Setiap Weekend Buat Pisau, Serunya Komunitas Indonesian Blades Chapter Lampung
Bahkan untuk benda seperti pisau, terdapat penyebutan yang berbeda-beda di beberapa provinsi di Indonesia.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: soni
Laporan Reporter Tribun Lampung Bayu Saputra
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID. BANDAR LAMPUNG - Seni dan budaya Indonesia sangat beragam. Bahkan untuk benda seperti pisau, terdapat penyebutan yang berbeda-beda di beberapa provinsi di Indonesia. Misal, di Aceh disebut Rencong, Jawa Barat disebut Kujang, dan di Lampung disebut Badik. Badik merupakan bilah asli suku Lampung.
Terkait hal tersebut, ada komunitas yang mewadahi para pecinta pisau ini. Namanya, Indonesian Blades Chapter Lampung. Komunitas ini berdiri pada 1 Maret 2017 lalu. Satu kegiatan yang sangat menarik dari komunitas ini adalah membuat badik sesuai teknik yang dikuasai masing- masing saat kumpul.
Baca: 5 Wanita Ini Disebut Bukan Pelacur Sembarangan, Ternyata Punya Kehebatan Ini
"Kita buat badiknya setiap akhir pekan (weekend) di mahan lading Ratulangi. Kita memiliki 40 orang member aktif dan saat ketemu aktivitas kita membuat bilah di bengkel tersebut," cerita
Ketua Indonesian Blades Chapter Lampung Deni Irawan, Senin (29/).
Menariknya lagi, meski yang dibuat adalah badik Lampung, namun anggota komunitas ini berasal dari beragam suku. Hanya saja, mereka memiliki kesukaan yang sama dalam hal membuat dan mengoleksi pisau.
Baca: Terbongkar, Sosok Wanita Cantik Misterius yang Setia Dampingi Jokowi di Luar Negeri
Namun Deni menegaskan, pisau yang dibuat komunitasnya bukanlah untuk senjata tajam, tapi alat untuk membantu kerja. "Jadi kita menyebutnya bukan senjata, tapi bilah, untuk semua pisau," kata dia.
Sebagai sebuah komunitas, kegiatan Indonesian Blades Chapter Lampung tentu tidak selalu berurusan dengan membuat pisau. Komunitas ini juga kerap menggelar kegiatan sosial, meski tetap ada kaitannya dengan pisau.
Salah satunya yakni lelang amal. Dalam lelang amal ini, para anggota menjual koleksi pisau- pisaunya kemudian dana yang didapat disumbangkan. "Kemarin, ada salah satu keluarga Blades Lampung yang berduka. Nah itu kita share pisau-pisau kita untuk dijual. Kita posting di Facebook. Saat sudah terjual, kita berikan dananya kepada saudara kita yang sedang kesulitan itu," tuturnya.
Kedepannya, Blades Lampung berencana membantu para perajin bilah atau penempah bilah agar semakin berkembang. Tujuannya untuk mengembangkan perajin bilah itu sendiri sehingga tidak gulung tikar.
Untuk komunikasi sehari-hari mereka memiliki group WhatsApp. Jadi agenda-agenda yang akan dilakukan komunitas di-share di sana. Selain itu, group ini juga menjadi ajang kopdar tak tatap muka. Jadi silaturahmi bisa tetap terjaga meski tak bertemu langsung. Istilahnya kata Deni, meski jauh di mata namun dekat di hati.(byu)