Pemilu 2019
Anggota KPPS di Bandar Lampung Meninggal, Sempat Mengeluh Cape dan Lapar
Pemilu 2019 - Anggota KPPS di Bandar Lampung Meninggal, Sempat Mengeluh Cape dan Lapar
Penulis: Romi Rinando | Editor: taryono
Laporan Wartawan Tribun Lampung : Romi Rinando
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUG – Sukarman (56), petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 24 Kelurahaan Sidodadi, Kecamatan Kedaton, sudah dua hari dimakamankan.
Ia menjadi salah satu dari beberapa pejuang pemilu yang wafat setelah menjalankan tugas sebagai penyelenggara pemilu.
Warga Jalan Tupai Gang Duwet, Nomor 17 Kelurahaan Sidodadi, Kecamatan Kedaton, meninggal Jumat (19/4/2019) sekitar pukul 08.00 WIB pagi.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir angkutan pasir, diduga wafat karena faktor kelelahaan setelah bertugas menjadi anggota KPPS.
Misna ibu almarhum mengaku, tidak memiliki firasat apapun atas kepergian anak kedua dari enam bersaudara tersebut.
Namun ia mengkau pada hari Kamis 18 April 2019 dini hari anaknya sempat mengeluh lapar.
“Gak ada firasat apa-apa, hari pencoblosan itu dia pulang jam 2 malam (kamis dini hari), dia memamng ngeluh bilang cape dan lapar. Saya tanya kenapa gak makan? Dia bilang sudah makan tapi sedikit. Terus dia tidur,” ujar Misna saat ditemui Tribun di kediamannya, Senin (22/4/2019).
Misna melanjutkan pada Kamis (18/4) pagi, anaknya kembali beraktivitas, seperti biasa membawa mobil angkutan pasir dan pulang sekitar pukul 05.00 Wib sore.
Bahkan saat sore tersebut korban masih sempat memberi makan kucing peliharannya.
“Pulang kerja itu masih kasih makan kucingnya. Malamnya dia nggak keluar rumah, malam itu gak biasa, dia tidur di kursi ruang tamu, padahal selama ini nggak pernah dia tidur kursi. Jumat pagi sekitar jam 07.00 WIB, saya bangunin, Man...Man.. dia gak jawab –jawab, saya pegang badannya keringatan semua, saya pegang kakiknya dingin. Terus dibawa ke rumah sakit,” ungkap Misna didampingi anak keempatnya Supartono.
Misna mengatakan,sSetelah di rumah sakit umum Abdul Moeloek, nyawa anaknya sudah tidak bisa diselamatkan.
“Kata dokter sudah meninggal karena jantung, padahal anak saya itu sehat-sehat gak pernah sakit, paling sakit itu masuk angin aja,” ujar wanita yang sehari-hari berjualan kue keliling ini.
Supartono adik almarhum berharap ada perhatian dan santuan pemerintah dan pihak penyelenggara Pemilu kepada bagi kakaknya tersebut.
“Kakak saya kecapean karena saat pencoblosan dia pulang subuh, paginya kerja lagi, jadi badannya drop. Semoga ada perhatian dari pemerintah dan KPU,” ujar Supartono.
Supartono mengatakan, almarhum kakaknya itu tinggal bersama ibunya, dan sehari-hari bekerja sebagai sopir mobil angkutan pasir.
“Kakak saya tinggal sama ibu, dia itu pekerja keras, dia memang gak ada istri karena sudah pisah. Kalau orangnya perhatian, dan dia suka pelihara kucing,” ujar Supartono. (tribunlampung.co.id/romi rinando)