TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -- Satu video viral di media sosial memperlihatkan aksi emak-emak nekat mencuri cabai dari karung ketika para petani sedang bongkar muatan.
Video viral tersebut diunggah akun TikTok @jumaieror.
Dalam video terlihat, para emak-emak tersebut mengambil cabai dari celah-celah lubang karung.
Meski ada para petani yang tengah menurunkan karung cabai tersebut, namun mereka tak memperdulikannya.
Mereka tetap mengambil cabai tersebut lalu dimasukkan ke dalam kantong.
Baca juga: Viral Sekelompok Ibu-ibu Nekat Curi Cabai Saat Bongkar Muatan
Pada keterangan video dituliskan, jika harga cabai murah para emak-emak tidak terlalu bersemangat untuk mengambil cabai dari karung.
“Kalau harga cabai murah, penjagaan nggak terlalu ketat,” tulis akun tersebut.
“Kalau harga cabai lagi murah para pengutil cabai nggak terlalu semangat,” lanjutnya.
Akun TikTok itu juga mengunggah dua video yang memperlihatkan aksi para emak-emak mengambil satu per satu cabai.
Belum diketahui pasti di mana lokasi dari insiden curi cabai dalam video tersebut.
Baca juga: Viral Rombongan Emak-emak Curi Cabai dari Karung
Petani Nyebur
Di sisi lain, video viral sebelumnya memperlihatkan petani bawang merah di Demak nekat menceburkan diri ke sawah.
Tak hanya menceburkan diri, pria yang bernama Karto Diharjo (40), warga Kuwu, Dempet, tersebut juga melumuri kepalanya dengan lumpur sambil meneriakkan harga bawang merahnya yang anjlok drastis.
Belakangan ini diketahui harga bawang merah di sana anjlok.
Pada umumnya, para petani bisa meraup untung dengan rata-rata minimal senilai Rp 15 ribu per kilogram.
Namun, harga bawang merah tersebut kini anjlok hingga di bawah Rp 10 ribu, sekitar Rp 6-9 ribu, di mana para petani mengaku merugi.
“Pak, saya minta tolong, Pak. Harga brambang (bawang merah) kaya gini, Pak,” teriaknya.
Ia kemudian menceburkan diri ke sawah sambil kembali berteriak.
“Saya nggak bisa mikir. Pupuk mahal, sertifikat (yang digadaikan) tidak bisa diambil,” tambahnya.
Video tersebut dibuat pada Kamis (28/10/2021).
Ketika ditemui, ia mengaku kesal dengan turunnya harga bawang merah dan tidak tahu harus melapor atau bercerita ke mana.
Kekesalannya akhirnya dituangkan dengan membuat video hingga tersebar di Instagram dan lain-lain.
“Saya tidak tahu harus bilang ke siapa. Akhirnya bikin video saja,” ujarnya, Jumat (29/10/2021).
Pria yang kerap disapa Lek Jo tersebut mengatakan sudah empat tahun bertani bawang merah.
“Benar-benar merugi ini. Dari beli bibit, pupuk, obat dan perawatan juga sudah mahal. Untuk modalnya juga pinjam uang,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Kuwu, Jasmin, memperkirakan bahwa turunnya harga bawang secara drastis disebabkan karena semakin banyaknya panen di wilayah lain.
Padahal, lanjutnya, panen raya di Demak baru akan berlangsung sekitar sepuluh hari ke depan.
“Di Kabupaten lain bahkan di luar Jawa Tengah, termasuk Jawa Timur, sudah panen lebih dahulu dan banyaknya hasil bawang merah membuat bawang merah di sini anjlok drastis,” ujarnya.
Ia menuding pemerintah tidak bisa mengintervensi terkait fluktuasi harga dan mengontrol banyaknya wilayah yang menanam tanaman tersebut.
“Solusinya adalah mengulur waktu panen dan menunggu hingga panen di wilayah lain selesai,” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Demak, Iskandar Zulkarnain, mengatakan bahwa pihaknya akan mengadakan rapat dengan instansi terkait.
Termasuk dengan Dinas Pertanian untuk mencari tahu dan menyelesaikan persoalan tersebut.
“Mengenai harga bawang merah yang anjlok, hal itu dikarenakan pada saat panen berlaku hukum ekonomi di mana pada saat produksi banyak sedangkan permintaan sedikit maka harga akan turun."
"Untuk mengatasi hal tersebut, satu di antaranya yang dapat dilakukan adalah tunda jual."
"Yakni dengan menyimpan di gudang, kemudian jika harga sudah naik bawang merah dijual,” ungkapnya ketika dihubungi Tribunjateng.com.
Selain itu, hilirisasi produk seperti mengolah menjadi bawang goreng, membentuk korporasi bawang merah guna bekerja sama dengan pihak ketiga atau eksportir guna menyerap bawang merah secara kontinyu.
Kemudian mengatur masa tanam bawang merah untuk menghindari panen berlebihan, sehingga produksi dapat dikelola sesuai dengan permintaan masyarakat maupun industri,” jelasnya.
Dari datanya, harga bawang merah di pasar-pasar tradisional di wilayah kini masih sekitar Rp 24 ribu per kilogram.
“Jika di pasar, itu normal,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Petani Bongkar Cabai, Ibu ibu Ini Malah Curi Terang terangan