Tribunlampung.co.id, Lampung Utara - Kondisi memprihatinkan salah satu sekolah di Kabupaten Lampung Utara.
Dimana, empat ruang kelas di sekolah tersebut kondisinya sudah tidak layak.
Siswa menempati ruang eks kantor balai dusun Desa Handuyang Ratu, Bunga Mayang.
Satu kelas ornamen dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu yang mulai koyak atau rusak dimakan usia.
Bahkan, ada dinding geribik yang nyaris roboh.
Baca juga: LBH Bandar Lampung Bakal Dampingi Keluarga RF Mengadu ke DPR RI
Baca juga: Yayasan Amirul Ummah Distribusikan 5.000 Alquran untuk TPA dan Masjid di Lampung
Tidak hanya sampai di situ yang memprihatinkan.
Tempat belajar anak-anak putih merah ini, beratap asbes dan sebagian ditutup terpal.
Lantaran, awal bangunan yang sudah rusak, lapuk dimakan usia, sehingga hanya dinding tembok yang tersisa.
Lantai yang sepertinya pernah diplester dengan semen, juga sudah rusak.
Kini didominasi warna cokelat tanah.
Kondisi SDN Haduyang Ratu Kecamatan Bungamayang, Lampung Utara.
Karena ruang kelasnya tidak cukup, para guru saat menunggu giliran mengajar, biasanya berteduh di bawah pohon karena tidak ada ruang guru.
Tidak ada fasilitas kamar mandi di sekolah yang sebelumnya berupa balai dusun itu.
Sejak digunakan untuk SDN, hingga kini belum tersentuh program pembangunan pemerintah.
"Sedih pak (melihat kondisi sekolah). Apalagi kalau hujan, semuanya basah, meja dan kursi,” kata Faresa, siswi kelas enam di SD setempat, Selasa, 19 Juli 2022.
Dia mengaku sangat sedih dengan kondisi sekolahnya.
Menurut dia, sejak dia duduk di kelas satu, kondisi sekolah memang sudah begitu.
Dia berharap, agar sekolah tempat menimba ilmu agar diperbaiki.
"Supaya kami belajar nyaman," terang dia.
Di lokasi KBM di eks balai desa serta ruangan berdinding geribik tersebut, berada sekitar 1 km dari gedung lama.
Dalam ruangan balai desa, disekat menjadi empat ruangan, sedangkan yang berdinding geribik disekat menjadi dua ruang.
"Di bangunan gedung bekas balai desa itu ada tiga kelas, dan kelas 2 dan 6 ada di bangunan satunya (dinding geribik). Harapan kami agar pemerintah bisa memberikan bantuan bangunan," ujar Sri Toriah, salah seorang guru.
Kondisi bangunan sekolah sudah memprihatinkan sejak tahun 2007 lalu, namun baru pada tahun 2021 mendapatkan satu ruang kelas baru.
Kelas tersebut untuk kelas 5.
Bangunan yang berdinding triplek ini dipakai untuk kelas 2 dan kelas 6.
Peralihan di tempat ini menyebabkan minimnya minat siswa untuk bersekolah digedung sekolah yang lama.
Karena itu, pihak sekolah berinisiatif memindahkan KBM ke gedung eks balai desa serta membuat ruangan berdinding geribik.
"Kalau status negerinya sudah lama sekitar 2010. Sebenarnya gedung sekolah negeri ini ada, tapi karena di tempat yang lama siswanya sedikit. Jadi, kegiatan belajar-mengajar menumpang di balai desa dan ditambah bangunan geribik itu," katanya.
Sementara itu, Kepala SDN Haduyangratu, Rizal Karnain mengatakan kondisi sekolah yang tak layak untuk tempat belajar anak-anak itu, sudah berlangsung sejak 2012.
Awalnya, mereka menempati gedung yang ada di Dusun I Desa Haduyangratu.
Namun karena ada persoalan lahan, mereka berinisiatif pindah ke Dusun III menempatkan bekas balai dusun.
Upaya untuk memperoleh perhatian pemerintah, kata dia, rutin dilakukan dengan mengirimkan proposal kepada pemerintah.
Pada 2021, ada bantuan pembangunan ruang kelas baru.
Itupun hanya satu ruangan.
"Kami masih kekurangan banyak ruangan," kata Rizal.
Dia menceritakan, saat hujan, pihak sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar dan memulangkan anak didiknya.
"Untuk dewan guru, sebelum jam mengajar, duduk di bawah pohon karena tidak ada ruangan," terangnya.
"Kami berharap agar sekolah kami ini benar-benar menjadi sekolah yang layak," kata dia lagi.
(Tribunlampung.co.id/Anung Bayuardi)