TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Berkat detergen cair alami, Tim mahasiswa Unila meraih juara 2 dalam kompetisi Business Plan di Temu Ilmiah Regional (Temilreg), Sumatra bagian Selatan (Sumbagsel) 2024, dimana Unila tuan rumah.
Melalui tema Accelerating the Digital Ecosystem, Creative Economy and Opportunity Halal Value Chain in The World, tim beranggotakan Adha Al-Fatah (Manajemen), Rasti Wijayanti (Akuntansi), dan Najwa Azzahro (Biologi) mempresentasikan inovasi mereka dengan membuat Basoft, yaitu deterjen cair alami, serta ramah lingkungan berbahan dasar daun senduduk dan kulit pisang.
Adha menjelaskan, ide utama dari business plan ini berasal dari pengalaman pribadinya selaku ketua tim.
“Ide ini bermula ketika saya mengalami iritasi dan kulit kering setiap kali mencuci baju dengan deterjen biasa," katanya, Senin (8/7/2024).
Selain itu juga menyadari dampak negatif limbah cair deterjen terhadap pencemaran air.
Adha juga menjelaskan keunggulan business plan mereka.
“Business plan kami menonjol karena merupakan inovasi terbaru yang mendukung ekonomi berkelanjutan dan SDGs nomor 12, yaitu memanfaatkan limbah untuk mengembangkan potensi dan perekonomian daerah Lampung,” ucapnya.
Saat mencari solusi, Adha berinisiatif menciptakan deterjen yang aman bagi kulit manusia dan ramah lingkungan menggunakan bahan-bahan alami seperti daun senduduk dan kulit pisang.
“Dengan mengolah limbah-limbah tersebut, kami berhasil menciptakan produk deterjen yang tidak hanya bermanfaat dalam mencuci pakaian tanpa merusak kulit, tetapi juga memberikan solusi terhadap permasalahan pencemaran lingkungan. Produk ini diharapkan dapat menjadi inovasi signifikan dan berkelanjutan bagi masyarakat,” tambahnya.
Rasti Wijayanti selaku anggota tim menjelaskan proses persiapan mereka.
Dimulai dengan membangun chemistry antaranggota tim dan brainstorming mengenai bahan-bahan yang akan digunakan.
“Manajemen waktu yang baik sangat diperlukan untuk menyusun strategi dalam pembuatan proposal. Kami juga mencari ide untuk kemasan dengan desain yang menarik. Persiapan terbilang singkat karena kami harus membagi waktu di tengah-tengah ujian akhir,” jelas Rasti Wijayanti.
Rasti juga menyebutkan tantangan terbesar dalam proses pengekstrakan bahan-bahan alami.
“Proses pengekstrakan memerlukan waktu cukup lama karena kami harus melakukan trial and error untuk menemukan formula yang tepat dan aman untuk digunakan masyarakat luas,” imbuh dia.
Najwa Azzahro, anggota tim lainnya, mengungkapkan perasaan tim saat diumumkan sebagai juara 2.
“Kami sangat bersyukur dan terkejut saat diumumkan sebagai juara 2. Ini adalah pencapaian memuaskan dan kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kami hingga saat ini,” ungkapnya.
Najwa menambahkan, tim mereka harus membagi waktu dengan mencuri-curi waktu di sela-sela libur untuk mengerjakan proposal, serta terus berkomunikasi secara efektif meski sedang dalam masa ujian akhir.
“Bagi mahasiswa yang tertarik mengikuti kompetisi serupa, yang terpenting adalah berani mencoba dan mengambil risiko. Kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran, dan akan selalu ada kesempatan untuk belajar dari kesalahan tersebut di masa depan,” ujar Rasti.
Semangat inovasi dan dedikasi tinggi, tim Unila berharap inovasi mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Prestasi ini juga diharapkan menginspirasi mahasiswa lain untuk terus berkreasi demi keberlanjutan lingkungan.
(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/rls)