Tribunlampung.co.id, Jakarta - Anak Ida Dayak buka suara tentang kehebatan ibunya yang viral mengobati banyak pasien batah tulang hingga stroke di berbagai daerah di Indonesia dan mendapat pujian dari sejumlah Jenderal TNI.
Anak Ida Dayak, Herman Ida Andriani membongkar kemampuan ibunya yang dipuja banyak orang di berbagai penjuru daerah.
Menurut sang anak, Ida Dayak ternyata belum lama bisa melakukan pengobatan terhadap orang sakit, terutama patah tulang atau tulang bengkok.
Kesaktian Ida Dayak kini menjadi pro dan kontra. Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Indonesia juga membuat pernyataan terkait cara pengobatan Ida Dayak yang dinilai banyak menyalahi cara pengobatan modern.
Bahkan karena kehebatannya menyembuhkan banyak orang yang sakit, Ida Dayak disebut sebagai wanita sakti dan banyak diburu orang yang ingin berobat padanya.
Baca juga: Hasil Minyak Urut, Ida Dayak Bangun Penginapan 2 Lantai dekat IKN untuk Pasien Luar Kota
Baca juga: Pesulap Merah Sebut Ida Dayak Tukang Pijat, Bukan Minyak Sakti Hanya Minyak Urut
Meski nama Ida Dayak banyak dipuja dan dianggap sakti, nyatanya wanita asal Kalimantan tersebut enggah dijuluki sebagai wanita sakti.
Ida Dayak mengakui bahwa dirinya pun hanya manusia biasa.
Hal serupa diungkapkan oleh anak Ida Dayak, Herman Ida Andriani.
Herman Ida Andriani membongkar kemampuan ibunya ternyata belum lama bisa melakukan pengobatan terhadap pasien.
Sang anak mengatakan ibunya itu baru mengambil langkah mengobati pasien dalam kurung waktu kurang lebih tiga tahun belakangan.
Sebelumnya Ida Dayak hanya menjual minyak urut yang merupakan warisan turun temurun dari keluarga.
Belakangan ini nama Ida Dayak marak menjadi perbincangan di berbagai jajaran sosial media.
Hal itu disebabkan keahliannya dalam mengobati warga yang mengalami masalah tulang, bahkan ada yang rela antri hingga berjam-jam untuk mendapatkan pengobatan.
Ida Andriani atau yang dikenal dengan Ida Dayak merupakan warga transmigrasi lokal yang bermukim di Desa Pasir Belengkong, Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
Ida Dayak hanya memiliki seorang anak laki-laki bernama Herman Ida Andriani, yang juga sudah berkeluarga dan tinggal berdampingan dengan rumah orangtuanya.
"Dari dulu, ibu memang sudah berkeliling di berbagai pulau yang ada di Indonesia, seperti Sumatera, Papua, Sulawesi, pokoknya macam-macam sudah dikunjungi," terang Herman.
Dijelaskan, orangtuanya tersebut jarang berada di rumah lantaran kesibukannya dalam berjualan obat keras berbagai daerah.
Terkadang, kata Herman ibunya itu pulang ke rumah hanya untuk sekedar beristirahat dan setelah itu berangkat lagi.
"Kalau dulu itu tidak ada pasien lokal yang datang ke sini karena mungkin belum banyak yang tahu, cuman kalau sekarang semenjak viral banyak yang datang, ibaratnya dulu hanya pulang istirahat 2 minggu dan paling lama kemarin itu semenjak Covid-19 sampai 6 bulan di rumah," urainya.
Herman menambahkan, hingga saat ini ibunya sudah 2 tahun lebih belum pulang ke Kabupaten Paser.
Meski demikian, Herman tetap intens berkomunikasi dengan ibunya melalui telepon seluler.
"Sering komunikasi, biasanya juga bertanya tentang kabar kami di rumah, dan terkadang menyampaikan lokasi pengobatannya, kalau sekarang ini ada di daerah Bogor," tambahnya.
Wanita kelahiran 1972 itu rupanya tidak sendirian bepergian ke berbagai daerah, Ida Dayak selalu didampingi oleh suaminya.
"Biasanya cuman bapak yang mendampingi, ibu yang memasarkan obatnya sembari memberi pengobatan dan bapak membantu untuk membungkus obat dan kemudian diserahkan ke pembeli," urainya.
Diakui Herman, kebanyakan pasien dari ibunya itu disebabkan karena kecelakaan sehingga mengalami masalah tulang.
Selain itu, Ida Dayak juga berani mengakui 'kelemahannya'.
Jika memang tak mampu menyembuhkan sakit yang diderita pasien, Ida Dayak tak segan memberitahu pasiennya bahwa penyakit tersebut memang tidak bisa ditangani.
Ida Dayak juga sadar diri atas kelemahannya, lantaran tidak semua segala jenis penyakit yang bisa diobatinya.
"Tidak semua penyakit bisa disembuhkan, ibu juga sudah tahu mana yang bisa disembuhkan dan tidak.
Kalau tidak bisa, pasti ibu menyampaikan tidak sanggup, namun sekiranya masih bisa pasti diusahakan," papar Herman.
Awalnya, Ida Dayak hanya menjual Minyak Urut yang merupakan warisan turun temurun dari keluarga.
Selain itu, Ida Dayak baru mengambil langkah untuk mengobati pasien dalam kurung waktu kurang lebih 3 tahun belakangan.
"Kalau jualan obat itu sudah bertahun-tahun, sementara untuk melakukan pengobatan ke pasien itu kisaran 3 tahun baru bisa," tutup Herman.
Sekedar diketahui, Ida Dayak juga memiliki satu saudara di Kecamatan Pasir Belengkong namun tidak memiliki keterampilan khusus dalam melakukan pengobatan.
Kampung Halaman Ida Dayak
Nama Ida Dayak viral dan menjadi perbincangan karena jasanya mengobati pasien yang bermasalah dengan persendian dan tulang.
Ida Dayak menjadi viral karena keahliannya dalam mengobati pasien patah tulang, lumpuh, dan stroke dengan sekali urut hingga sembuh di tempat.
Diketahui, aksi Ida Dayak viral bisa menyembuhkan pasien tulang bengkok di media sosial dibagikan oleh @ viralyes.
Ida Dayak berkeliling Indonesia dengan menjual minyak urut selama bertahun-tahun dan baru melakukan pengobatan kurang lebih 3 tahun belakangan.
Dilansir dari Tribun Kaltim, Ida Dayak merupakan warga transmigrasi di tahun 1995, bermukim di Desa Pasir Belengkong, Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.
TribunKaltim.co.id berkesempatan menyambangi rumah Ida Dayak pada Rabu (5/4/2023) lalu di Paser, Provinsi Kalimantan Timur.
Rumahnya sekitar 5 kilometer dari jalan utama Pasir Belengkong dan berkisar 10 kilometer dari Ibukota Kabupaten Paser.
Memang rumah Ida Dayak di Desa Pasir Belengkong, tak jauh dari perkebunan sawit milik warga sekitar.
Rumah Ida Dayak adalah rumah transmigrasi pada umumnya, terbuat dari kayu, berkelir cat hijau.
Kondisi rumah Ida Dayak, saat ini sedang dalam perombakan.
Dari perombakan itu, hanya tersisa separuh badan rumah.
Sisanya lagi digunakan untuk membangun sebuah rumah beton, tepat di samping rumah Ida Dayak yang lama.
Rumah Ida dayak juga bersebelahan dengan rumah sang anak, Herman.
“Rumah beton yang sedang dibangun itu rencananya buat penginapan,” kata Herman.
(Artikel ini diolah dari TribunKaltim.co / Tribunlampung.co.id)