Pengaduan Soal Benda Asing di Susu Kemasan, Pabrik UHT Diperiksa
BBPOM sebut dia, hanya sebatas melakukan pengecekan terhadap pabrik pengolahan susu kemasan yang diadukan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDUNG - Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bandung sudah menerjunkan petugas melakukan pemeriksaan terhadap pabrik susu kemasan UHT, terkait laporan Rini Tresna Sari (46) bahwa ada benda asing menyerupai kaki katak dalam produk mereka.
Pengecekan terhadap pengolahan susu kemasan itu dilakukan 9 Februari 2016 setelah pihaknya mendapatkan pengaduan dari suami yang bersangkutan.
"Kami kemarin sudah menugaskan petugas kami ke pabriknya. Lalu kami langsung melihat ke sana dan proses pengolahan susunya berjalan dengan baik. Tidak ada masalah," ujar Kepala BBPOM Bandung, Abdul Rahim, seperti dikutip Tribun, Selasa (23/2/2016).
Abdul mengatakan, pihaknya juga mengecek produk susu kemasan dengan kode batch (produksi) yang sama. Menurut dia, pihaknya tak menemukan benda aneh di dalam bungkus susu kemasan dengan kode batch yang sama dengan milik Rini.
"Jadi kesimpulan sementara dari hasil pengecekan kami, tidak ada yang perlu dicurigai dalam proses produksinya. Semua sesuai dengan produksi pangan yang baik," kata Abdul.
Kendati begitu, kata Abdul, BBPOM belum bisa memastikan jenis benda yang ditemukan Rini dari dalam susu kemasan miliknya. Sebab pihaknya tak memiliki sampel benda yang menyerupai kaki katak tersebut.
BBPOM sebut dia, hanya sebatas melakukan pengecekan terhadap pabrik pengolahan susu kemasan yang diadukan ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Bandung.
"Memang kami tidak lihat langsung samplenya, kalau lihat langsung bisa saja kami melakukan pengujian terhadap benda tersebut," kata Abdul.
Pengaduan konsumen
Sebelumnya, seorang ibu, Rini Tresna Sari (46), mengadukan produsen susu kemasan UHT merek Ultra Jaya ke Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Bandung, Jalan Matraman No 17, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (22/2/2016).
Anak Rini, yakni A (7), diduga mengalami keracunan setelah meminum produk susu kemasan dengan merk tertentu tersebut.
Selain itu, ditemukan benda aneh yang menyerupai bagian kaki katak dari dalam bungkus susu kemasan itu.
Rini mengatakan, anaknya mengalami beberapa hal setelah minum susu kemasan tersebut.
Ia yang sempat merasakan setetes susu kemasan tersebut pun merasakan efek yang tak biasa.
Menurut dia, mulutnya terasa gatal meski hanya merasakan setetes sisa susu kemasan tersebut.
"Sekitar 10 menit terasa gatal. Saya lihat anak saya, bibirnya tebal dan gusinya bengkak. Kemudian anak saya demam dan batuk-batuk. Tapi tidak langsung saya bawa ke rumah sakit karena kalau dokter kan tunggu gejala klinis dulu. Pada malamnya, badan anak saya merah," ujar Rini kepada wartawan di kantor BPSK Kota.
Rini mengatakan, anaknya bari dibawa ke Rumah Sakit Advent sore setelah berkonsultasi dengan sejumlah dokter.
Didiagnosa keracunan makanan, anaknya pun terpaksa dirawat di rumah sakit hingga 1 Februari 2016.
"Pada 1 Februari 2016 sudah boleh pulang, tapi tidak berarti sembuh karena harus tetap terapi obat dan monitoring dokter," ujar Rini.
Rini mengaku, langsung melakukan komunikasi dengan salah satu produsen susu kemasan tersebut.
Ia menghubungi nomor layanan konsumen yang tertera pada bungkus susu kemasan itu.
Awalnya keluhannya mendapatkan respon yang cukup baik hingga akhirnya terjadi ketidaksepakatan.
"Awalnya sempat melakukan pertemuan dan ada sejumlah hasil dari pertemuan. Namun Jumat 19 Februari 2012, ada deadlock sehingga kami laporkan ke pihak yang berwenang," kata Rini. (Teuku Muh Guci S)