Berita Lampung

Nelayan Tanggamus Keluhkan Cuaca Kurang Bagus dan BBM Solar Sulit Didapat

Penulis: Dickey Ariftia Abdi
Editor: muhammadazhim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas nelayan yang ada di pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus, Jumat (2/9/2022). Terlihat cukup banyak kapal nelayan yang sedang sandar.

Tribunlampung.co.id, Tanggamus - Ombak besar sedang melanda Kabupaten Tanggamus dari awal bulan Agustus. 

Ombak besar seperti ini membuat para nelayan di Kabupaten Tanggamus sedikit merasa khawatir ketika sedang melaut. 

Ombak besar seperti ini juga sangat beresiko tinggi bagi nelayan yang melaut untuk mencari ikan, Jumat (2/8/2022). 

Selain itu ombak besar ini juga mempengaruhi hasil tangkapan dari nelayan di sana. 

Reporter Tribun Lampung mewawancarai nelayan beberapa waktu lalu yang berada di Kabupaten Tanggamus, salah satunya Nanang.

Pria 40 tahun tersebut mengatakan, ombak besar seperti ini membuatnya lebih jarang melaut. 

"Karena gelombang tinggi begini kan jadi pada jarang ngelaut juga," katanya.

Cuaca seperti ini memang membuat nelayan berpikir dua kali untuk mencari ikan karena cukup membahayakan. 

Selain itu, ia juga mengatakan, gelombang tinggi ini juga berlangsung dari bulan Agustus ini. 

"Gelombang tinggi kaya begini biasanya nanti sampai bulan 11i," katanya kepada Tribun Lampung.

Selain itu ia juga mengatakan gelombang tinggi seperti ini dapat merusak perahu yang ia miliki. 

"Kalo gelombang tinggi kan bisa ngerusak kapal juga jadi tkt kapal jebol," katanya.

Nanang menambahkan, pada saat gelombang tinggi seperti ini biasanya ikan lebih menepi dan tidak jauh dari garis pantai.

"Biasanya agak minggir ikan itu, karena ikut arus laut sama angin," ungkapnya. 

Untuk waktu berlayar sendiri, Nanang tidak dapat memastikan secara pasti kapan ia hendak berlayar mencari ikan. 

"Tergantung ikan, kadang pagi abis subuh kadang juga setelah zuhur setelah itu maghrib pulang," ungkapnya.

Untuk sekarang ombak di Kabupaten Tanggamus khususnya di Kecamatan Kota Agung masih cukup tinggi. 

Namun ada perbedaan dari sebelumnya dikarenakan, sekarang ombak tersebut sedikit berbeda dari sebelumnya. 

Hal ini diungkapkan salah satu masyarakat yang memang berprofesi sebagai nelayan di Kecamatan Kota Agung, Ronal. 

Dia menyebut, untuk bulan ini ombak sudah tidak terlalu besar seperti bulan kemarin. 

"Kalau bulan September ini sudah tidak seperti bulan kemarin," katanya saat ditemui di pelabuhan Kota Agung. 

Ia juga mengatakan untuk hasil tangkapan pada awal bulan ini juga mengalami penurunan. 

Setelah ditanyai lebih lanjut faktor dari kurangnya hasil tangkapan itu diakibatkan karena cuaca yang kurang bagus. 

"Yang pertama cuaca karena kurang bagus terus sama musimnya juga," ungkapnya. 

Ia juga mengatakan, untuk sekarang nelayan juga belum terlalu aktif kembali melakukan pelayaran mencari ikan. 

Kali ini bukan masalah ombak besar melainkan bahan bakar kapal yang sulit ditemui. 

Untuk satu kali berlayar mencari ikan Ronal mengaku kapal nelayan membutuhkan empat jeriken solar sebagai bahan bakar. 

"Kan nelayan ini mencari ikannya tidak pernah diduga, kadang jauh kadang dekat," katanya. 

Ia juga mengungkapkan, bantuan dari pemerintah pun hanya mendapatkan satu sampai dua jeriken. 

Sedangkan para nelayan membutuhkan 4 jeriken dalam satu kali berlayar mencari ikan.

Ronal juga mengatakan, ia memang belum terlalu aktif berlayar diakibatkan bahan bakarnya yang sulit. 

(Tribunlampung/Dickey Ariftia)



 

Berita Terkini