Ofyar: Pengorbanan Masyarakat di Bantaran KA Bisa Memajukan Pembangunan Daerah

Masyarakat yang langsung terkena dampak sterilisasi jalur perlintasan kereta api (KA) di Lampung sudah pasti menolak.

Penulis: Dewi Anita | Editor: Ridwan Hardiansyah

Laporan Reporter Tribun Lampung Dewi Anita

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Masyarakat yang langsung terkena dampak sterilisasi jalur perlintasan kereta api (KA) di Lampung sudah pasti menolak. Sebagai warga negara, mereka tentu ingin memperjuangkan hak mereka untuk mendapat kompensasi dengan nilai pantas, bukan sekadar kerohiman.

Pendapat itu disampaikan Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung, Ofyar Zainuddin Tamin, menyikapi rencana Kementerian Perhubungan melalui Direktoriat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian, yang akan melakukan sterilisasi jalur KA.

Meski begitu, Ofyar menuturkan, masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran rel KA juga harus mawas diri. Karena, lahan itu adalah milik negara.

“Sehingga, ketika lahan itu akan digunakan negara untuk kepentingan yang lebih besar, masyarakat juga harus legowo,” ujar Guru Besar Kelompok Keahlian Transportasi Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut, Selasa (17/11/2015).

Ofyar menjelaskan, program sterilisasi jalur KA sepanjang enam kilometer (km) dari Stasiun Tanjungkarang hingga Srengsem, Panjang akan berdampak, baik terhadap Kota Bandar Lampung maupun Lampung.

Sebab ketika program ini berhasil, hal itu akan bersinergi dengan moda KA Trans Sumatera, yang sudah digagas pemerintah pusat, untuk mengimbangi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS). Kemudian ketika jalur perlintasan KA di seluruh pulau Sumatera telah terkoneksi dengan baik, tentu KA akan lebih konsen dalam bidang angkutan barang, bukan penumpang.

“Dengan biaya transportasi barang yang semakin murah, jelas akan berpengaruh terhadap pertumbuhan industri,” ujarnya.

Nantinya, pertumbuhan industri akan menggenjot perekonomian di daerah sekitarnya, melalui pembangunan daerah, penyerapan tenaga kerja, dan kemudahan transportasi barang dan manusia.

“Misalnya, pengusaha di Lampung, mau kirim barang ke Medan, tidak perlu pakai truk lagi. Karena, KA sudah tersedia. Selain lebih murah, barang juga lebih cepat sampai,” katanya.

Kendati demikian, Ofyar mengingatkan, proses tersebut tidak terjadi dalam semalam, butuh kerja ekstra dan pengorbanan masyarakat, khususnya yang berdomisili di bantaran jalur KA untuk mewujudkan hal tersebut.

“Kita berharap, warga yang terkena dampaknya bisa ikhlas. Sebab secara tidak langsung, Anda semua sudah berkorban langsung untuk pembangunan daerah,” katanya.

Diketahui, saat ini Dirjen Perkeretaapian Kemenhub RI sedang menjalankan program sterilisasi lintasan KA sepanjang enam km, mulai Stasiun Tanjungkarang hingga Srengsem, Panjang. Meski Kemenhub mengklaim tujuannya positif, sejumlah masyarakat tetap menolak gagasan tersebut dengan berbagai alasan.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved