Menilik Museum Kartini, Saksi Bisu Perjuangan RA Kartini Membela Hak Perempuan 

Menilik Museum Kartini, Saksi Bisu Perjuangan RA Kartini Membela Hak Perempuan 

Editor: Reny Fitriani
Intisari-Online
Museum Kartini 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kami jarang pergi atau menerima tamu, tetapi hidup saya terisi penuh. Waktu saya bagi antara suamiku yang baik, rumah tangga dan anak-anak. Anak-anak sendiri maupun anak didik. Yang terakhir ini yang menyita bagian terbesar waktu saya.

Kalau ayah mereka pergi bekerja, anak-anak juga bekerja dengan saya sampai pukul 12. Setengah satu ayah mereka menemukan gerombolannya sudah dicuci bersih, tetapi lapar.

Pukul setengah dua anak-anak harus naik ke ranjang dan kalau ayah mereka juga tidur sedangkan saya tidak lelah, saya akan bekerja dengan gadis-gadis remaja.

Pukul empat hidangan teh sudah siap. Kalau anak-anak sudah minum susu dan mandi, mereka boleh menggiring unggas ke kandang, ikut berjalan-jalan dengan kami atau main di kebun.

Museum Kartini
 
Museum Kartini

Kami duduk-duduk dalam suasana remang-remang sambil bercengkerama. Kalau anak-anak masuk, tidak ada kesempatan Iagi untuk menikmati senja. Ayah membaca koran dan anak-anak mengelilingi ibu.

Saya duduk di kursi malas. kedua anak terkecil duduk di sandaran kursi kiri dan kanan, di atas lutut kedua anak-anak yang paling besar. Kami memainkan sesuatu permainan atau mendongeng, si bungsu duduk di sebelah ibu.

Dia menganggap sebagai tugasnya untuk mengangkat tutup getas ibu dan menutupnya Iagi. Tidak ada orang lain yang boleh melakukannya.

Kalau ia dilarang berbuat demikian, ia tahu bahwa dia nakal dan sedang dihukum.

Pukul delapan anak-anak harus tidur dan kami orang tua bercakap-cakap sebentar tentang tetek bengek sampai kami juga mengantuk. Ini tidak selarut malam di Jepara.  Kami sudah bangun pagi-pagi.

Museum Kartini
 
Museum Kartini

Itulah salah satu surat terakhir Kartini kepada Ny. Abendanon Mandri tanggal 8 Juni 1904.

Kalau kita masuk ke kabupaten Rembang rasanya tidak banyak yang berubah selama itu. Kamar depan sebelah kanan sekarang dibuat museum.

Di tempat itu dulu  Kartini tidur dan kemudian meninggal.

Kamar mandinya letaknya tidak jauh dari situ. Badkuipnya masih kuno dari bahan seperti email di kamar mandi sempit. Sederet kamar mandi untuk anggota keluarga lain masih seperti semula.

Serambi belakang juga masih terbuka sedangkan di kiri kanan pendopo masih ada dua penyekat ruangan yang dibawa oleh Kartini dari Jepara. Pahatannya halus.

Museum Kartini
 
Museum Kartini

Sebelah berlubang (untuk wanita) dan sebelah lagi tertutup (untuk pria). Lubang-lubang itu konon fungsinya untuk gadis-gadis mengintip.

Sumber: Juara.net
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved