Enjoy Lampung
Bubur Ayam Van Danoe, Tersohor karena Rasa dan Harga
Saban pagi, pedagang bubur ayam yang satu ini selalu dijubeli pembeli. Lokasinya yang berada di pusat kota dan harganya yang murah membuat bubur ayam
Penulis: heru prasetyo | Editor: soni
Laporan Reporter Tribun Lampung Heru Prasetyo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Saban pagi, pedagang bubur ayam yang satu ini selalu dijubeli pembeli. Lokasinya yang berada di pusat kota dan harganya yang murah membuat bubur ayam dengan merek dagang Bubur Ayam Van Danoe cukup tersohor di Kota Bandar Lampung.
Tidak heran bila setiap hari Djoyo Sukarya asal Pataruman Kota Tasikmalaya ini cukup menggelar dagangannya dari jam 6 pagi sampai jam 8. Paduan dua hal tadi menjadi nilai plus bubur ayam ini menjadi idola para penggemarnya.
"Ya tiap hari paling telat jam sembilan kami tutup," kata Djoyo ketika ditemui disela-sela melayani pembeli. Anda bisa membayangkan dengan waktu yang paling lama 3 jam, Djoyo yang memiliki sepuluh karyawan termasuk yang bekerja di rumah setiap harinya bisa menghabiskan bubur yang terbuat dari 12 kg beras dan 20 kg ayam.
Djoyo mengatakan, sebelum menggeluti bisnis bubur ayam Van Danoe ia adalah osok yang berprofesi di bidang dunia interior dengan berkelana dari kota ke kota. "Awalnya ke bubur waktu krisis moneter, Pak," kata pria asal Gang Madrasah Pataruman Tasikmalaya ini.
Awalnya Van Danoe merupakan lapak yang berioperasi di dekat Apotik Enggal milik seorang warga asal Tasikmalaya juga. Hingga akhirnya memutuskan pindah ke lokasi baru di Jalan Suprapto sebelah Anugerah Ekspres.
Sohornya dan ajibnya Bubur Ayam Van Danoe bukan hanya biasa dinikmati warga biasa, tapi berjejernya mobil mewah parkir di depan gerobaknya sudah menjadi pemandangan biasa. "Kalo Sabtu dan Minggu atau hari libur. biasanya Wali Kota Bandar Lampung atau gubernur suka ikut nongkrong makan bubur disini," kata Djoyo dengan bangga.
Meski perantau dari Pataruman yang sudah puluhan tahun di Lampung ini tajir dari jualan bubur ayam, namun ia tetap berpenampilan sangat sederhana. Saat jualan bubur melayani pembeli, Djoyo memakai celana pendek, kaos oblong dan cukup memakai sandal. Sepintas, orang akan mengira ia hanya sebagai pelayan saja.
Ketika ditanya dari mana nama Van Danoe yang membawa hoki itu digunakan. Ia hanya mengkau menggunakannya secara asal tanpa maksud menggunakan arti di balik nama itu sendiri.
"Wah nama itu mah iseng aja, Pak. Paman saya di Pataruman jualan timbel Van Danoe.saya pake aja nama itu," katamya sambil tertawa yang menyatakan sampai sekarang pamannya masih tetap berjualan timbel Van Danoe.