Berita Lampung

3 Warga Meninggal Akibat DBD di Pringsewu Sepanjang Semester Pertama 2025

Penulis: Oky Indra Jaya
Editor: Reny Fitriani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MENINGGAL AKIBAT DBD - Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Diskes Pringsewu, Herlambang Sunendar, Sabtu (12/7/2025). 3 warga meninggal akibat DBD di Pringsewu sepanjang semester pertama 2025.

Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Tiga warga Kabupaten Pringsewu meninggal dunia akibat demam berdarah dengue (DBD) sepanjang semester pertama 2025. 

Hingga 11 Juli, total kasus mencapai 361 dengan insiden rate (IR) sebesar 88,2 per 100.000 penduduk nyaris dua kali lipat dari ambang batas nasional yang ditetapkan sebesar 49.

Kematian tertinggi tercatat di Kecamatan Pagelaran dengan satu korban jiwa dari 14 kasus, menghasilkan case fatality rate (CFR) sebesar 7,14 persen. 

Dua kematian lainnya tercatat di Kecamatan Ambarawa (CFR 4,76 persen) dan Wates (CFR 1,8 persen). 

Meski demikian, angka kematian secara keseluruhan masih berada di bawah batas toleransi nasional, yakni 0,8 persen dari total kasus.

Meningkatnya kasus membuat permintaan fogging dari masyarakat juga melonjak. 

Namun, Dinas Kesehatan Pringsewu menegaskan bahwa pengasapan bukan solusi utama dalam pencegahan.

“Sekarang ini booming-nya fogging. Padahal fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, dan itu pun dilakukan kalau sudah ada kasus. Pencegahan paling efektif tetap dengan 3M Plus,” kata Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Pringsewu, Herlambang Sunendar, Sabtu (12/7/2025).

Gerakan 3M Plus meliputi menguras, menutup, mendaur ulang wadah bekas yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk, serta ditambah upaya perlindungan seperti kelambu, lotion anti nyamuk, dan semprotan alami berbahan nabati.

Pihaknya mencatat hingga pertengahan tahun terdapat 639 kasus suspek, dan 391 telah terkonfirmasi sebagai DBD, termasuk beberapa yang berkembang menjadi dengue shock syndrome (DSS) kondisi berat yang berisiko kematian.

Herlambang menekankan pentingnya keterlibatan warga dalam pengendalian jentik nyamuk di lingkungan tempat tinggal masing-masing. 

Ia menyebut, edukasi dan kepedulian rumah tangga jauh lebih efektif dibanding hanya menunggu fogging.

“Kalau semua warga rutin memeriksa jentik seminggu sekali selama 15 menit saja, lalu langsung dibersihkan, Insya Allah DBD bisa ditekan,” ujarnya.

Meski telah menyiapkan logistik fogging di seluruh puskesmas, Diskes Pringsewu tetap mengutamakan strategi pemberdayaan masyarakat dan lintas sektor, termasuk perangkat desa dan tokoh masyarakat, untuk menurunkan angka kasus secara berkelanjutan.

(Tribunlampung.co.id/ Oky Indrajaya)

Berita Terkini