menyebut vaksin Corona buatannya 100 persen efektif mencegah penyakit parah karena COVID-19 dan rawat inap.
Usia penerima vaksin AstraZeneca
Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI) mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca dapat digunakan pada usia 18 tahun ke atas.
Berdasarkan evaluasi lebih lanjut, rentang penyuntikkan yang direkomendasikan adalah 8-12 minggu antara dosis pertama dan kedua.
"Vaksin COVID-19 AstraZeneca dapat diberikan pada usia >18 tahun, sesuai dengan EUA (izin penggunaan darurat) yang telah diperbaiki pada interval dosis kedua menjadi 4-8 minggu atau 8-12 minggu. Namun, untuk pelaksanaan di lapangan secara operasional lebih tepat dipilih dengan interval 8 minggu," jelas ITAGI dalam keterangan resminya.
Efek samping vaksin AstraZeneca
Dikutip dari laman GOV.UK, sebagian besar efek samping yang dihasilkan dari vaksin AstraZeneca masih dalam kategori ringan-sedang.
Berikut ini adalah detailnya:
1. Sangat umum (memengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang)
- Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan
- Merasa tidak enak badan
- Menggigil atau demam
- Sakit kepala
- Mual
- Nyeri sendi atau nyeri otot.
2. Umum (memengaruhi 1 dari 10 orang)
- Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntikan
- Demam
- Muntah atau diare
- Radang tenggorokan
- Pilek atau batuk
- Menggigil.
3. Jarang (memengaruhi 1 dari 100 orang)
- Nafsu makan menurun
- Sakit perut
- Kelenjar getah bening membesar
- Keringat berlebih
- Kulit gatal atau ruam.
Perbedaan dengan vaksin Sinovac
Apakah terdapat perbedaan dengan vaksin Sinovac?
Sekretaris Eksekutif Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Dr dr Julitasari Sundoro, MSc-PH, mengatakan bahwa efek samping vaksin Sinovac tidaklah berbahaya dan masih bersifat ringan.
"Misalnya efek samping lokal. Jadi nyeri pada tempat suntikan. Kita kan namanya dimasukin jarum, dimasukkin vaksin, berarti ada reaksi lokal," kata dr Julitasari.
"Ada juga reaksi sistemik, misalnya pegal-pegal kemudian demam ringan. Tapi itu sangat kecil karena vaksin yang tiba ini adalah vaksin yang inactivated, vaksin yang mati. Jadi efek sampingnya itu jauh lebih kecil dari vaksin-vaksin lain yang live attenuated atau vaksin-vaksin hidup," lanjutnya.
Vaksin Corona buatan Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), metode ini sudah terbukti manjur dan telah digunakan dalam pengembangan vaksin lain, seperti flu dan polio.
"Hanya saja vaksin yang dibuat dengan cara ini membutuhkan fasilitas laboratorium khusus untuk mengembangkan virus atau bakteri dengan aman, waktu produksinya relatif lama, dan kemungkinan butuh dua atau tiga dosis suntikan," tulis WHO.
Sinovac telah melakukan uji klinis terhadap dua kelompok usia, yakni dewasa (18-59 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas).
Awalnya memang vaksin ini hanya diperuntukkan untuk usia 18-59 tahun.
Namun, setelah dievaluasi lebih lanjut tentang keamanan dan efektivitasnya, vaksin Sinovac juga bisa digunakan untuk lansia 60 tahun ke atas dengan rentang penyuntikkan 28 hari antara dosis pertama dan kedua.
Dari hasil uji klinis tahap 3 di Bandung, vaksin Sinovac menunjukkan efikasi sebesar 65,3 persen dalam mencegah COVID-19. Hasil ini didapat berdasarkan uji coba kepada 1.600 orang di Bandung.
Demikian pengertian terkait apa itu vaksin AstraZeneca. ( Tribunlampung.co.id / Kiki Novilia )
Baca juga: Apa Itu Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara
Baca juga: Apa Itu Komplikasi dalam Fabel, Klimaks di Struktur Cerita
Baca juga: Apa Itu Fabel, Cerita Fiksi Pakai Tokoh Binatang