Berita Terkini Nasional

Dedi Mulyadi Terkejut KKN Ternyata Tak Cuma di Birokrasi, 'Pedagang Kaki Lima Juga KKN'

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DEDI MULYADI TERKEJUT - Tangkapan layar video kegiatan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi saat sidak PKL di Bandung. Ia menemukan sekeluarga ada yang praktik KKN berjualan hingga menghabiskan area trotoar.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Jawa Barat - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terkejut karena praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) tak hanya terjadi di birokrasi.

Ternyata Dedi Mulyadi menemukan jika praktik KKN juga terjadi di dunia pedagang kaki lima (PKL).

Alhasil Dedi Mulyadi mengeluhkan kondisi trotoar yang habis dipakai oleh semua PKL gegara praktik KKN.

Temuan Dedi Mulyadi itu saat dirinya melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pedagang kaki lima.

Melakukan sidak terhadap para pedagang kaki lima, Gubernur Jawa Barat terkejut bukan main.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kaget mendapati adanya praktik KKN tak cuma di birokrasi tapi juga di dunia PKL.

Hal ini terjadi ketika Kang Dedi Mulyadi (KDM) mencoba menertibakan seorang ibu pedagang kaki lima di Bandung.

Ternyatat, si ibu itu tak sendiri yang menggunakan trotoar untuk berdagang.

Termasuk juga anaknya yang juga menggunakan trotoar tak seharusnya dijadikan sebagai tempat untuk berjualan di pinggir jalan.

"KKN teh bukan sekedar di birokrasi, pedagang kaki lima juga KKN, trotoar habis oleh mereka semua," kata KDM dikutip dari unggahan media sosialnya, Kamis (10/4/2025), seperti dilansir TribunJatim.com, Jumat (11/4/2025).

Awalnya, Dedi saat menertibkan PKL itu, Dedi berbincang dengan ibu PKL penjual nasi.

KDM memberi solusi, ibu PKL itu untuk dirumahkan selama sebulan dan diberi kompensasi.

"Diganti sama saya saya semuanya, nanti sama saya mau ditata dulu, dibersihkan, ibu diliburkan sebulan siap ?, sama saya dikasih Rp 4,7 juta," kata  KDM.

Ibu-ibu PKL itu pun bersedia mengikuti arahan Dedi Mulyadi.

Karena solusi yang diberikan Dedi masih bisa menguntungkan lebih bagi si ibu PKL tersebut.

Karena dia masih bisa jualan di rumahnya.

Nanti setelah sebulan, akan dikabari dimana nanti tempat mereka kembali berjualan.

"Gak rugi kan ?. Beres, jadi ibu hari ini bisa dagang di rumah sebenarnya," kata KDM.

Si Ibu PKL ini kemudian bercerita bahwa dia hanya tinggal di kontrakan.

Dia menceritakan bahwa dirinya merupakan warga asli sekitar.

Namun aset rumah dan tanah keluarganya sudah habis dijual sehingga dia hanya bisa tinggal di kontrakan.

Dia mengontrak dengan biaya Rp 500 ribu per bulan.

"Saya mah ngontrak, bapak. Saya mah dari dulu di sini, rumahnya dijual-jualin sama emak, jadi gak punya rumah," kata ibu PKL tersebut.

Dia juga bercerita bahwa suaminya merupakan seorang petugas Satpam.

Namun perusahaan tempat suaminya bekerja itu bangkrut karena pandemi Covid-19 sehingga suaminya jadi pengangguran.

"Dikasih solusi mau gak ?," tanya KDM.

"Suami ibu jadi tim penyapu saya, sebulan Rp 4 juta gajinya, nyapu di sini atau ikut sama saya," sambung KDM.

Ibu PKL itu pun sumringah dan mengiyakan solusi yang ditawarkan KDM.

Namun dia kemudian menyebut PKL pedagang minuman teh poci di sekitar tempat itu.

"Pak kalau (pedagang) teh poci ?," tanya ibu PKL tersebut.

"Orang mana pedagang teh poci ?," tanya KDM.

"Anak saya," timpal ibu PKL tersebut.

"Ya Allah KKN sekeluarga habis semua," kata KDM terkejut.

"Mundur dulu aja teh poci mah jangan jualan di pinggir jalan. KKN teh bukan sekedar di birokrasi, pedagang kaki lima juga KKN, torotoar habis oleh mereka semua," sambung KDM.

Sementara itu, seorang anak sempat membuat Gubernur Jawa Barat itu pilu sekaligus kagum.

Pemuda di Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat memiliki adik bernama Linda dan Fahril.

Ketiganya diketahui menjadi anak yatim piatu setelah kedua orangtua mereka meninggal dunia karena sakit.

Si ayah meninggal dunia pada Februari 2025 lalu.

Sedangkan ibu sudah meninggal dunia sejak tiga tahun lalu.

Kini, Wahyu dan dua adiknya bertahan hidup di rumah peninggalan sang ayah.

Kisah Wahyu kemudian viral di media sosial setelah dibagikan oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi melalui kanal YouTube dan Instagramnya.

Dedi Mulyadi tampak mengundang Wahyu dan kedua adiknya.

Wahyu pun menceritakan kisahnya kepada mantan Bupati Purwakarta tersebut.

Wahyu mengaku sejak lulus SMP ia langsung mencari nafkah dengan menjadi kuli pikul di pasar.

"Pas keluar sekolah langsung diajakin di Pasar, bapak gak mampu biayain," kata Wahyu, Selasa (8/4/2025), dikutip dari TribunJabar.

Dari pekerjaannya menjadi kuli pikul, Wahyu bisa menghasilkan uang Rp 60.000 - Rp 70.000 per hari.

Uang itu pun digunakan untuk makan dan mencukupi kebutuhan dua adiknya.

"Jadi 60 ribu itu dipakai apa aja?" tanya Dedi Mulyadi yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi atau KDM.

"Saya langsung masak sendiri, beli beras, telur, cukup," kata Wahyu.

Wahyu juga bercerita kalau ayahnya dulu bekerja sebagai kuli bangunan.

Meski hidup bertiga, Wahyu menyebut masih ada keluarga yang memberikan bantuan kepada Wahyu dan kedua adiknya.

Saat lebaran pun mereka sempat menginap di rumah kakak orang tuanya.

"Uwak dari mama suka lihat kemarin pas lebaran, nginep juga," katanya.

Lebih lanjut, Wahyu menceritakan jika sekolah adiknya sering menggunakan handphone untuk proses belajar.

Beruntung ketka itu, Wahyu mendapakan bantuan dari Abah Gede, panggilan anggota keluarganya.

Saat mendengar itu, Dedi Mulyadi pun meminta agar sekolah khususnya SD tidak perlu menggunakan HP untuk menunjang pembelajaran.

 "Siapa yang pakai hp?, memang yang perlu hp siapa," tanya Dedi.

"Kalau di sekolah kan pada tugas di grup," ungkap Wahyu.

"SD sudah pakai HP, sekolah swasta apa negeri itu, di SD-nya ada grup," kata Dedi.

"Iya SD Negeri, di grup WA," kata adik Wahyu.

"Grup WA mah itu teh di zaman covid, harusnya bukan zaman sekarang, kalau zaman covid memang pembelajaran digunakan karena orang tidak bisa bertemu, ini gurunya buat kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat walaupun itu kewenangan Bupati boleh dong saya berikan arahan, tolong di cek di SDN Budiharja, menurut saya anak-anak SD tidak layak lagi menggunakan HP karena tatap mukanya tiap hari," imbau Dedi Mulyadi.

"Kira-kira akan fokus di belajar apa akan fokus di hp? " kata Dedi. 

"Pakai duit sejuta pakai beli hp, aduh-aduh aing mah ," sambungnya.

Dedi Mulyadi pun berpesar agar adik-adik Wahyu bisa saling membantu dengan sang kakak untuk melakukan pekerjaan rumahnya.

"Kamu beruntung punya kakak yang hebat, adiknya siap kerja keras harus siap," kata Dedi kepada adik perempuan Wahyu.

Kemudian, Dedi Mulyadi pun menawarkan agar Wahyu dan adik bungsunya untuk bekerja menggembala atau ngangon domba yang akan dibeli oleh Gubernur Jabar tersebut.

"Siap gak biar kerja keras semua, kakak perempuannya masak, adiknya ngurus domba, kakaknya cari duit, rumahnya hidup," saran Dedi.

"HP-nya jual lagi aja, kamu asal mau sekolah pasti bisa sekolah, okey yes tidak," kata Dedi.

Dedi pun memberikan bantuan uang Rp 12 juta denga rincian untuk membeli domba Rp 8 juta, Rp 3 juta untuk kandang ayam dan domba serta dapur, dan Rp 1 juta untuk kebutuhannya.

Dedi mengatakan, selagi muda harus yakin untuk maju dan bersemangat mencari uang.

"Anak-anak Jawa Barat harus tumbuh menjadi anak-anak yang hebat, petarung, ya, siap," ujar Dedi Mulyadi.

Wahyu pun terharu dan langsung memeluk Dedi Mulyadi saat tahu mendapatkan rezeki.

Tampaknya air matanya tidak kuasa terbendung atas kebaikan Gubernur Jabar tersebut.

"Ini sosok orang yang punya tanggung jawab untuk adik-adiknya, ditinggalkan oleh ibu dan ayahnya tidak membuatnya patah semangat, meski tidak bisa melanjutkan sekolah sampai SMP karena kemiskinan justru dia menjadi pemuda yang mandiri tidak bergantung, kita sebagai anak muda harus malu sama dia" kata Dedi.

Baca juga: Daftar Nama Korban Meninggal Kecelakaan Mobil Panther dengan Bus Rajawali di Gresik

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

Berita Terkini