Umi Pipik Menangis Saat Curhat Terkait Ujian Kehidupan: Anak Saya Begitu Tegar, Saya Terpuruk

Ustazah kondang Pipik Dian Irawati yang biasa disapa Umi Pipik menangis saat curhat.

Tribunlampung.co.id/Sulis Setia
Umi Pipik saat mengisi tausiyah di Kampus IBI Darmajaya, Sabtu, 24 November 2018. Umi Pipik menangis saat curhat terkait kondisinya seusai ditinggal suaminya yang meninggal akibat kecelakaan. 
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Ustazah kondang Pipik Dian Irawati yang biasa disapa Umi Pipik menangis saat curhat.
Umi Pipik menangis saat curhat terkait kondisinya setelah sang suami, Ustaz Jefri Al Buchori, meninggal dunia.
Umi Pipik menangis saat curhat karena merasa "ditampar" oleh sikap anaknya.
Umi Pipik bersama artis Nuri Maulida hadir di Kampus IBI Darmajaya Bandar Lampung dalam acara tausiah terkait "Hijrah dengan Kaffah Yuk!!!".
Tembang religi milik Sabyan Gambus membahana di aula rektorat lantai 3 Kampus IBI Darmajaya Bandar Lampung, Sabtu (24/11/2018).
Bersahutan juga, salawat nabi yang dibawakan beberapa santri pondok pesantren.
"Allahumma Sholi ala Syaidina Muhammad..." demikian Umi Pipik bersalawat dengan suara yang merdu saat membuka tausiah.
"Ya Allah ampuni kami, rahmati kami, rahmati ya Rabb, Ridhoi, tuntun kami, agar kami bisa hijrah menuju pada ketaatan dan terus mencari cinta dan rida-Mu. Tidak ada cinta hakiki selain cinta-Mu. Tak ada petunjuk terbaik selain petunjuk-Mu," ucapnya.
Dengan suara bergetar, Umi Pipik kembali melantunkan salawat.
Ratusan muslimah yang hadir di majelis taklim yang diisi oleh Umi Pipik dan dimoderatori oleh artis Nuri Maulida, turut bersalawat.
Umi Pipik tampak menangis dan menyeka air matanya usai bersalawat.
Pada sela-sela memberikan tausiyah, Umi Pipik curhat soal kehidupan pribadinya saat baru ditinggal sang suami, Ustaz Jefri Al Buchori, yang meninggal akibat kecelakaan motor pada 2013 silam.
Mantan gadis sampul majalah remaja Aneka itu merasa "ditampar" oleh sang anak.
Pasalnya, anaknya yang kala itu baru berumur 10 tahun sangat tegar menghadapi kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal.
Sedangkan, Umi Pipik ketika itu sangat terpuruk, dan tak bisa keluar dari bayang- bayang kesedihan.
"Anak saya begitu tegar diuji ayahnya yang meninggal. Justru, saya yang terpuruk," kata Umi Pipik.
Umi Pipik pun membandingkan ketika ibunya meninggal dahulu.
Ketika itu, Umi Pipik juga masih berusia 10 tahun.
Namun, ia tak setegar anaknya dalam menerima kenyataan pahit tersebut.
"Ibu saya meninggal di hadapan saya. Di usia saya yang baru 10 tahun. Saya jadi benci ke Allah, nggak mau salat," ujarnya.
Namun, respons berbeda atas kesedihan ditinggal orang tercinta, ditunjukkan oleh anaknya yang juga berumur 10 tahun.
Umi Pipik pun merasa seperti ditampar dan diingatkan dengan masa lalunya.
Bukan itu saja, sang bocah pun mengingatkan Umi Pipik bahwa kesedihan tidak akan bisa menghidupkan kembali suami sekaligus ayah anaknya-anaknya.
"Memang kalau begini terus (berduka terus), bisa menghidupkan yang mati? Itu kata anak saya. Anak saya bisa bilang begitu. Kenapa justru saya yang tidak bisa tegar," isaknya.
Umi Pipik merupakan mantan gadis sampul majalah Aneka yang kini menjadi pendakwah.
Wanita kelahiran Semarang, Jawa Tengah itu menjadi pendakwah setelah suaminya, Ustaz Jefri Al Buchori, meninggal akibat kecelakaan motor.
Umi Pipik dipersunting Uje, sapaan Ustaz Jefri, pada 1999 dan dikarunia empat orang anak.
Ia kemudian lebih memilih mengurus rumah tangga.
Tahun 2013 adalah tahun kesedihan bagi Umi Pipik dan keempat anaknya.
Uje meninggal dalam kecelakaan tunggal saat mengendarai motor.
Setahun berselang, tepatnya 20 Juni 2014, rumah yang ditinggali keluarga Umi Pipik kebakaran.
Ia beserta anaknya ketika itu harus meloncat dari lantai dua rumahnya.
Setelah suaminya meninggal, Umi Pipik berupaya untuk melanjutkan karier suaminya sebagai pendakwah.
Jangan Kepo
Umi Pipik pun menyinggung fenomena tentang banyaknya orang yang kepo (ingin tahu) terhadap urusan orang lain.
Ia mengingatkan, kalau mau kepo (ingin tahu) baiknya kepo terhadap hal-hal baik.
"Semisal, bagaimana kehidupan para istri nabi, bukan kepoin manusia lain atau urusan orang lain. Karena yang dikepoin belum tentu lebih baik."
"Jadi orang baik itu harus, tapi jangan merasa lebih baik dari orang lain," kata Umi Pipik.
Menurut dia, penting menanamkan kebaikan dalam diri.
Terus memperbaiki diri dan meminta dibuka pintu rahmatnya Allah.
Mengenai kaffah, artinya berubah secara keseluruhan.
Bukan hanya berganti pakaian saja.
Tetapi juga, perilaku terus diperbaiki.
Manusia ini diciptakan untuk kembali ke kampung. Kampung neraka atau surga.
"Diri kita harus terus melakukan amalan-amalan menuju surga-Nya Allah. Karena surga itu memang diciptakan untuk kita," kata Umi Pipik. (sulis setia m)
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved