Munaslub Partai Golkar

Golkar Belum Memiliki Ketahanan untuk Hidup Menderita

Pengamat dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia‎ (Formappi), Sebastian Salang menilai Golkar tidak memiliki penggalaman untuk menderita.

Editor: soni
Tribunnews
Sembilan Kandidat Bakal Calon (Balon) Ketua Umum DPP Partai Golkar Ade Komarudin (kiri), Airlangga Hartato (kedua kiri), Aziz Syamsudin (ketiga kiri), Mahyudin (keempat kiri), Indra Bambang Utoyo (tengah), Priyo Budi Santoso (keempat kanan), Setya Novanto (ketiga kanan), Syahrul Yasin Limpo (kedua kanan) dan Watty Amir (kanan) berfoto bersama usai mengikuti acara Sosialisasi Para Balon Ketua Umum DPP Partai Golkar oleh Panitia Pengarah (SC) Munaslub Partai Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/5/2016). Sosialisasi tersebut diikuti oleh keseluruh para bakal calon ketua umum Partai Golkar dan mengambil tema Solid Terkonsolidasi, Efektif Mengemban Misi, Berjaya Dikala Pemilu. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - ‎Pengamat dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia‎ (Formappi), Sebastian Salang menilai Golkar tidak memiliki penggalaman untuk menderita.

Untuk itu, partai Golkar selalu berusaha berada dekat dengan penguasa.

"Golkar memang dia tidak memiliki pengalaman hidup menderita. Partai ini belum memiliki ketahanan untuk hidup menderita," kata Salang ‎dalam ‎diskusi Smartfm bertajuk 'Akhirnya Golkar Bisa Gelar Munaslub' di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/5/2016).

Salang menuturkan, sumber pendanaan Golkar saat ini tidak seperti saat Presiden Soeharto berkuasa.

Menurutnya tidak heran jika pada akhirnya Golkar memberlakukan iuran Rp 1 miliar kepada setiap calon ketua umum.

"Sumber pendanan Golkar saat ini tidak seperti zaman Orde Baru. Jadi Golkar selalu punya kepentingan terhadap penguasa," katanya.

Masih kata Salang,‎ ‎pada era kepemimpinan Akbar Tandjung, Golkar berupaya bangkit menjadi mandiri dalam gelanggang politik nasional.

Sebab yayasan yang mendanai Golkar sudah tidak dapat mencairkan dana untuk kegiatan-kegiatan parpol berlambang pohon beringin tersebut.

‎"Pada akhirnya Ketua Umum Golkar setelah Akbar banyak berasal dari kalangan pengusaha," ujarnya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved