Ramadan 2015
Di Surabaya Ada Ritual Habiskan Malam Ganjil ke-27 di Makam Keramat
Warga datang dari berbagai daerah di sekitar Surabaya seperti Sidoarjo, Bangkalan, dan Gresik untuk melakukan ritual yang biasa disebut "Maleman"
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - Malam ke-27 Ramadan yang jatuh pada Senin (13/7/2015) malam, diyakini sebagai malam keramat oleh sebagian umat Islam. Mereka biasa menghabiskan malam ganjil pada hitungan bulan Ramadan tersebut ke tempat-tempat yang dianggap keramat, seperti makam wali dan sebagian lagi di masjid.
Sebenarnya bukan hanya malam ke-27 saja, semua malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadan, dianggap malam yang penuh berkah. Dalam kepercayaan umat Islam, di malam itu, dianjurkan melakukan amalan ibadah seperti dzikir, berdiam di masjid, atau membaca ayat suci Alquran.
Di Surabaya, setiap malam ganjil khususnya malam ke-27, sejumlah makam wali yang dikeramatkan selalu dipenuhi pengunjung, seperti di makam Sunan Ampel, dan makam Sunan Bungkul.
Warga datang dari berbagai daerah di sekitar Surabaya seperti Sidoarjo, Bangkalan, dan Gresik untuk melakukan ritual yang biasa disebut "Maleman". Munasim (41) mengaku setiap tahun melakukan ritual Maleman di makam Sunan Bungkul Surabaya setiap malam ke-27 Ramadhan bersama jamaah pengajiannya dari pinggiran Kota Surabaya tepatnya di Kecamatan Benowo.
"Setelah dari Bungkul, kami bersama rombongan biasanya langsung ke makam Sunan Ampel dan bermalam di sana hingga usai shalat subuh," kata dia, Senin (13/7/2015) malam.
Dalam ritual malam ganjil, Munasim dan sekitar 20 jamaahnya melakukan sejumlah ibadah seperti shalat malam berjamaah, dan membaca tahlil serta dzikir secara berjamaah. "Ritual ini juga sebagai upaya kami memperoleh keutamaan malam Lailatul Qodar, yang konon selalu jatuh di malam ganjil bulan Ramadhan," kata bapak tiga anak ini.
Malam Lailatul Qodar menurut kepercayaan umat Islam adalah suatu malam di bulan Ramadhan, yang memiliki keutamaan di antaranya, siapapun yang beribadah dalam malam itu, sama dengan beribadah selama 1.000 bulan.