Tribunlampung.co.id, Jambi - Nama Brigadir Yosua atau Brigadir J diusulkan menjadi nama jalan di area pemakaman Desa Suka Makmur, Jambi.
Pemerintah Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi telah menerima surat usulan nama Brigadir Yosua atau Brigadir J sebagai nama salah satu jalan di desa setempat.
Kepala Desa Suka Makmur, Wahyudi Kusrianto mengatakan, beberapa waktu dirinya telah menerima surat usulan pengabdian nama Brigadir Yosua atau Brigadir J sebagai nama jalan.
"Pertama kali datang itu hanya usulan secara lisan, lalu saya sarankan buat surat usulan resminya, dan sekarang suratnya sudah saya terima," ucapnya dikutip dari Tribunjambi.co.id, Sabtu (24/9/2022).
Wahyudi menjelaskan, putusan terkait usulan tersebut terlebih dahulu akan dimusyawarahkan bersama warga lain, BPD dan juga Camat.
Baca juga: Nursyah Histeris saat Diminta Meihat Foto Arie Kriting dan Indah Permatasari
Baca juga: Devano Danendra Menyanyi di Hadapannya, Iis Dahlia Tiba-Tiba Menangis
Namun musyawarah tersebut rencananya akan dilaksanakan jika penanganan kasusnya sudah selesai.
Karena saat ini kasusnya masih berjalan Pemerintah Desa harus masih menunggu.
"Sama BPD kita sudah ngobrol, nanti kita musyawarahkan, Camat juga sudah, kita tunggu aja dulu prosesnya selesai, baru nanti kita musyawarahkan," ujarnya.
Jalan yang diusulkan menjadi jalan Brigadir Yosua merupakan jalan desa di area pemakaman, arah masuk ke makam, mulai pintu masuk pemakaman sampai ujung pemakaman.
Kata Wahyudi pada dasarnya dirinya mendukung usulan tersebut selama itu baik dan disetujui oleh masyarakat.
Baca juga: Arie Kriting dan Indah Permatasari Datang Temui Nursyah dan Meminta Maaf
Baca juga: Cerita di Balik Foto Masa Kecil Brigadir J dan Kisah Perjalanan Keluarga
"Kita mendukung aja selama semuanya mendukung,"
"Karena kita tidak bisa memutuskan sendiri, kita punya lembaga, tokoh masyarakat, tokoh agama akan musyawarah," tutupnya.
Kisah Perjalanan Keluarga Brigadir J
Kasus meninggalnya Brigadir J oleh Mantan Kadiv Proram Polri menjadi sorotan publik.
Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J merupakan ajudan mantan Kadiv Propam Ferdy Sambo.
Ia merupakan anak kedua dari pasangan Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak.
Menjadi Ajudan Jenderal, tentunya menjadi kebanggaan bagi kedua orang tua, karena berasal dari keluarga sederhana.
Bukan hanya Yosua, tetapi keempat anaknya juga dapat dikatakan sukses, bahkan ada yang mengikuti jejak sang kakak di kepolisian.
Dikutip dari Tribunjambi.com, berikut kisah singkat perjalanan keluarga Brigadir Yosua yang telah sukses mendidik anak-anaknya menjadi orang sukses.
Sang Ayah Samuel Hutabarat lahir tahun 1965 dan merupakan warga asli Padangsidimpuan, Sumatera Utara.
Tahun 1997, Samuel memutuskan menetap di Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Saat ini tinggal di Desa Suka Makmur, Jambi.
Baca juga: Marshel Widianto Elus Pundak, Celine Evangelista Malah Menangis
Baca juga: Medina Zein Minta Maaf dan Menangis di Depan Hakim, Ingat Anak-Anak
Sementara Rosti Simanjuntak lahir di Kecamatan Balige, Tapanuli Utara, pada tahun 1968.
Samuel Hutabarat kemudian mempersunting Rosti Simanjuntak sebagai pasangan hidup.
Sekian lama membina bahtera rumah tangga, kedua pasangan ini akhirnya dikaruniai empat anak, dua perempuan dan dua laki-laki.
Anak pertama bernama Yuni Hutabarat, kedua Nofriansyah Yosua Hutabarat, ketiga Devi Hutabarat, dan keempat Mahareza Putra Hutabarat.
Samuel mengaku pernah bekerja kantoran.
Namun tidak berselang lama, ia akhirnya memutuskan banting setir menjadi petani sawit, karena di daerahnya di Sungai Bahar merupakan penghasil utama kelapa sawit.
Sehari-hari, Samuel bekerja sebagai seorang petani sawit.
Pekerjaan yang tekun dia geluti ini untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga dengan empat anak.
Bahkan dari hasil bertani, Samuel sukses menyekolahkan keempat anaknya.
Keempat anaknya terbilang cukup sukses di dunia pekerjaan, anak pertama Yuni Hutabarat bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Balai Karantina Provinsi Jambi.
Anak kedua, Mendiang Nofriansyah Yosua Hutabarat merupakan seorang Brimob yang di akhir masa hidupnya mengabdi sebagai ajudan Jenderal bintang dua.
Sementara anak ketiga, Devi Hutabarat diketahui saat ini bekerja di RS Bhayangkara Jambi.
Dan terakhir Mahareza Putra Hutabarat juga seorang anggota polisi yang saat ini bertugas di Polda Jambi.
"Kita istilahkan seperti air laut, terkadang tinggi dan terkadang rendah," kata Samuel saat ditanya perihal menjadi petani sawit.
Samuel tidak hentinya bersyukur, manakala dia mampu mengantarkan anak-anaknya sukses meraih pendidikan.
Dia merasa terberkati, dengan profesinya sebagai petani sawit.
"Saya bilang itu keajaiban dari Tuhan, karena kita manusia biasa dengan keadaan saya begini ya karena ini kehendak dari Tuhan, ya kita tidak tahu karena bukan pemikiran kita," katanya.
Samuel dan Rosti memilih tinggal di rumah dinas Guru yang disediakan oleh pemerintah sejak tahun 2003 hingga saat ini dirinya belum memiliki rumah sendiri.
Baca juga: Nathalie Holscher Dituduh Janda Gatal, Ayu Ting Ting Beri Pesan Khusus
Baca juga: Ruben Onsu Trauma dan Takut Cek, Tiap Bulan Diambil Darah 15 Botol
Begitu sederhana kehidupannya, mungkin banyak orang yang tak menyangka bahwa mereka berhasil mengantarkan anak-anaknya untuk bisa sukses.
Dalam mendidik anak-anaknya, Samuel selalu menekankan pentingnya ilmu agama sebagai bekal menjalani kehidupan.
Dia memberi kebebasan kepada anak-anaknya untuk mengejar mimpi, termasuk Yosua, asal jangan sampai meninggalkan agama.
"Saya dekatkan dengan agama agar mudah dibentuk jadi apa, dan dasarnya Agama," tutur Samuel.
Sementara sang Ibu, Rosti Simanjuntak, sudah 20 tahun mendedikasikan hidupnya sebagai pengajar.
Dia tercatat sebagai guru di SD 74 Suka Makmur, Sungai Bahar di Unit I.
"Istri saya menjadi guru di sini, itu PNS. Dia mengajar pada tahun 2003, dan terdahulunya di unit delapan dan pindah di sini SD 74 Suka Makmur itu di tahun 2003," cerita Samuel.
Berdasarkan cerita dari sang bibi, Roslin Simanjuntak, Samuel dan Rosti mendidik anak-anaknya dengan mandiri.
Sejak kecil Rosti sudah membiasakan anak-anaknya untuk mandiri, disiplin dan rajin.
"Mulai dari kelas 1 SD mamaknya memang udah menerapkan itu, nyapu rumah, cuci piring gosok kain, cuci kain supaya kalau besar mereka jauh dari orang tua bisa mandiri," ujarnya.
Terkhusus untuk Yosua, ia mengatakan bahwa Yosua merupakan anak yang paling penurut dan berbakti kepada orang tua sehingga sangat disayang oleh keluarga.
Saat masih di Brimob dulu Roslin mengatakan jika lihat pakaian kotor ibunya akan langsung dicuci.
"Kalau dia pulang kesini mamaknya ngajar, ditengoknya piring kotor dicuci, ditengoknya baju mamaknya kotor dicuciin dia, itu udah jadi polisi itu," jelasnya.
Perjuangan keluarga yang sangat luar biasa membesarkan anak-anaknya, namun hari ini mereka harus menerima kenyataan bahwa anak yang dibesarkannya tewas secara mengenaskan.
Keluarga hingga saat ini terus memperjuangkan keadilan, dan terus mengungkap kebenaran atas kematian Brigadir J, anak yang sudah dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan.
Artikel ini telah tayang di TribunJambi.com
(Tribunlampung.co.id)