Kasus Papa Minta Saham

MKD akan Bingung dan Terjebak akibat Ulahnya Sendiri

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan majelis hakim Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR pada persidangan terlalu jauh dari pokok persoalan.

Editor: soni
kompas.com
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dalam sidang terbuka di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (2/12/2015). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi), Sebastian Salang, menilai, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan majelis hakim Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR pada persidangan terlalu jauh dari pokok persoalan.

MKD pada Rabu (3/12/2015) memeriksa Menteri ESDM Sudirman Said sebagai pelapor. Pada Kamis (4/12/2015) menghadirkan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Marof Sjamsoeddin sebagai saksi kasus dugaan pencatutan nama presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla oleh Ketua DPR RI Setya Novanto.

"Pertanyaannya memojokkan si pelapor, mendiskreditkan saksi. Justru yang digali personal pengadu dan saksi," ujar Sebastian di Jakarta, Sabtu (5/12/2015).

Pertanyaan-pertanyaan yang keluar dari substansi pokok persoalan, menurut Sebastian, seharusnya tak diajukan. Dia mengingat, sidang yang dijalankan bukanlah sidang pidana melainkan sidang etik.

Ia menambahkan, karena pertanyaan yang diajukan kepada saksi dan pengadu terlalu banyak, dikhawatirkan MKD bingung dalam membuat kesimpulan karena terlalu banyak yang digali.

"Buat saya, tidak perlu banyak untuk buktikan atau tidak kepada Novanto. Tinggal konfirmasi."

"Menurut saya, MKD menggali jebakan untuk dirinya sendiri. Kalau semua ini sudah dibuka secara transparan kepada publik, maka publik sudah punya kesimpulan sendiri. Kita tunggu kesimpulan MKD apa," ujar dia.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved