Tragedi Berdarah di Paris

Perempuan Ini Pura-pura Mati Selama Sejam untuk Hindari Tembakan

Seorang perempuan lulusan dari universtias Afrika Selatan berbagi cerita, saat teror kematian sedang menghampiri dirinya.

Isobel Bowdery lulusan dari Universitas Cape Town lolos dari maut dalam penyerangan di gedung konser Bataclan, Paris, Prancis. Dia memposting T-shirt yang belumuran darah di akun facebook miliknya. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Seorang perempuan lulusan dari universtias Afrika Selatan berbagi cerita, saat teror kematian sedang menghampiri dirinya. Di mana, ratusan penonton konser dibantai oleh orang-orang bersenjata di Bataclan di Paris, Perancis, Jumat (13/11/2015) kemarin.

Isobel Bowdery (22) mem-posting status yang cukup emosional di akun Facebook untuk menggambarkan cobaan mengerikan yang dihadapinya, disertai dengan foto dari kaus yang dikenakannya berlumuran darah saat konser itu berlangsung.

Seperti dilansir DailyMail, mantan mahasiswa Universitas Cape Town itu mengaku selamat dari maut setelah berpura-pura mati, dan berkat orang asing yang membantunya selama teror itu berlangsung.

Dalam pengakuan mengerikan dia mengatakan, saat pertama kali, ia berpikir orang-orang bersenjata itu hanya bagian dari acara konser band rock Amerika, Eagles of Death Metal, sampai mereka melepaskan tembakan tepat ke arah kerumunan, yang tidak berdaya hingga menewaskan setidaknya 80 orang.

"Puluhan orang ditembak tepat di depan saya. Kolam darah mengisi lantai. Teriakan pria dewasa yang memegang mayat pacar mereka menembus tempat musik kecil," tulisnya.

"Kaget dan sendirian, aku berpura-pura mati selama lebih dari satu jam, berbaring di antara orang-orang yang bisa melihat orang yang mereka cintai bergerak."

Sementara, mereka yang selamat dari penyerangan itu, Sylvain Raballant (42) berkata, "Aku berbalik dan aku melihat dua orang dengan (senjata) Kalashnikov. Mereka berpakaian normal - jins dan sepatu kets."

"Pada awalnya saya pikir mereka menembak di udara. Lalu, aku melihat orang-orang jatuh di atas, sebagai penonton secara bertahap memahami mereka tertangkap dalam pengepungan, mereka mencoba untuk membuat diri mereka sebagai tak terlihat mungkin."

Tapi ponsel berdering, dengan cepat diikuti oleh tembakan. Sepertinya setiap 15 detik, ada tembakan lain, kata korban yang selamat lainnya Philippe 35 tahun kepada AFP.

"Mereka menembak ke kerumunan dan orang-orang mencoba melarikan diri, namun penyerang mengatakan, Jika Anda bergerak, kami akan membunuhmu," katanya.

Sementara itu, Isobel yang selamat karena berpura-pura mati, mencoba menahan napas dan berusaha untuk tidak bergerak. Bahkan untuk menangis sekalipun.

Itu dilakukannya agar tidak memberikan ketakutan pada orang-orang di sekitarnya, sehingga tidak terlihat oleh pelaku penembakan.

Dia kemudian menghadapi penderitaan 45 menit lepas dari pacarnya, yang ia percaya telah meninggal. Tetapi meskipun tengah menghadapi horor kematian, Isobel bersumpah bahwa bantuan yang ia terima dari orang asing sepanjang malam, membuatnya bertekad untuk terus melihat kebaikan pada diri orang lain.

Dalam aliran kesadaran yang memilukan malam itu, ia bertekad akan membalas kebaikan kepada banyak orang yang membantunya, dan berterima kasih untuk percaya pada dunia yang lebih baik.

"Untuk orang yang meyakinkan saya, dan menempatkan hidupnya dalam bahaya untuk menolong, sementara saya merintih. Untuk beberapa yang terakhir kata-kata cinta membuat saya percaya ada kebaikan di dunia. Untuk orang asing yang menjemputku dari jalan dan menghibur saya selama 45 menit," tulisnya lagi.

Sebanyak 80 orang tewas dalam serangan di gedung konser Bataclan. Mereka tewas karena ditembaki oleh pelaku yang memegang senjata AK-47, membantai penonton sebelum polisi menyelamatkan 100 orang sandera dari tempat itu.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved