Berita Lampung

Cegah Masuknya LSD, DKPP Pesisir Barat Lampung Imbau Warga Tak Membeli Sapi dari Luar Daerah

Penulis: saidal arif
Editor: Dedi Sutomo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi – Petugas Dinas Pertanian Lampung Barat saat melakukan pemberian vaksin PMK ke ternak sapi beberapa waktu lalu. DKPP Pesisir Barat imbau warga tidak mendatangkan sapi dari luar daerah guna cegah masuknya Lumpy Skin Disease (LSD).

Tribunlampung.co.id, Pesisir Barat – Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pemkab Pesisir Barat, Provinsi Lampung mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membeli ternak sapi dari luar daerah.

Imbauan ini disampaikan DKPP Pemkab Pesisir Barat dalam upaya mencegah penyebaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD).

DKPP Pesisir Barat terus berupaya adanya penyebaran LSD yang menyerang ternak sapi di kabupaten tersebut.

"Diharapkan jangan sampai masyarakat membeli ternak sapi dari luar daerah terutama daerah yang sudah mempunyai gejala LSD," ungkap Kabid Peternakan DKPP Pesisir Barat, Rahmat Nursan, Minggu (12/2/2023).

Dijelaskanya, penyakit LSD ini memiliki ciri gejala bentol-bentol pada kulit sapi.

Penyakit ini bisa menular dengan cepat kepada ternak lainya terutama sapi dan kerbau.

Baca juga: Imbau Waspada, Dinas Pertanian Pemkot Bandar Lampung Tunggu Vaksin LSD dari Pusat

Baca juga: Geger, Warga Pesisir Barat Temukan Penyu Lekang Terdampar dengan Berbobot 55 Kilo

"Penularannya terutama dengan nyamuk dan alat yang menggigit kemudian mengingat kembali dengan hewan lain atau ternak itu bersentuhan langsung dengan ternak lain," ucapnya.

Selain itu, bisa juga penularan secara tidak langsung, melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD.

Seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. 

Dikatakanya, penyakit LSD ini penyebarannya terbalik dengan penyakit PMK.

"Kalau penyakit PMK penyebarannya dimulai dari pulau Jawa kemudian menyeberang ke Lampung dan daerah lainya," ujarnya.

Namun kata dia, penyakit LSD ini penyebarannya dimulai dari pulau Sumatra, mulai dari Medan kemudian turun ke Riau, Jambi, Bengkulu dan Sumatra Selatan dan pulau Jawa.

"Sedangkan Lampung saat ini sedang dalam proyek, memang dari bulan November 2022 sudah mulai digencarkan," bebernya.

Ditambahkanya, sapi yang terserang LSD memiliki gejala atau ciri seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas.

Sehingga penyakit ini sepintas seperti penyakit kulit benjol, seperti tumor di seluruh badan.

Sehingga bisa menimbulkan kekurusan atau kehilangan berat, kehilangan susu, mandul pada sapi jantan dan betina serta kerusakan pada kulit.

Lanjutnya, mengingat pada akhir-akhir ini daerah terdekat yang sudah terkena penyakit LSD ini adalah Provinsi Bengkulu.

Untuk itu pihaknya menghimbau agar masyarakat tidak membeli ternak sapi dan kerbau dari daerah tersebut.

Pihaknya juga akan melakukan sosialisasi pengetahuan tentang penyakit LSD ini agar dipahami masyarakat.

"Kita lakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman agar masyarakat mengetahui seperti apa penyakit LSD ini dan bagaimana cara mengatasi," katanya.

"Sebenarnya sosialisasi ini sudah kita mulai dari November kemarin, tahun ini akan kita sosialisasikan kembali," sambungnya. 

Rahmat mengatakan, untuk mencegah penularan penyakit LSD ini tetap sanitasi dengan menjaga kebersihan kandang.

"Makanya penting kesadaran dari semua pihak terutama peternak untuk selalu memperhatikan kebersihan kandang," tandasnya.

(Tribunlampung.co.id/ Saidal Arif)

Berita Terkini