Anak Stunting Butuh Terapi Gizi

Penulis: Jelita Dini Kinanti
Editor: Daniel Tri Hardanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

dr Huminsa Ranto SpA MSc mengatakan, penyebab stunting adalah malnutrisi kronis yang terjadi sejak anak masih dalam kandungan dan saat anak itu sudah lahir.

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Kasus stunting di Indonesia masih cukup tinggi. Bahkan, Indonesia pernah menduduki peringkat kelima kasus stunting tertinggi di dunia.

dr Huminsa Ranto SpA MSc dari Rumah Sakit Mardiwaluyo Metro mengatakan, stunting adalah suatu kondisi dimana tinggi atau panjang badan anak tidak sesuai dengan usianya, sehingga anak ini menjadi terlihat pendek.

"Untuk anak yang usianya di bawah 2 tahun disebut panjang badan. Tapi kalau usianya di atas 2 tahun disebut tinggi badan," kata dr Ranto, Sabtu (17/6/2023).

Dokter mengetahui tinggi atau panjang anak sesuai usianya atau tidak berdasarkan kurva IDAI atau kurva WHO. "Sejak anak lahir tinggi atau panjang badan anak akan terus dipantau. Begitu pun asupan nutrisi juga terus dipantau," ujar dr Ranto.

Penyebab stunting adalah malnutrisi kronis yang terjadi sejak anak masih dalam kandungan, dan saat anak itu sudah lahir. Malnutrisi dapat terlihat dari bagaimana asupan nutrisi ibunya saat mengandung, kemudian bagaimana pemberian ASI eksklusif saat enam bulan pertama, serta kapan diberi susu dan makanan tambahan.

Jika anak sudah telanjur mengalami stunting, dokter akan membantu memberikan terapi gizi kepada anak tersebut. Selain itu, dokter juga akan melakukan terapi lain pada anak, seperti fisioterapi, terapi orthopedi, dan sebagainya.

Terapi-terapi ini akan dilakukan sebelum anak tersebut memasuki masa pubertas. Selama terapi, dokter akan melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil terapi tersebut.

Stunting bisa dicegah dengan cara si ibu hamil mengonsumsi nutrisi yang cukup. Saat lahir, anak juga harus mendapat nutrisi yang cukup.

Dimana nutrisi untuk anak hingga usia 6 bulan adalah ASI eksklusif. Jika sudah melewati masa ASI eksklusif, anak bisa diberi susu formula dan makanan tambahan.

"Anak-anak yang sudah melewati masa ASI eksklusif dan ibu hamil bisa makan atau mengonsumsi telur," kata dr Huminsa Ranto SpA MSc dari Rumah Sakit Mardiwaluyo Metro, Sabtu (17/6).

Sebab telur adalah elemen protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tinggi badan anak," sambungnya.

Masyarakat, kata dia, terutama kaum wanita, harus terus mendapat edukasi tentang cara mencegah stunting. Bahkan edukasi harus dilakukan kepada para siswi yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.

(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Berita Terkini