VIDEO: Ada ”Gajah” dan ”Perempuan Berkacamata” di Kolong Flyover Tirtayasa
Bahkan mereka menamai event ini sebagai "TGIF Graffiti-Mural Female Jamming".
Penulis: Okta Kusuma Jatha | Editor: Daniel Tri Hardanto
Laporan Live Streaming Reporter Tribun Lampung Hanif Mustafa
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Tujuh perempuan muda melakukan aksi mural di kolong flyover P Antasari-Tirtayasa, Jumat, 23 Februari 2018. Membawa perlengkapan melukis, mereka mewarnai flyover dengan gambar-gambar cantik.
Kegiatan bertema "Thanks God Its Friday (TGIF)" dari Lampung Street Art ini menjadi ajang silaturahmi dan mencari bibit mural perempuan di Lampung.
Langit Kota Bandar Lampung terlihat sedikit mendung. Hujan deras beberapa hari terakhir, membuat suasana kota terasa lebih dingin.
Meski begitu, tak menyurutkan langkah para perempuan muda Bandar Lampung yang tergabung dalam Lampung Street Art untuk melakukan aksi menggambar bareng.
Baca: BERITA FOTO: Kreasi 7 Perempuan di Kolong Flyover Antasari
Baca: VIDEO: Pascalongsor, Warga Keluhkan Bau Limbah Menyengat
Tak banyak pria, aksi ini khusus wanita. Bahkan mereka menamai event ini sebagai "TGIF Graffiti-Mural Female Jamming". Sekitar pukul 15.30 WIB, mereka memulai aksi menggambar.
Pertama, mereka membuat pola gambar dengan kuas masing-masing. Prosesnya cukup lama dan membutuhkan konsentrasi. Tak lupa mereka memakai masker wajah.
Setiap orang menuangkan ide masing-masing. Ada yang menggambar pola gajah, wajah perempuan berkacamata, ada pula semacam tulisan.
Setelah cukup lama membuat pola, selanjutnya mereka mewarnai gambar itu. Proses pewarnaan menggunakan pilok dan cat tembok warna-warni.
Di antara perempuan muda ini adalah Tasya Octaviana. Ia terlihat asyik membuat graffiti bertuliskan kata "Toys". Kemudian menambahkan cat semprot warna merah muda, kemudian mempertegas outline-nya dengan cat warna biru.
Perempuan berusia 22 tahun ini telah menggeluti seni graffiti sejak 2013 atau sejak duduk di kelas 3 SMP.
Bakat menggambarnya itu menurun dari orangtua. Ayahnya berprofesi sebagai pemusik, sementara sang ibu seniman gambar. Meski begitu, orangtuanya tak pernah mengajarinya secara khusus soal teknik menggambar. Ia belajar secara autodidak.
Dalam membuat graffiti, ide Tasya mengalir begitu saja, berdasarkan apa yang ada di kepalanya saat itu. "Kalau ide sudah ketemu, tinggal menuangkannya ke media, mulai dari perpaduan warna atau pencampuran warna sehingga gradasinya terlihat bagus lalu penegasan gambar atau outline," kata mahasiswi UIN Raden Intan Bandar Lampung ini. (*)