Headline News Hari Ini
Farid dan Andini Butuh Rp 30 Juta untuk "Normal"
Masih banyak di luar sana anak yang terlahir dalam kondisi kurang sempurna. Mirisnya, kebanyakan bocah tersebut berasal dari keluarga tidak mampu.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG- Masih banyak di luar sana anak yang terlahir dalam kondisi kurang sempurna. Mirisnya, kebanyakan bocah tersebut berasal dari keluarga tidak mampu.
Kondisi fisik M Farid Ardian (4) seperti anak pada umumnya. Putra pasangan Rahmat Abadi (40) dan Sutiyani (30) ini cukup sehat dan bugar. Namun, saat dipanggil namanya, Farid tidak merespons.
Sehari-hari, kata Rahmat, perilaku Farid cukup normal. Tapi, yang membedakan dengan teman-teman sepermainannya, Farid tidak bisa bercakap-cakap dan mendengar.
"Kalau minta sesuatu, Farid narik-narik tangan saya atau ibunya. Atau terkadang dia menggunakan isyarat dengan kedua tangannya," ungkap Rahmat di Gedung Perinatologi RSUAM, Minggu (3/4).
Rahmat mengatakan, Farid memang menderita tunarungu dan tunawicara. Menurut warga Jalan Sultan Badarudin Gang Permadi, Kelurahan Susunan Baru, Kecamatan Tanjungkarang Barat ini, gejala tersebut baru diketahui saat Farid berusia dua tahun.
"Awalnya sih kami nggak tahu ya kalo Farid kayak gini (tunarungu dan tunawicara). Mungkin saya pikir dia agak lambat bicaranya," ujarnya.
Pada usia 2,5 tahun, Farid pun dibawa berobat ke RSUAM dan RS Urip Sumoharjo. Hasilnya diketahui bahwa Farid mengalami ketulian.
"Waktu itu Farid sempet dites di Urip sama Dokter Hanggoro. Hasilnya, kerusakan telinga Farid cukup parah, sampai 105 desibel," tambah Sutiyani.
Tidak hanya itu. Rahmat dan Sutiyani juga membawa anak keduanya itu menjalani tes auditory steady state response (ASSR) di sebuah klinik di Bandar Lampung. Hasilnya pun tidak jauh berbeda.
Untuk membawa Farid menjalani kedua tes itu, Rahmat harus merogoh kocek Rp 1,35 juta. Bagi tukang ojek seperti dirinya, uang sebesar itu sangatlah berarti. Jika dirata-rata, penghasilannya dari mengojek hanya berkisar Rp 70 ribu per hari.
Menurut Dokter Elvi di RSUAM, terus Sutiyani, Farid disarankan untuk menggunakan alat bantu dengar. Namun, mengingat harganya yang tidak murah, ia belum bisa membelinya.
"Harga alat bantu dengar itu kan nggak murah. Kisarannya Rp 10 juta sampai Rp 30 juta. Itu tergantung tingkat keparahannya. Nah, kalo untuk Farid ini bisa yang harganya Rp 30 juta," tutur Sutiyani lagi.
Itu pun, lanjut dia, masa pemakaiannya hanya lima tahun. Setelah itu, harus diganti dengan yang baru. "Farid harus pakai alat ini selamanya. Kata dokter sih begitu. Kami berharap ada pihak-pihak yang mau membantu, sehingga Farid bisa menggunakan alat bantu dengar," harapnya.
Hal sama dialami Andini Serfiliafitri, warga Jalan Pajajaran, Gunung Sulah, Kecamatan Way Halim. Bocah perempuan 4,5 tahun ini juga menderita tunarungu dan tunawicara.
Seperti halnya Farid, Andini juga membutuhkan alat bantu dengar untuk dapat hidup "normal". Namun apa daya, kedua orangtuanya tidak bisa berbuat banyak.
Ayah Andini, Ahmadi (40), hanyalah seorang buruh pembuat taman. Sementara sang ibu, Rosna (38), tidak bekerja alias ibu rumah tangga.
Baca berita selengkapnya di Koran Tribun Lampung edisi Rabu (6/4/2016).