Berita Lampung

Strategi Perangi Microsleep, Operasi Rutin, Patroli 24 Jam, hingga Penguatan Rest Area

Microsleep masih menjadi tantangan besar di ruas Tol Bakauheni–Terbanggi Besar (Bakter) dan menjadi penyebab dominan kecelakaan tunggal.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Noval Andriansyah
Kanal YouTube Tribun Lampung News Video
STRATEGI PERANGI MICROSLEEP - Supervisor Lalu Lintas PT Bakauheni–Terbanggi Besar Tol, Usman Edo (kiri), saat menjadi narasumber dalam podcast bertema "Waspada Microsleep di Jalan Tol", yang dipandu Editor in Chief Tribun Lampung, Ridwan Hardiansyah (kanan), di Studio Tribun Lampung Kamis (6/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Microsleep masih jadi penyebab utama kecelakaan tunggal di Tol Bakter, meski fasilitas dan kampanye keselamatan terus ditingkatkan.
  • Operasi Microsleep digelar rutin setiap bulan, termasuk 24 Oktober 2025 di Rest Area KM 116 B, untuk mendeteksi pengemudi lelah dan memberi imbauan istirahat. Titik operasi menyesuaikan data rawan kecelakaan, seperti KM 103–104.
  • Patroli 24 jam di tiga zona (KM 0–39, 39–95, 95–140) siap menghentikan kendaraan oleng dan mengawal ke tempat aman.

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Microsleep masih menjadi tantangan besar di ruas Tol Bakauheni–Terbanggi Besar (Bakter). Meski fasilitas dan kampanye keselamatan terus ditingkatkan, fenomena tertidur sesaat tanpa disadari ini tetap menjadi penyebab dominan kecelakaan tunggal.

Sebagai respons, pengelola Tol Bakter, bersama Korlantas Polri dan Jasa Marga, menjalankan Operasi Microsleep yang digelar pada 24 Oktober 2025 dini hari di Rest Area KM 116 B. Kegiatan ini dirancang untuk mendeteksi pengemudi kelelahan dan memberikan imbauan istirahat sebelum mereka kembali ke jalur utama.

Supervisor Lalu Lintas PT Bakauheni–Terbanggi Besar Tol, Usman Edo, dalam podcast bertema "Waspada Microsleep di Jalan Tol", yang dipandu Editor in Chief Tribun Lampung, Ridwan Hardiansyah, Kamis (6/11/2025) di Studio Tribun Lampung, mengungkapkan, operasi ini merupakan agenda bulanan.

Edo mengatakan, untuk lokasi dan waktu pelaksanaannya disesuaikan dengan evaluasi data kecelakaan.

“Kalau titik rawan terlihat dominan, misalnya di KM 103–104, maka operasi dipindah lebih awal ke KM 111,” jelasnya.

Menurut Edo, berdasarkan data tiga tahun terakhir, kecelakaan akibat mengantuk masih tinggi. Pada 2022 terdapat 53 kasus, 2023 berkurang menjadi 48, namun naik lagi menjadi 56 pada 2024. Untuk itu, manajemen tol mendorong peningkatan intensitas operasi menjadi dua kali setiap bulan.

Selain operasi, lanjut Edo, pengelola tol juga mengandalkan patroli 24 jam di tiga wilayah pengawasan di antaranya, KM 0–39, 39–95, dan 95–140.

"Jika ditemukan kendaraan oleng, petugas dapat menghentikan pengemudi, memberi pengamanan, bahkan mengawal keluar jalur utama ke lokasi aman untuk istirahat," sebut Edo.

Di sisi lain, Edo menambahkan, fasilitas 12 rest area (8 tipe A dan 4 tipe B) terus diperkuat, termasuk SPBU, masjid, rumah makan, parkir luas, hingga stasiun pengisian daya kendaraan listrik.

"SPBU baru di KM 49B juga direncanakan beroperasi pada periode Nataru," ucap Edo.

Pengelola tol, kata Edo, bersama Kepolisian, Dinas Perhubungan, dan ASDP, juga telah menyiapkan strategi Nataru dengan sistem pengaturan arus di rest area dan peningkatan pengawasan sejak H-15.

Menurut Usman Edo, pengembangan fisik jalan belum direncanakan. Namun peningkatan fasilitas, edukasi keselamatan, dan kerja sama digital melalui ponsel pengguna akan diperkuat. Bahkan, informasi wisata sekitar exit tol akan ditampilkan untuk mendukung ekonomi lokal.

( Tribunlampung.co.id / Riyo Pratama )

Baca juga: 50 Persen Kecelakaan di Tol Akibat Microsleep, Eksklusif Bersama Spv Lalin PT Bakter Tol

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved