Tito Karnavian Jadi Calon Kapolri

Ini Cara Tito Melindungi dan Memberi Rasa Aman pada Keluarga

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sekaligus Calon Kapolri, Tito Karnavian memiliki cara sendiri melindungi keluarga mereka.

Editor: soni
Kompas.com
Kepala BNPT, Komjen Pol Tito Karnavian didampingi istri, Tri Suswati, saat menyambut sejumlah anggota Komisi III DPR yang mendatangi rumah dinasnya di Kompleks Polri Ragunan, Jakarta, Rabu (22/6/2016). Kedatangan Komisi III DPR merupakan bagian dari rangkaian uji kelayakan dan kepatutan terhadap Tito sebagai calon tunggal Kepala Polisi Republik Indonesia. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sekaligus Calon Kapolri, Tito Karnavian memiliki cara sendiri melindungi keluarga mereka.

Ia menyekolahkan tiga anaknya ke Singapura sejak 2008 atau saat ini dirinya menempuh pendidikan di Nanyang Techonological University.

Ia tidak membawa ketiga anaknya ke Jakarta setelah mendapatkan gelar doktor dari perguruan tinggi tersebut di antaranya karena faktor keamanan.

Ia mengingat kejadian ancaman pembunuhan dari jaringan teroris yang menyasar pejabat Antiteror pasca-pengiriman empat bom buku ke empat figur publik.

Ancaman pembunuhan kelompok tersebut ditujukan kepada dirinya, Ansyad Mbai, Gories Mere dan Petrus Golose.

"Saat itu saya masih santai tinggal di rumah tapi mulai serius saat bom buku. Meledak di Utan Kayu, saat itu saya Kadensus," kenangnya.

Kepala BNN Gories Mere ternyata dikirimi buku tentang narkotika di kantornya. Buku tersebut ditaruh di meja sekretaris pribadi.

"Itu masih di meja Sespri, ada 'Breaking News' keluar modus yang sama. Kita taruh metal detector, lalu datangkan penjinak bom, positif (bom)," katanya.

Ia melihat ancaman teror tersebut tidak main-main. Apalagi salah satu istri tersangka merupakan staf Gories Mere.

Lantas, Tito mengakui rumah yang ditempatinya saat ini rawan mendapatkan serangan. "Ini belakang rumah ada jalan, kalau dilempar granat, itu gampang. Semenjak itu cari safe house, pindah-pindah tempat. Prinsip kita, tidak boleh diketahui jaringan teror," katanya.

"Kalau bertahan seperti Polda Metro, harus kuat. Saya bisa mengelak kesana kemari, tapi istri saya dan anak saya, maka anak saya di Singapura," sambungnya.

Tito menuturkan saat menjabat sebagai Kapolda Papua hanya bertemu anaknya selama dua kali. Ia mengakui anaknya merasa seperti ditelantarkan.

"Tapi mereka sudah survive. Kalau saya BNPT keluar negeri, saya bisa transit Singapura. Saya telepon anak perempuan belum diangkat. Katanya enggak ada bedanya, karena Papa jadi 'tahanan kota'," tutupnya.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved